Guilty Pleasure

1K 96 5
                                    

Johnny tahu akan selalu seperti ini jadinya tiap kali mereka selesai melakukan sex. Taeyong yang bergelung dan menyembunyikan wajah di sudut toilet itu bukan sekali dua kali ia saksikan. Tanpa melihat pun Johnny tahu wajah cantik itu tengah bersimbah air mata.

Selalu seperti ini. Taeyong selalu mencaci diri sendiri dalam diam. Tak peduli berapa kali pun ia berusaha menghibur betapa normalnya kebutuhan sex itu muncul dalam tubuh mereka. Mereka ini kan pemuda sehat. Wajar mengalami ereksi. Wajar membutuhkan penyaluran. Tapi, percuma. Taeyong selalu berakhir memandang dirinya sendiri begitu kotor.

Well, Johnny tak bisa sepenuhnya menyalahkan Taeyong. Hal sewajar ini pun akan terasa bak hal hina bila orang yang menyebabkanmu ereksi adalah orang semurni Jaehyun. Benar. Jung Jaehyun dengan tubuh dan tatapan seksi, namun dengan pikiran polosnya.

Sejujurnya Johnny tidak percaya Jaehyun sepenuhnya polos. Seperti yang ia bilang, mereka ini pemuda sehat yang wajar tergugah hasratnya bila ada stimulus. Tak peduli stimulus dari yeoja seksi atau godaan namja. Johnny yakin Jaehyun juga mengalami ereksi. Well, Seo ini pernah melihat gembungan di balik celana dongsaeng-nya itu. Sekali lagi, hal wajar. Yang membedakan barangkali adalah manner serta ajaran konservatif yang sepertinya ditanamkan dengan amat baik oleh keluarga Jung.


Itulah mengapa Johnny berpendapat Taeyong sangatlah masokis.


Karena Jung Jaehyun dengan prinsip bodohnya sangatlah bebal. Kegiatan yang baru saja dilakukannya dengan leader mereka di bilik toilet ini barangkali tidak pernah terlintas di benak suci Jaehyun. Johnny yakin sekali Jung satu itu pasti lebih menghabiskan berliter air dingin di malam hari untuk menenangkan diri dibanding menyelinap ke bawah selimut anggota grup mereka dan menyalurkan hasrat dalam dekapan hangat.

Lee Taeyong adalah seorang masokis. Yang menbiarkan diri terlena dan dikendalikan oleh seorang pastur yang berdosa dengan tubuh seksinya bernama Jung Jaehyun.


Selesai merapikan celana dan membersihkan diri, Johnny menendang pelan sisi kaki Taeyong. "Bangun," ujarnya dingin.

Jahat?



Well, Johnny tidak keberatan menjadi Si Jahat jika itu bisa membuat Taeyong merasa lebih baik.

Karena sentuhan lembut tak akan diterima Taeyong saat ini. Karena rengkuhan hangat hanya akan membuat lelaki itu semakin mencaci diri. Taeyong memandang dirinya sendiri begitu kotor saat ini. He'll asking for punishment. Johnny tidak keberatan memberi hukuman yang ia butuhkan. A bit better than he let Taeyong hurt himself. Again. No more. Johnny tidak ingin melihat temannya itu kembali melukai diri sendiri.

Johnny menarik kepala yang tertunduk itu dengan satu jambakan di helai hitam. "Bangun, Lee! Sampai kapan kau akan teronggok menyedihkan begitu? Manajer akan mencari kita."

Menahan diri untuk tidak menghapus sisa air mata di wajah Taeyong, Johnny bersidekap, mengawasi leadernya mulai merapikan pakaiannya yang berantakan. Selesai membersihkan jejak cum yang mengotori bilik toilet, Johnny mencengkram bahu Taeyong dan melumat bibirnya kasar. Isak yang masih terdengar samar dari lelaki lebih kecil itu mengganggunya, lelaki ini ingin sekali menghentikannya.

Lumatan pada belah bibir cherry itu diakhiri dengan sebuah gigitan yang cukup keras hingga rasa besi memenuhi rongga mulut mereka. Melepaskan ciuman kasarnya, Johnny menatap lurus mata hitam yang masih berlapis genangan air itu. "Stop crying. You look ugly."

Setelah berujar demikian, Johnny meninggalkan toilet lebih dulu. Memberi waktu bagi Taeyong untuk mengeringkan air matanya, agar wajah manis itu bisa kembali mengulas senyum cerah kekanakan yang amat dicintai fans.

.

.

.

Sesaat sebelum memasuki ruang tunggu timnya, Johnny menghubungi seseorang.

"I miss you....," ucapnya begitu sambungan terhubung. "He's at it again. Am I doing it right, Babe?"

.

.

.

to be continued?

HavocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang