Matahari sudah setinggi kepala ketika Jaejoong melangkahkan kakinya keluar dari mobil, menatap malas gedung tinggi yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu beberapa tahun ini. Yah, jika itu memungkinkan. Nyatanya, ia tidak pernah berniat belajar jika bukan karena Ayah "tercintanya".
"Tuan muda, Apa Anda tidak ingin segera masuk?" tanya seorang pria muda yang sedari tadi ikut berdiri di sampingnya.
Jaejoong mendengkus mendengarnya, menepuk bahu pria itu dan menggiringnya untuk mulai berjalan beriringan. "Berhenti memanggilku Tuan muda jika kau masih ingin bekerja di tempat Ayahku dan tidak menikmati masa kuliahmu dengan nyaman, Yoochun-ah."
Yoochun berdeham, berusaha menghilangkan gugupnya dan mulai mengangkat tangannya membalas rangkulan Jaejoong. "Baiklah, Jaejoong-ah kita teman baik sekarang."
"Itu lebih baik." Jaejoong tersenyum puas.
**
"Ahh.., maafkan aku." Seorang gadis memekik terkejut dan terburu-buru meminta maaf atas apa yang baru saja dilakukannya tanpa sengaja.
"Maaf, kau bilang?!" Pernyataan itu datang dari lawannya. Wajahnya memerah menahan kegeraman, melihat tumpahan minuman di pakaiannya. "Apa kau tidak melihat apa yang sudah kau lakukan, hah?" Suara gadis ini lebih keras dan tanpa ragu lagi mengeluarkan emosinya.
"A-ah Ahra- Ssi. S-sungguh a-aku minta maaf," ucapnya menunduk takut juga malu karena dibentak di depan umum, tidak bisa dibayangkannya juga kenapa harus wanita sombong ini yang harus ditabraknya.
"Apa kau buta? Apa kacamata tebalmu tidak cukup membuatmu bisa melihat?!" Pernyataann yang jelas memuaskan kekesalannya, tidak cukup sampai di sana. Melihat gadis di depannya yang terus tertunduk, Ahra mengapit dagu gadis itu dan membuatnya semakin ketakutan."Kau tahu berapa harga baju ini, hah? Kau bisa menggantinya?"
"Sungguh a-aku tidak sengaja, a-aku akan berusaha menggantinya," sahutnya mencoba bertanggung jawab dan membuat Ahra berhenti dari membuat keributan "A-ahra-ssi ..."
"Dasar wanita Bodoh, tidak tahu diri. Berani sekali terus menerus memanggil namaku ?!" Tangan Ahra terangkat kesal ingin menampar gadis tersebut tetapi, kejadian aneh terjadi tangannya tidak bergerak seolah tengah dicengkeram. Ahra berbalik mencari siapa yang berani menyentuh dan menghalanginya. " K-kau.." Suara Ahra tertelan, tidak mampu menyebutkan nama pria di depannya.
"Ha ha, jadi, kau masih hidup seperti ini?" tanyanya dengan nada manis namun, jelas di mata Ahra hal tersebut mengandung sebuah ancaman.
Ahra menarik pergelangan tangannya, lepas dari cengkeraman. "J-jangan menggangguku ini bukan urusanmu. Gadis ini bersalah dia su .... " Kata-kata Ahra terhenti melihat tatapan dingin tersebut, serta merta membuat bulu kuduknya meremang.
"Aku melihat semuanya, bukankah gadis itu sudah meminta maaf padamu,hah? Aku juga mendengar dia mau mengganti bajumu lalu apa yang sedang kau lakukan hm? Menamparnya? Apa yang kau punya: sampai berani melakukannya?"
Ahra tengah mengutuk senyum menawan pria di hadapannya, menggigit bibirnya kesal tidak berdaya, sepertinya mulai hari ini kehidupannya akan berbeda sejak kedatangannya, lagi. "Dia sudah mempermalukanku, lihat!" Tunjuknya pada pakaiannya yang basah dan kotor. "Jae, kau tidak bisa membel-"
"Kau bisa pergi," potong Jaejoong menyela Ahra dan memerintahkan gadis di belakangnya hanya dengan lirikan matanya, sedangkan menatap Ahra dengan senyuman miring dan kepuasaan.
"Kau tidak bisa melepaskannya, Dia sudah berbuat kurang aj--"
Belum Ahra selesai berbicara Gadis berkaca mata malah tertegun ketika dia perintah Jaejoong tetapi, mendengar suara keras Ahra malah membuatnya takut dan refleks melangkah mundur sebelum berbalik, benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK SEA
ФанфикHidup bagi Jaejoong hanyalah hamparan laut hitam yang tidak pernah bertepi... Tidak ada siapa pun yang pantas untuk dilihatnya semua baginya hanya kekosongan tetapi, demi memenuhi janjinya ia harus bertahan sebelum... semuanya terpenuhi dan dia memi...