Three

3 2 0
                                    

Bel istirahat telah berbunyi, seluruh siswa berhamburan untuk menuju kantin atau tempat yang lainnya. Tetapi, tidak untuk Alata. Gadis itu memilih untuk menyendiri membaca buku sejarah psikologi miliknya.

"Huft, laper tapi males ke kantin" ucap Alata pelan.

"Nih, makan"

Alata mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat orang  yang memberikan makanan untuknya dan ternyata itu adalah Bhanu.

"Gausah makasih" ucap Alata acuh.

"Gue tau lo laper, udah makan aja cepet!" ucap Bhanu kesal.

"Lo tuh pemaksa banget sih! Udah maksa gue jadi pacar lo, sekarang lo maksa gue suruh makan makanan pemberian lo? Gak sudi! Minggir gue mau pergi!" bentak Alata.

"Tetep duduk disini dan makan pemberian gue atau lo gue aduin ke wali kelas atas dasar kekerasan terhadap teman sebaya?" ucap Bhanu dingin dan tersenyum miring.

"Apaan si gajelas bat, kekerasan teman sebaya apaan mukul lo juga kagak!" ucap Alata kesal.

"Lo lupa jabatan gue disini? Wakil ketua osis. Catet!" ucapnya sembari menyentil dahi Alata.

"Terus gue peduli?" ucap Alata masih acuh.

"Jelas guru bakal lebih percaya gue daripada lo, mengingat jabatan gue" balas Bhanu menatapnya sinis.

Alata tak berani membalasnya lagi. Perkataan Bhanu ada benarnya juga. Daripada terus berdebat tak penting, Alata pun mengalah memakan pemberian dari Bhanu.

"Gadis pintar" Ucap Bhanu sembari mengacak poni Alata. Tetapi dengan segera Alata menepis tangan milik Bhanu.

"Kan gue udah makan nih pemberian lo, sekarang lo bisa pergi gak? Gue mau lanjut baca please gue pengen sendiri. Dan makasih makanan nya." ucap Alata.

"Ok with pleasure baby" balas Bhanu tersenyum manis. Lalu pria itu melenggang pergi.

"Gila kali ya tu orang" batin Alata menatap kepergian pria tersebut.

I Can TryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang