epilog

5.9K 751 17
                                    

Author pov


25 tahun kemudian, Seattle

"Pagi mom," David—atau yang akrab di panggil Dave itu mengecup pipi Ibunya lalu mulai mengambil tempat duduk di dekat Ayahnya. "Pagi dad."

"Pagi, dear." Sapa Ayahnya dengan wajahnya yang penuh dengan wibawa itu.

Terdengar suara langkah kaki yang sangat khas menuruni tangga. Dave sudah sangat tau siapa pemilik langkah kaki itu. Siapa lagi kalau bukan adiknya?

"Morning mom, morning dad." Adik semata wayang Dave itu mengecup pipi Ibu dan Ayahnya dengan wajah yang sangat senang melebihi apapun.

"Apa ada sesuatu yang membahagiakan?" Tanya Ayahnya.

"Tentu! Dad, kau tau kan aku sedang mencari perusahaan baru yang menerima karyawan magang?"

"Lalu?"

"Aku mendapatakannya!" Ujar Cheverly— atau akrabnya di panggil Lily itu dengan wajah yang berseri-seri.

"Seriously? Aku bangga padamu, my Cherry." Ayah Cheverly mengecup pucuk kepalanya dengan sayang lalu memberikan senyuman yang indah. Ia memang lebih suka memanggil anak gadisnya itu dengan sebutan Cherry.

"Kita harus merayakan ini. Aku akan masak menu spesial nanti malam." Shana— Ibu dari Dave dan Cheverly tersenyum bangga menatap anak-anaknya yang tumbuh dewasa dan menjadi anak-anak yang hebat. Ia masih ingat bagaimana perjuangannya untuk melahirkan Dave saat itu.

Di saat Sehun sudah pasrah dengan semua kemungkinan buruk yang terjadi, Shana tidak pernah menyerah atas anaknya. Ia memaksa Sehun agar menyetujuinya melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka dua puluh lima tahun yang lalu. Saat itu, dimana Shana hampir merenggut nyawa karena tertembak, namun ia tetap mengorbankan semuanya demi melahirkan janin yang sedang ia kandung.


"Shana, tolong bertahan. Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit. Tolong bertahan buat aku." Sehun menangis sepanjang perjalanan. Ia sudah tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang selama ini mengaguminya menjadi tatapan kasihan. Ia sangat ketakutan.

"Tolong lebih cepat lagi!" Teriak Sehun pada pengemudi ambulan. Lalu ambulan melaju dengan sangat cepat.

Sesampainya mereka di rumah sakit, Sehun langsung berteriak meminta bantuan.

"TOLONG SELAMATKAN ISTRI DAN ANAK SAYA!"

Lay yang melihat adiknya seperti itu merasa iba. Ia memberanikan diri untuk mendekati Sehun dan menenangkannya.

"Sabar, saya yakin Ana kuat. Dia wanita yang tangguh."

Lay mencoba menenangkan adiknya itu, tapi tetap saja Sehun berteriak minta tolong pada dokter yang sedang menangani Shana.

Sudah hampir lima jam mereka menunggu, namun belum ada kabar pasti.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka lebar. Menampakkan wajah dokter yang pelipisnya sudah dipenuhi oleh keringat.

"Bagaimana istri saya?" Sehun langsung maju dan menanyakan kondisi Shana.

"Kami ingin melakukan operasi pada bagian tubuh Ibu Shana yang tertembak, namun terlalu beresiko untuk janinnya. Namun kalau kami melakukan operasi sesar terlebih dahulu, saya takut Ibu Shana sudah tidak bisa bertahan."

Sehun diam-diam menangis.

"Bapak harus segera memberi keputusan."

"Keputusan apa dok?"

Enrapture ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang