"Kalau boleh tau, kenapa menumu selalu mochaccino atau teh hangat saja?" tanya lelaki itu sambil memandangi cangkir teh yang kedua perempuan itu.
"Ini sih, hanya sesuai moodku saja. Kalau mochaccino karena saya sedang senang, kalau teh perasaan saya lagi agak mendung, hehe." tuturnya. "Jadi sekarang, kamu moodnya lagi gak baik?"
Perempuan itu mengangguk, "iya, begitulah."
"Kalau boleh tau, kenapa? Siapa tau kamu mau ringanin masalahmu, dengan cerita ke saya. Saya orang baik-baik, kok." tawarnya. Sejenak perempuan itu menimang-nimang, "saya sendiri bingung mau ceritanya darimana, tapi mungkin langsung ke intinya saja."
Lelaki itu mengangguk antusias, "boleh saja."
"Jadi, saya punya masalah sama jurusan yang saya ambil, sebenarnya saya dari awal gak suka sama jurusan ini. Tapi saya masuk universitas itu karena beasiswa, saya pengennya masuk jurusan yang saya suka, eh tapi kok ini malah berbanding terbalik."
"Oh, jadi sewaktu kamu tes masuk kamu ngambil beberapa jurusan tapi hasil tesnya kamu malah lolos di jurusan yang gak kamu harapkan itu?" tanyanya. "Iya, seperti itu." sahut si perempuan.
"Tapi bagus toh, kamu dapat beasiswa. Itu berarti kan kamu pinter," ucapnya. Perempuan itu menghela nafasnya berat, "sama saja kalau bukan bidang yang disukai sih, males."
Lelaki itu tersenyum tipis sambil mengangguk-anggukan kepalanya, lalu ia meraih satu buah jeruk yang ia bawa dari dalam tasnya.
"Saya bawa jeruk nih, kamu mau gak? Enak kok ini."
YOU ARE READING
Aku, Kamu, dan Jeruk Asam
Short StoryCerita singkat yang mempertemukan mereka di kafe saat sore yang gerimis dengan sebuah jeruk asam, dan obrolan yang manis.