Bab 4

2.8K 498 47
                                    

"Kenapa kau melukai wajahmu?" tanya Hyunjoong dengan tatapan datar tetapi, tangannya berkata lain, ia kesal dan meremas dagu Jaejoong sedikit kencang.

Kening Jaejoong mengerenyit, wajahnya sudah sakit kini rasanya bertambah. "Eum, tidak terlalu," jawabnya sambil melepas paksa cengkeraman tangan Hyunjoong.

Hyunjoong berdecak, "Untuk apa kau bertengkar dengan pemuda itu, huh?"

Jaejoong merenggangkan lehernya yang terasa tegang dan kaku lalu, dengan santainya balas menatap. "Dia yang menggangguku terlebih dulu... Aku hanya membalas apa yang dia lakukan."

"Jangan berbohong!"

"Aku tidak!" balas Jaejoong sama kerasnya lalu, sekejap melihat tatapan tajam ayahnya. Jaejoong menunduk menarik napasnya dalam dan berbicara lebih tenang. "Aku bersungguh-sungguh, bukan aku yang memulai perkelahiannya."

"Ingatlah! Jika kau mencari gara-gara lagi. Aku tidak akan segan mengirimmu ke tempat itu... lagi!"

Tubuh Jaejoong bergidik ngeri, sesaat matanya bergetar penuh rasa takut beruntung dia tengah menunduk, mengencangkan kedua tangannya di sisinya. Meremas sisi sofa yang tengah ia duduki.
"Tidak akan, aku akan berperilaku baik. Appa tenang saja."

"Bagus," sahut Hyunjoong menepuk kepala Jaejoong lembut. "Aku juga tidak ingin lagi mengirimmu ke tempat mengeringkan itu lagi jadi, jangan lakukan hal bodoh lainnya lagi. Kau anak kebanggaanku."

Bibir Jaejoong berkedut, sulit sekali untuk tersenyum saat ini tetapi, akhirnya dia mampu. Dengan itu Jaejoong mendongak menatap Hyunjoong. "Tentu saja, Appa. Aku tidak mau ke tempat itu lagi!"

Hyunjoong mengangguk. "Bagus, aku juga tidak mau kau pergi ke sana. Jaejoong,ah kau itu harus membuatku lebih bangga di masa depan. Aku sangat berharap padamu, anakku yang luar biasa"
Baiklah sekarang, pergi mandi dengan air hangat sebelum  beristirahat, hilangkan bau kotoran penjara itu terlebih dulu ."

Kali ini Jaejoong benar-benar tersenyum kecut sambil lalu membaui tubuhnya sendiri. "Ah, yay, Appa benar bauku sangat kecut. Ya, sudah Appa aku pergi!"

Jaejoong melangkah pergi tanpa ingin berbalik lagi tetapi, sebelum dia menyentuh handle pintu suara ayahnya terdengar lagi. " Ah, ya, Jaejoong Samchon mu akan segera datang dia katakan ingin langsung menemui. Kau bisa menjemputnya di bandara besok!"

"Bukankah dia di Budapest untuk seminar sampai bulan depan?" jawab Jaejoong dengan pertanyaan lain. Ia juga sedikit tidak suka dengan pamannya ini. Dia sama protective mungkin bahkan, lebih yang dilakukan Hyunjoong.

Hyunjoong mengangkat bahunya kali ini. "Tanya saja langsung pada orangnya besok."

"Baiklah, aku pergi istirahat sekarang," balas Jaejoong kali ini sambil berlalu pergi.

Dalam perjalanan ke kamarnya Jaejoong mendesah berat membayangkan akan bagaimana cerewetnya sang Paman melihatnya dengan luka-luka ini. "Semua gara-gara Jung Yunho sialan itu dan kenapa juga Samchon pulang saat aku begini."

**

"Ini semua gara-gara Kim Jaejoong, pria sialan itu." Geramnya Yunho teringat ia mendapat pukulan juga ia harus mendekam beberapa jam di sel polisi. "Aaaww ... yah! Pelan-pelan."

"Kalau begitu tenanglah," sahut Changmin tidak terima diteriaki sang Kakak padahal ia juga tengah mencoba membantu dengan mengobatinya. "Aku tidak percaya, ternyata Hyung juga bisa babak belur."

"Tentu saja dia bisa, Changmin-ah. Kau pikir Kakakmu itu robot dari besi dan baja,hm?!" sahut Jung Taehee; sambil meletakkan nampan minuman dan makanan yang dibawanya di atas meja. Kemudian, mengambil alih kegiatan Changmin, si Anak bungsunya. "Kau, Yunho. Bagaimana kau bisa terluka seperti ini,hah?"

BLACK SEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang