satu

150 4 0
                                    

hanlo! im back! what's up! thankyou buat votenya yang selalu bikin aku semangat untuk up! di atas itu cast2 TL yang udah pernah aku pake, emang sengaja cakep2 semua hehe. soalnya aku pengen buat semua cerita perjalanan kisah mereka semua Edgar, Zerivan, sama Vazel.

happy reading<3

***

"Lo beneran serius mau ambil alih perusahaan bokap lu, No?" seorang laki-laki dengan seragam SMA-nya yang sudah tak lagi rapi menepuk pundak laki-laki lain yang memandang dingin banyak siswa yang lewat di hadapannya.

"iya,"

"Santai aja kali, Van. Aliano belom kuliah juga, masih lama," kini, laki-laki dengan kaca mata baca yang bertengger di hidung mancungnya membuka suara. "Oh, jadi lu kuliah dulu?"

"iya,"

"ALIANO, ZERIVAN, EDGAR, VAZEL! DI PANGGIL MS. FRANCE KE RUANG BK TUH," siswa yang tidak sengaja melihat para laki-laki yang sedang bertukar pandang itu memanggil mereka dengan keras dari ujung lorong.

"Kenapa lagi sih tuh guru, caper banget." Zerivan, laki-laki dengan seragam yang sudah tak rapi tadi menggerutu pelan. "Palingan juga gara-gata tawuran kemaren, ada anak yang hampir mati di pukul Aliano, kan?" Vazel, laki-laki dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya itu lagi-lagi membuka suara. "Ada juga yang ga sengaja lu tabrak, anjir." Edgar, satu-satunya laki-laki yang memilki mata hitam pekat di antara keempatnya ikut membuka suara.

"Ayo," Aliano yang dari tadi hanya menatap tajam keempatnya, berjalan mendahului mereka semua.

"Aliano kenapa?" Edgar menatap punggung bidang laki-laki yang sudah menjauh itu bingung. Memang biasanya Aliano menjawab sesuatu secara singkat seperti tadi, tapi entah mengapa hari ini suasananya terasa berbeda. "Kayaknya lagi ada masalah sama ayahnya, lu sih nanya-nyanya tentang perusahaan bokapnya!" Vazel menatap Zerivan menuduh, memang Aliano sedikit sensitif jika berbicara tentang perusahaan. "Ya kan gua kaget, pagi-pagi bokap gua bilang Aliano mau ambil alih perusahaan bokapnya, ih kesel." Zerivan memajukan bibirnya kedepan, segera menyusul Aliano dengan cepat yang sudah jauh sambil menghentak-hentakkan kakinya keras.

Vazel hanya menggelengkan kepalanya, Zerivan itu memang seperti anak kecil. "Yok, Gar." Vazel memasukkan tangannya kedalam saku celana, segera menyusul Aliano dan Zerivan di depan.

***

"Ms. France? Aliano dan yang lain sudah ada di depan," siswa yang tadi tidak sengaja berpapasan dengan mereka mengetuk pintu ruang BK pelan.

"Suruh masuk,"

Tanpa menunggu lama, Aliano membuka pintu. Ia melihat seorang wanita berkisaran usia 40 tahun dengan cepolan rambut khas yang sudah sangat Aliano kenal. "Ada apa?" Aliano menatap wanita itu dingin, sedangkan teman-temannya yang lain mengikuti dari belakang.

"Kamu tahu apa kesalahanmu, Aliano Giovan?"

Aliano mengangkat pundaknya kecil, tanpa memperdulikan tatapan tajam yang Ms. France lontarkan kepadanya. "Kamu ini! Sudah saya bilang berkali-kali, kalau memang mau bersekolah disini JANGAN BERULAH." Ms. France memukul keras meja kerjanya menimbulkan suara cukup kencang.

"Maksud anda?"

"Aliano! Terakhir kali kamu datang ke ruangan saya, dua hari yang lalu. Saya sudah sempat menyinggung ini, saya akan laporkan kepada AYAHMU bahwa anak laki-lakinya selalu membuat ulah!" Ms. France menatap tajam Aliano, tanpa menyadari menekan kata 'ayah-mu' di ucapannya.

"Apa?" Aliano memejamkan matanya menahan emosi, membuat Ms. France menyadari kesalahannya. Tidak seharusnya ia mengungkit tentang ayah Aliano.

"Aliano, saya tid—"

"AYAH?! ANDA MASIH SAJA MENYEBUTNYA AYAH SAYA?! GURU TIDAK TAHU MALU! ANDA KIRA, ANDA SIAPA?! APA HAK ANDA MENGATAKAN ITU?!" Aliano menunjuk Ms. France dengan emosi, ia sudah tidak tahan dengan kata 'ayah' yang selalu keluar dari guru bimbingan konselingnya itu.

Edgar berjalan pelan ke arah belakang Aliano, "tenang, No. Biar gua yang urus, lu sama yang lain ke rooftop aja." Aliano memejamkan matanya lagi. Edgar benar, emosinya hari ini benar-benar buruk.

"Gua pergi,"

Aliano berjalan keluar dengan cepat, ia sudah muak dengan tatapan bersalah yang wanita itu berikan. Entah mengapa, ia sangat tidak suka dengan tatapan itu.

"Zel, Van, lu pada duluan aja. Tempat biasa, biar gua yang urus Ms. France." Edgar mendekati kedua laki-laki yang dari tadi hanya menonton dengan tenang. "Oke," Vazel dan Zerivan berjalan keluar mengikuti Aliano yang sudah jauh.

"Lain kali, kalau tidak mau berakhir seperti Mr. Oliver. Perhatikan kata-kata anda." Tanpa berbalik mengahadap Ms. France Edgar membuka suara. "Aliano tidak akan membiarkan hal ini terjadi untuk ketiga kalinya, saya pergi."

Ms. France jatuh terduduk setelah melihat Edgar meninggalkan ruangannya. Hal yang terjadi kepada Mr. Oliver benar-benar membuat seluruh guru tidak bisa menghentikan kegiatan Aliano sedikit pun. Laki-laki itu memiliki wewenang yang sangat besar atas sekolah ini. Aliano benar-benar monster di tengah-tengah guru.

***

Saat sampai di rooftop, Aliano hanya bisa menatap langit biru yang memperlihatkan matahari dan awan yang berada tepat di atas kepalanya.

"No, lu gak kenapa-kenapa, kan?" Zerivan menepuk pundak Aliano dari belakang, yang hanya di balas dengan anggukan singkat. "Lu serem," Vazel menonjok pelan perut Zerivan, mulut laki-laki satu itu benar-benar tidak bisa di jaga. "Ah! Sakit, bego."

"Gua capek, gua pulang dulu." Aliano meninggalkan Zerivan dan Vazel yang masih menatap tajam satu sama lain. Sadar dengan apa yang di ucapkan Aliano baru saja, Vazel menahan lengan Aliano yang baru beranjak.

"Tapi ini masih jam sekolah, No." Vazel menatap bingung Aliano. "Gua pusing aja," Aliano menepis keras tangan Vazel dan berlalu.

Edgar yang baru saja sampai di pintu masuk rooftop menatap bingung Aliano yang melewatinya. Kemana laki-laki itu akan pergi? Edgar hanya dapat bertanya dalam hati, karena setelahnya Vazel dan Zerivan ikut meninggalkan dirinya yang sangat penasaran.

"Van! Zel! Aliano kenapa?" Zerivan yang merasa dirinya di panggil, menolehkan kepalanya. "Katanya pusing, mau pulang. Aneh banget kan?" Edgar mengerutkan keningnya, sejak kapan laki-laki yang terkenal tidak pernah menunjukkan kelemahannya itu mengalami rasanya pusing. "Yaudah, kita lanjut kelas aja. Biarin Aliano pulang, pikirannya lagi ga tenang." Zerivan dan Vazel mengangguk, lalu melangkahkan kakinya pergi.

To Be Continued..

the ladykiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang