dua

101 3 0
                                    

Halo! maaf banget jarang up soalnya nemuin mood buat nulis bener-bener susah banget. im not the type of person yang bisa nemuin mood untuk ngerjain sesuatu itu gampang. Jadi, aku minta maaf yaa!

btw yang di mulmed itu kakak-kakaknya Ariana ya

happy reading!

Kembali menjadi siswi di sekolah International yang sangat bergengsi tidak pernah ada di dalam perkiraan Ariana. Pasalnya, menjadi putri tunggal keluarga konglomerat tidak semudah yang ada di pikiran orang. Musuh keluarga seakan berada tidak jauh darimu, wartawan yang selalu mengabadikan seluruh kegiatan kecil yang kamu lakukan, ataupun perjalanan mendadak yang harus di tempuh dalam waktu yang tidak singkat. Itu selalu terjadi pada Ariana.

Oleh sebab itu, keluarga Robertson memutuskan untuk memasukan Ariana di sekolah negeri saat ia berusia 13 tahun, sekolah menengah pertama. Namun, karena merasa Ariana tidak memiliki teman di sekolah negeri, Mr. Robertson kembali memasukan Ariana ke sekolah International. Ariana tidak pernah mempermasalahkan semua itu, selama ia masih bisa bersekolah untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter.

"Ariana Pellive Robertson! Ini udah jam 6 lewat 50 menit! Kamu ini tidur mulu," putra pertama keluarga Robertson terlihat menggedor-gedor keras pintu putih gading kamar milik Ariana.

"AH! KAGET GUE!" Sean, kakak Ariana terjatuh ke belakang setelah melihat Ariana dengan wajah yang masih mengantuk. Ariana berjalan pelan melewati kakaknya yang masih terduduk di lantai marmer putih, seragam sekolah Ariana telah rapih melekat pada tubuhnya. Rambutnya juga sudah terlihat rapih, namun wajahnya.. astaga. Kantung mata yang cukup besar dan bibirnya yang pucat, membuat Ariana sangat sulit di kenali.

"Ariana? Kenapa wajahmu, sayang?" Ibu Ariana, mengelus pelan rambut brunette miliknya. Wanita paruh baya yang masih cantik itu terlihat khawatir dengan anak perempuannya.

"Aku masih mengantuk, mom." Ariana langsung duduk di kursi meja makan dengan tenang, mengambil roti berisi selai stroberi yang telah menjadi makanan kesukaannya sejak lama. Ibu Ariana duduk di samping anak perempuannya tanpa mengatakan apa pun. Terlihat jelas di wajahnya ia ingin mengatakan sesuatu, namun terlihat tidak mudah untuknya.

"Ariana, begini—" belum selesai menyelesaikan kalimatnya, Ariana berusaha menyela. "Mom, ada apa?" Ibu Ariana mengelus tangan Ariana lembut. "Mom harus pergi ke luar negeri untuk beberapa minggu bersama ayahmu, apa kau baik-baik saja?" Ariana tersenyum hangat, ia sudah tahu ini akan terjadi. Ia sudah terbiasa di tinggalkan kedua orang tuanya, berada di rumah besar ini sendirian. Walaupun ada ketiga kakak laki-lakinya, Ariana selalu sendirian. Mereka pergi entah kemana bersama teman-temannya saat kedua orang tua mereka pergi bekerja.

Sean Robertson, kakak laki-laki pertama Ariana yang sebentar lagi akan lulus dari Harvard. Ia memang sedang pulang ke Indonesia untuk mempelajari bisnis perusahaan ayahnya. Reynold Weren Robertson, ia baru masuk kuliah beberapa bulan yang lalu. Reynold saat ini berada di London, kakak laki-lakinya yang satu itu memang jarang pulang ke Indonesia. Dan yang terakhir, Gregory Robertson. Gregory masih duduk di kelas 3 SMA, ia tidak bersekolah di tempat yang sama dengan Ariana. Sekolah yang menjadi rival sekolah Ariana saat ini, adalah sekolah Gregory. Kakaknya yang satu ini adalah ketua gengster, ia sangat suka tawuran dan clubbing. Terkadang membuat orang tuanya khawatir, tetapi Gregory memang dasarnya keras kepala. Mau bagaimana lagi?

"Baiklah mom, aku pergi dulu." Ariana melambaikan tangannya saat sampai di depan mansion keluarganya. Supir Ariana sudah menunggu sejak tadi, ia tidak ingin membuat supirnya menunggu lebih lama lagi. Ibu Ariana balas melambaikan tangan, ia merasa beruntung memiliki gadis cantik seperti Ariana.

Ariana memasuki mobil, ia berencana akan membaca buku untuk mengisi waktu luangnya. Ariana memang suka membaca sejak lahir, orang tuanya mengatakan Ariana sangat mirip dengan sang ayah. Tidak pernah membiarkan satu hari pun tidak di isi dengan pengetahuan baru dari buku.

"Nona, kita sudah sampai." Ariana tidak menyadari mobilnya sudah berada tapat di lobby sekolah barunya. Buku memang membuatnya melupakan dunia nyata, ia seperti memiliki dunia sendiri saat membaca. "Terimakasih, Pak Henry." Ariana dengan cepat membuka pintu mobil dan keluar membawa tas punggungnya. Ia cukup terkejut dengan besar sekolah barunya, sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di sekolah International.

"Ariana Pellive Robertson? Sudah di tunggu KepSek di ruangannya." Ariana terkejut mendapati seorang wanita menepuk pundaknya. Sepertinya dia salah satu guru disini, di lihat dari pakaiannya yang seragam dengan beberapa guru yang menyambut siswa-siswa di lobby utama tadi.

"Bolehkah Ma'am menunjukan ruangan KepSek?" Ariana sempat ragu, ia bukan tipe perempuan yang biasa bertanya pada orang baru. "Ah, ikuti saya Ariana." Ariana mengikuti wanita itu dari belakang, ia sempat risih dengan pandangan memuja siswa laki-laki yang melewatinya beberapa saat yang lalu. Ia sering merasa seperti itu, entah mengapa Ariana merasa risih dengan tatapan mereka.

"Nah, Ariana kau boleh masuk." Ariana mengangguk singkat, ia mengetuk pintu kayu jati di hadapannya kecil. Setelah mendengar suara seorang wanita yang mengizinkannya masuk, ia baru membuka pintu di hadapannya. "Ariana Pellive Robertson, apa kabarmu?" Ariana membalas tersenyum, ia mengenal baik wanita yang duduk di kursi utama di ruangan ini. Ia adalah ibu kedua bagi Ariana, wanita yang selalu ada untuknya saat ia kecil. Ibu kadung teman masa kecilnya yang sudah tidak lagi berada di dunia ini.

"Aunty! Aku baik, bagaimana kabarmu?" Ariana berjalan cepat menuju meja yang berada di tengah ruangan itu. Ia merasa sangat senang kembali bertemu dengannya.

"Aunty sangat baik! Ariana kamu akan aunty masukkan ke kelas anak aunty, ya?" Ariana memiringkan kepalanya, ia bingung sekaligus terkejut. Bukankah anak auntynya ini sudah meninggal dunia 10 tahun yang lalu?

"Kembaran Alianne, Aliano Giovan Zucherburgh."

To Be Continued..

the ladykiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang