⚫Wait in 10 minutes⚫

52 1 3
                                    

Ada yang ngerasa judul per-babnya aneh kah? Well, aku ngambil dari angka-angka spanyol lol. Nevermind, yang penting isinya :)

***
Aktifitasku sudah berjalan seperti biasa. Menyiapkan sarapan, membersihkan rumah, dan juga melayani Riley selayaknya seorang istri yang baik untuknya. Aku cukup lega, karena pada akhirnya hubunganku kembali lagi seperti semula. Everyone hate fighting on their relationship, including me.

Aku harus bisa menahan diri, dan menyaring lagi pikiran-pikiran burukku tentang Riley. Jika aku memang menyayanginya sekaligus mencintainya, sudah sepatutnya aku mempercayainya juga 'kan? Begitu pun dengan Riley. Aku tahu ia hanya ingin kepercayaan dariku.

"Well, baguslah kalau akhirnya kalian berbaikan," Ujar Jesse.

Kini aku tengah menunjukkan pada Jesse bahwa aku benar-benar mencintai Riley. Bahkan kalau pun bisa, akan kubuktikan ini semua pada seluruh dunia. Oke, ini berlebihan.

"Ya, terima kasih kau selalu mendukungku Jess." Aku tak henti-hentinya tersenyum atau bahkan berteriak kegirangan bagaikan seorang gadis yang baru merasakan pertama kalinya jatuh cinta.

"Aku tahu, kau itu terlalu naif hanya untuk memaafkan kesalahan Riley. Terlebih kau gadis yang sangat keras kepala," aku mengerucutkan bibir kesal. Hey! Bahkan ia baru saja memujiku tadi, namun sekarang ia malah menjatuhkanku.

"Ya, ya, ya. Aku sudah cukup tahu tentang diriku,"

Aku dan Jesse baru saja menyelesaikan hang out kami yang kelewat gila. Kami menghampiri toko-toko ternama untuk memuaskan diri kami masing-masing, entahlah sudah berapa uang yang sudah kami hambur-hamburkan. Tapi, begitulah sifat asli kami yang tidak bisa mengontrol rasa gila kami saat melihat barang-barang yang menurut kami bagus, "Sekarang kita akan kemana? Kau tahu belanjaan kita banyak sekali."

Aku memikirkan beberapa cara untuk memudahkan kami, dan seketika terlintas sebuah ide untuk menghubungi Anthony, "Did you have Anthony's number?"

Jesse pun mengangguk dan menyerahkan ponselnya yang sudah tertera deretan angka disana. Tanganku dengan lihai meng-copy nomor ponsel Anthony kedalam buku telepon ponselku. Setelah itu, aku mencoba meneleponnya.

Dalam nada dering ketiga, akhirnya Anthony mengangkatnya, "Hallo, ini siapa?"

"Anthony, ini aku Salsa. Um apa kau sibuk?"

Aku menggigit kuku jariku berharap bahwa Anthony bersedia atau bahkan tidak sibuk untuk saat ini, "Kurasa tidak, ada apa?"

Aku melirik Jesse dan tersenyum lebar, "Aku dan Jesse baru saja berbelanja dan sekarang kami bingung karena belanjaan yang banyak ini."

Anthony mendengus diseberang sana, walaupun faktanya aku tidak bisa melihatnya secara langsung. Cukup lama Anthony berpikir, akhirnya ia setuju untuk menjemputku dan Jesse. Aku sangat berterima kasih padanya, karena dibalik sikap sok cueknya itu, ia masih berbaik hati menolongku.

Sembari menunggu Anthony, aku dan Jesse bergegas keluar cafe untuk menunggu Anthony di halte seberang. Aku pun merogoh ponselku di saku untuk menghubungi Riley. Kau tahu aku tidak ingin ia khawatir terlebih hubungan kami baru saja membaik. Tanganku dengan lihai menekan deretan huruf yang tertera pada ponsel.

Home [HIATUS]Where stories live. Discover now