two day's

1 0 0
                                    

" tiga hari lagi pengumuman itu kan..?" suara berat dan sedikit berat itu mengagetkanku. dengan langkah selanjutnya, ia menyentuh pundak ringkihku lembut. sentuhanya, jangan tanyakan kepadaku bagaimana hati berdebar begitu cepatnya. ia bagaikan sebuah magnet yang terus menarikku dan menjadikan dia sebagai pusat duniaku. Reka

" ya, tiga hari pengumuman itu!" kataku dengan ceria dan beralih menatap mata cokelat beningnya. ini yang kusuka dari Reka, matanya yang indah nan tajam dan mata itu hanya terfokus padaku sekarang. 

"hmm, itu berarti hanya sisa 24 jam x 3 untukku menatapmu sedetail ini!"

aku terbang, terbang membelah atap kantin disiang ini. kata-katanya.. apakah aku kekurangan oksigen? aku sesak nafas sekarang. lelaki idaman bukan? yang akan menahanmu saat kakimu mulai beranjak? oh.. Tuhan selamatkan aku dari fatamorgana ini..

"yah.. tiga hari.. hanya tiga hari lagi aku akan menggapai semua mimpiku!" jelasku mantap


"oke kalau gitu, semoga berhasil. Aku gak akan bisa menahanmu tetap disini bukan? Kamu punya mimpi yang besar Rin." Entah hanya halusinasiku saja, atau memang dia bergetar. Suara merdunya berubah menjadi lebih serak seperti menahan tangis.

"yah setidaknya gak akan ada lagi yang nebeng pulang ke kamu tiap hari!" gurauku, aku takut ia benar-benar menangis.

"maaf, aku mengecewakanmu.." katanya lemah, namun tidak dengan genggaman tanganya padaku yang kurasa lebih menegang.

"untuk apa? Aku sudah memaafkanmu bukan? Oh Reka.. ini sudah lewat dua bulan yang lalu. Aku sudah lupa!" kataku tegas, oh God! I dont wanna reply this.

"aku seharusnya bisa menjadi alasan terkuatmu untuk tetap tinggal disini, maaf aku mengecewakan.. payah.. bodoh!"

"silahkan memaki dirimu sendiri Reka, iu tidak akan mengubahmu, atau mengubahku sekalipun.. aku gak peduli.. sudahlah.. semakin kamu bahas ini semakin aku ingin cepat-cepat pergi!" kataku cepat, dia sudah benar-benar membuat luka yang kering kembali mengaga.

"yah, memang.. semua sudah berakhir bukan? Tapi kuharap setelah kamu kembali, aku bisa menebus semua kecewamu itu!" katanya tegas, nampak mata elangnya menampakkan keseriusan, bola matanya berubah berapi-api.

"terserah, tapi aku gak akan menagih itu ke kamu!" jawabku singkat. OK bola mata dan wajahnya cukup membuat aku terpesona, namun dengan topik pembahasan seperti ini, maaf aku harus ke kelas saja sekarang, mungkin Fisika bisa melupakan kejadian ini dari otakku.

Kulepaskan genggaman hangatnya perlahan, kubereskan semua buku-bukuku dan segera hengkang ke kelas, terlihat sorot matannya meredup, tarikan nafas putus asanya terdengar jelas, nampak segores luka mengaga disana. Namun, jika kuteruskan luka dua bulan yang lalu akan semakin menganga, bukan hanya untuk dia.. tapi buatku juga..

Hai! aku masih baru sekali di wattpad, jika cerita ku kurang menarik mohon maaf.. aku akan perbaiki di next chapter.. thanks for reading gusy!

�C�nֶC��s�/

Time's up!Where stories live. Discover now