BAB 10

12.9K 904 46
                                    

Hinata berdiri diambang pintu kamarnya. Lebih tepatnya kamar yang akan dirinya tempati di Mansion Namikaze ini. Tapi kelihatannya gadis itu tidak berniat sama sekali untuk masuk kedalam. Masuk kedalam untuk merebahkan kepalanya dibantal dan memeluk guling empuk yang tersedia diatas ranjang. Gadis itu bahkan tidak beranjak sesentipun dari sana. Menggeser kakinya saja tidak dia lakukan.

Hinata hanya berdiri seperti batu sambil memperhatikan Naruto yang sedang mengganti sprei di kamarnya. Iya kamar yang akan menjadi tempat Hinata untuk tidur. Bahkan Naruto menambahkan beberapa bantal dan juga guling diatas ranjang itu. Dan Hinata rasa itu terlalu banyak jika hanya dirinya yang menggunakan semuanya.

Naruto menata dan merapikan tempat tidur dengan cekatan. Seharusnya ini mampu membuat Hinata berdebar. Pemandangan ini sangat indah. Kapan lagi bisa melihat seseorang yang super sexy dan tampan sedang merapikan tempat tidurmu. Tapi ini bukan saatnya bagi Hinata terpesona. Dia harus bertanya apa maksud dari perbuatan Naruto.

"Naruto-kun! kenapa kau menambahkan bantal dan guling disini? Dan aku rasa itu terlalu banyak untukku" kata Hinata pelan.

Jemarinya yang lentik menunjuk bantal dan guling yang sedikit lebih banyak dari seharusnya. Kalau seperti itu akan terlihat bahwa yang akan tidur disana bukan hanya satu orang. Dan Hinata sukses dibuat bingung. Di tengah kebingungannya Hinata juga kagum pada Naruto yang mampu membereskan ranjang dengan begitu rapi.

Naruto yang telah selesai merapikan ranjang berbalik dan tersenyum lebar pada Hinata. Senyum yang tidak pernah terlihat satu kalipun selama empat tahun belakangan. Senyum yang hilang bersamaan dengan menghilangnya Hinata dari sisi lelaki itu.

"Tentu saja ini untuk kita! " jawab Naruto sekenanya. Dengan langkah lebarnya Naruto menghampiri Hinata, memojokkan gadis itu ketembok lalu memenjarakan dalam lengan kekarnya. Kepalanya mendekat ke arah Hinata yang hanya mampu berkedip lucu. Bibir sexy milik Naruto mulai berbisik "Kita, yang artinya kau dan aku" dan meniup pelan telinga Hinata.

Hinata yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja sangat malu. Dia hanya seorang gadis di usia dua puluhan yang sama sekali belum pernah menjalin cinta. Perlakuan Naruto padanya sekarang merupakan hal baru. Dan Hinata gugup walau sebagian besar hatinya merasakan kebahagiaan.

Namun sekali lagi Hinata adalah gadis polos yang tidak tahu apapun. Kode keras dari Naruto sama sekali tidak dirinya pahami. Di pikirannya hanya ada pertanyaan kenapa Naruto menumpang tidur dikamarnya, bukan Apa yang Naruto inginkan dengan tidur bersamanya.

"Kenapa kau ikut tidur disini? Kamarmu ada hantunya?"

Pertanyaan polos dari Hinata membuat badan Naruto seketika berhenti bergerak. Pemuda itu membatu. Dia memanglah sudah dewasa. Badannya juga sudah seperti yang dia inginkan. Namun apalah dayanya.meskipun dirinya sudah dewasa. Badannya tegap dan tinggi tapi ketakutannya pada makhluk mistis itu masih tetaplah ada. Dan sepertinya Naruto baru mengingat kalau dirinya takut pada sesuatu yang disebut hantu.

Tengkuknya meremang dan dia merasakan ada hembusan angin disana. Tangan yang tadinya berada di kedua sisi Hinata terlepas. Kemudian dirinya gunakan untuk mengusap tengkuk dan juga lengannya. Entah kenapa dia tiba-tiba merasa takut. Mata birunya menjelajah keseluruh area kamar seperti mencari sesuatu. Lebih tepatnya memastikan sesuatu itu tidak ada.

Hinata yang melihat sikap aneh Naruto memegang pipi bergurat Pemuda itu dengan pelan. Membuat badan Naruto yang bergetar sedikit lebih tenang. "Kau masih takut hantu?" Tanya Hinata sambil menahan senyum dibibirnya.

Melihat respon Hinata padanya, membuat  Naruto merasa malu dan juga geram. Namun sekali lagi dia tidak bisa membantahnya karena hal itu memang benar adanya. Benar, sampai sekarang Naruto masih takut pada Hantu.

IOIB ANOTHER SEASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang