BAB 15

11.9K 769 32
                                    

Sejak lima menit yang lalu Hinata sudah berhenti memberontak di panggulan Naruto. Gadis bersurai indigo itu bahkan tidak bergerak meskipun Naruto dengan terang-terangan memukul, mengusap bahkan meremas pantat sintal nan berisi miliknya. Bahkan para pejalan kaki yang berpapasan dengan Naruto yang memanggul Hinata sudah berteriak histeris karena malu menyaksikan ulah pemuda itu.
Namun lagi-lagi Hinata tidak merespon bahkan bergerak meskipun Naruto beberapa kali memanggil dirinya. Gadis itu hanya terkulai lemas dan tidak menjawab meskipun hanya bergumam sekalipun.

Naruto yang menyadari Hinata tidak merespon tindakan serta perbuatannya menjadi khawatir. "Hime?" Panggil Naruto pelan sambil terus berjalan. Pemuda itu menepuk-nepuk kaki Hinata, mencoba mencari respon atau sedikit saja balasan dari gadis itu. Namun nihil! Hinata tidak mesrespon.

"Kau tidur?"

Sekali lagi Naruto berusaha mencari respon namun kembali tidak mendapatkannya. Mata birunya memandang sekitar dan menemukan sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu. Bangku itu berada di seberang jalan dan letaknya di tengah-tengah taman. Naruto mulai melangkah kesana.

Sepanjang jalan dia menjadi pusat perhatian karena penampilan juga perbuatan yang sedang dirinya lakukan. Naruto sepertinya lupa bahwa saat ini dia terlihat sangat lusuh. lengan kemejanya sobek dan bibirnya berhiaskan darah kering akibat ulah Gaara di kamar mandi tadi.

Perhatian pengunjung taman juga tertuju pada Naruto saat pemuda itu melangkahkan kakinya memasuki area taman dengan Hinata yang terkulai di bahunya. Tentu saja siapa yang tidak berfikir aneh saat melihat pada siang seterik ini ada lelaki dewasa dengan pakaian robek sedang memanggul gadis mungil di bahunya. Apalagi sang gadis tidak bergerak.

Naruto menurunkan Hinata. Melihat keadaan gadis itu sembari terus menepuk-nepuk pipinya. "Hime? Kau tidur ya?" Tanya Naruto mencoba memastikan. Pemuda itu mengguncang pelan bahu Hinata. Kekhawatiran Naruto mulai muncul karena Hinata tak kunjung merespon. Melihat Naruto yang sedang kesulitan sepasang orang tua menghampirinya. Mencari tahu apa yang terjadi dan menawarkan sebuah bantuan.

Naruto tentu saja menerima bantuan itu dengan tangan terbuka. Lagipula dirinya juga ceroboh karena lupa membawa dompet dan juga ponsel karena fokus mengejar Hinata. Letak kantornya masih sedikit jauh. Naruto bahkan sedikit meruntuki Hinata yang berjalan jauh dengan kaki pendek yang gadis itu miliki. Sekarang mereka jadi susah. Tidak! hanya dia yang susah disini.

"Aku rasa dia sesak nafas nak"

Salah seorang dari pasangan tua itu berbicara. Wanita tua yang tadi angkat suara itu berkata demikian bukan tanpa sebab. Mata keriputnya dengan jelas melihat nafas pendek-pendek dan sesak dari Hinata. Dahi dan tubuhnya bahkan berkeringat.

Naruto yang mendengarnya mulai panik. Namun kepanikan itu membuat pasangan tua itu mendengus lucu. Lucu saat melihat pemuda tampan nan gagah mondar mandir sambil menggigit kukunya.

"Hey nak! Aku rasa ukuran bra istrimu ini dibawah ukuran sebenarnya. Bahkan mata tuaku jelas menangkap bahwa keduanya tidak tertampung sempurna disana!"

Lelaki tua yang sedari tadi hanya diam akhirnya angkat bicara. Wanita tua yang ternyata adalah istrinya itu mengikuti pandangan sang suami sebelum melayangkan sebuah jitakan sayang dikepala dengan rambut putih nan tipis itu. "Milikku dulu juga sebesar itu! Kau bernostalgia ya? " ucap wanita itu sinis.

Naruto hanya tersenyum kikuk. Namun mata birunya seketika membola saat wanita tua itu mulai memasukkan tangannya kedalam baju yang Hinata kenakan. Ternyata wanita tua itu bermaksud melepas pengait di bra Hinata.

Bunyi klik terdengar. Nafas Hinata mulai teratur namun gadis itu masih tidak sadarkan diri. Naruto bernafas lega karena wajah Hinata sudah tidak terlihat pucat. Lelaki tua disamping Naruto menepuk bahu pemuda itu. Membisikkan sesuatu yang membuat Naruto merona antara malu dan juga geram.

IOIB ANOTHER SEASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang