sneak peek

201 7 0
                                    

Bulan dan bintang malam itu, menjadi satu-satunya saksi bahwa semua hal yang telah di takdirkan bersama akan selalu bertemu pada akhirnya. Hingga ujung dunia, mereka yang telah di kehendaki bersama akan selalu menjadi satu yang tak pernah melepaskan.

Entah bagaimana caranya, takdir memiliki permainan sendiri yang tak seorangpun tahu siapa yang akan menang.

Aliano dan Ariana tak pernah mengira bahwa takdir berada tepat di tengah-tengah jiwa raga mereka. Hingga malam dimana mereka bertemu kembali, untuk menjadikan mereka satu jiwa dalam dua tubuh yang berbeda.

"Aliano aku tid—" belum sempat Ariana menyelesaikan kalimatnya, Aliano dengan cepat merengkuh pinggang Ariana mesra. "Kesempatan, beri aku kesempatan lagi untuk membuktikan aku layak menjadi pendampingmu di hadapan Tuhan," Ariana menatap Aliano terkejut, kelopak matanya tak lagi kuat menahan air mata yang kapan saja siap jatuh.

"Ana, maafkan aku, malam itu aku tidak bermaksud meningga—" kini Ariana yang menghentikan kalimat Aliano, membiarkan air mata lolos membasahi pipinya yang sudah memerah. Jari telunjuknya yang masih setia berada di bibir merah muda pucat milik Aliano, akhirnya ia tarik kembali.

"Kamu tidak pernah salah, Aliano. Mungkin, memang aku yang terlalu mengharapkan hubungan ini," Ariana lagi-lagi menatap Aliano dengan pandangan kecewa. Aliano pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi membiarkan tatapan itu di berikan kepadanya. Namun, sepertinya Ariana memang sudah terlalu kecewa dengan sikapnya.

"Kamu, benar-benar kecewa ya?"

Ariana tertawa pelan mendengar pertanyaan keluar dari bibir Aliano. Ariana tanpa ragu mengalungkan lengannya di leher Aliano yang tampak terkejut. "Aku sepertinya memang di lahirkan agar tidak akan bisa kecewa kepadamu," kini Aliano tertawa pelan. "Dan, sepertinya aku di lahirkan untuk selalu kembali kepadamu entah se-berbahaya apa rintangan yang menunggu di depanku," Ariana memukul pelan bahu Aliano. Wanita itu mengerutkan dahinya tidak suka, tatapannya yang menajam hanya membuat Aliano tertawa renyah.

"Aku serius, mi amor."

Ariana menatapnya penuh kasih, berharap waktu akan bergerak lebih lambat.

thankyou!

the ladykiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang