Hari berikutnya, Azalea melangkah beriringan dengan Via keluar dari sekolah. Didapatinya Alvin juga Panji sudah menunggu mereka. Azalea menghela napas pelan, ingin menjauh dan pura - pura tidak melihat, namun Via telah menggandeng tangannya, menarik setengah berlari menghampiri dua cowok itu.
"Vi, kayaknya bukuku ada yang ketinggalan di kelas, sebentar ya aku balik mau ambil, kamu pulang saja dulu." Azalea memasang wajah menyesal dibuat - buat.
"Aku tunggu saja Za." Via tersenyum tulus.
Tak sesuai harapan, tadinya Azalea berharap Via mengiyakan saja permintaannya, "baiklah, tapi kalau aku lama di dalam kamu pulang saja nggak apa - apa."
Azalea tersenyum menatap Via, tanpa menunggu jawaban berlari kecil masuk lagi ke sekolah. Sengaja melangkah perlahan saat sudah tak terlihat oleh ketiga orang itu. Berharap mereka bosan menunggu dan segera pergi.
Masih banyak siswa yang ada di sekolah, padahal sudah jam pulang namun sepertinya kebanyakan masih betah berada di sekolah. Azalea melewati mereka yang sedang bergerombol dan bergosip. Sayup - sayup terdengar apa yang mereka obrolkan.
"Eh, eh, Panji ada di depan sekolah loh. Enak ya jadi Via, pacarnya teman dekat Panji jadi bisa setiap hari ngobrol dengannya," celetuk heboh salah satu dari mereka.
"Bikin iri saja ya? Eh tapi kayaknya Panji lagi pe-de-ka-te deh sama anak baru pindahan itu, teman satu kelas Via," balas lagi salah satu diantara mereka.
"Wah aku nggak rela, masa iya sih? Kita saja dicuekin selama ini, secantik apa sih itu anak baru?" timpal lagi salah satu dari mereka dengan nada jengkel.
"Cantik banget, dan yang jelas bukan saingan kamu Tata. Dia putri keluarga Wijaya."
"Alah paling kalau jadi pacaran juga cuma sebentar doang, Panji langsung melemparnya kalau sudah bosan, kayak nggak tahu Panji saja kalian ini." Dengus Tata kesal, "tukang gonta - ganti pacar."
"Termasuk kamu salah satu mantan pacarnya, hahaha." Ledek salah satu teman Tata lalu tawa terdengar dari semua orang yang bergerombol itu.
"Bukan cuma aku, tapi masih banyak yang lain," sewot Tata.
"Iya... tapi bukan salah Panji kali... kalian saja yang mau." Bela salah satunya.
"Ah tetap saja berengsek." Tata tak mau kalah.
Dan percakapan mereka masih tetap berlanjut dengan topik Panji yang tiada habis. Azalea menggeleng pelan. Tak menyangka jika Panji setenar itu. Dan hei, dia playboy? Azalea berjanji akan berhati - hati padanya.
Setelah sampai dalam kelas Azalea memilih duduk saja di bangkunya. Membaca buku, tidak ada yang ketinggalan sebenarnya. Itu hanya alasan saja agar dia bisa menjauh dari Via juga kedua temannya itu.
Setelah beberapa menit berlalu jam tangan digitalnya berdering. Segera dia tatap layar sentuh pada jam itu, panggilan masuk dari ayahnya. Telunjuknya menggeser kekanan tanda telepon dan suara Bima terdengar.
"Papa sudah di depan, Za."
"Iya Pa. Za keluar sekarang." Azalea bergegas merapikan buku, memasukkan dalam tas dan berlari kecil keluar kelas menuju gerbang sekolah, tak ingin ayahnya terlalu lama menunggu.
Di depan sekolah, ternyata Via, Alvin, juga Panji masih menunggunya. Agak ragu dia menghampiri mereka lalu memasang wajah memohon maaf.
"Maaf ya lama, tapi em, Papa sudah datang jadi aku duluan ya." Azalea tersenyum menatap Via, yang dijawab anggukan kepala.
Matanya beralih menatap Alvin diapun mengangguk, tapi saat matanya beralih menatap Panji tidak mendapat respon apa - apa dari cowok itu. Panji justru masih sama seperti kemarin menatapnya dengan tajam. Azalea segera berbalik dan pergi meninggalkan mereka. Menghampiri mobil yang parkir tak jauh dari pintu gerbang.
![](https://img.wattpad.com/cover/130985517-288-k671746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAREST
RomanceNovel romance, sequel 'kamu masa lalu juga masa depanku' Kamu adalah cintaku, segalanya bagiku. Tanpamu rasanya aku tak bernapas. Jantungku rasanya seakan enggan berdetak. Jika saja aku bisa mengubah takdir, jika saja Genta Mahardika bukanlah Wijaya...