happy reading!
---
Pukul enam sore saat kami keluar melewati gerbang mansion.
Jungkook dengan hati-hati membawa sedan menuruni jalanan landai yang di hujani salju ringan. Aku meliriknya, teringat pembicaraan di ruang makan yang sempat tertunda.
"Jadi, apa yang ingin kau katakan tadi?"
"Ah iya." jarinya mengetuk setir mobil, "Aku.. tidak lagi tinggal di mansion. Sudah cukup lama. Sekarang aku menyewa apartemen di Seoul."
"Seoul?" aku menoleh ke arah Jungkook, "Lalu ada apa dengan sikapmu tadi?"
"Itu-"
"Aku pikir kau begitu karena Bibi tidak tahu. Namun sepertinya bukan."
"Makanya dengarkan aku dulu. Jangan memotong." Lidahnya berdecak kesal menanggapi kebiasaan tidak sabarku sebelum akhirnya kembali serius. Aku hanya menyimak tidak merasa bersalah.
"Aku berbohong ke Bibi kalau kau sudah tahu tentang ini. Ia selalu bersikeras menyuruhku untuk memberitahumu. Makanya aku menyuruhmu diam. Jika tidak, Bibi pasti mengomel."
"Kenapa berbohong?"
Spontan Jungkook menatapku tajam dan terlihat begitu jengkel, "'Kenapa berbohong?'? Kau bertanya kenapa aku berbohong?"
Aku menatapnya sedikit bingung, berusaha menebak apa yang Jungkook maksud. Kemudi lalu berputar membawa keluar mobil menuju jalan utama yang lengang. Jarum speedometer terlihat merangkak naik. Tak lama setelahnya, mobil berhenti di perempatan lampu merah.
"Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu."
Jungkook menghela nafas dengan jengkel, "Yah lupakan saja jika kau sebegitunya tidak ingin berbicara denganku."
Ah. Memori lama tiba-tiba kembali muncul mendengar ucapan Jungkook barusan.
Aku lantas memijit pangkal hidungku begitu mengingat kejadian 5 bulan lalu. Saat itu aku sedang melaksanakan misi selama kurang lebih dua minggu. Ponsel 'asli'ku sama sekali tidak terpakai dan mati di apartemen.
Kemudian saat aku menghidupkannya kembali, puluhan panggilan tidak terjawab, dan ratusan pesan dari Jungkook telah mangkir di dalamnya.
Jungkook terdengar agak marah saat aku menelponnya balik. Sejak saat itu, dia merajuk dan jarang mengirimiku pesan.
"Masih mau diungkit lagi? Aku sudah bilang kalau benar-benar sibuk saat itu."
"Eoh. Aku ingin terus membahasnya sampai kau benar-benar merasa bersalah dan muak. Kau tidak tahu aku hampir saja melaporkanmu sebagai orang hilang."
Jungkook diam sejenak, lalu melanjutkan, " Aku bahkan berusaha menutupinya dari bibi dan bilang bahwa aku sudah bertemu denganmu untuk membicarakan hal ini. Dan hanya itu alasanmu? Sibuk?"
"Aku juga sudah minta maaf? Tapi kau tetap merajuk tidak jelas."
"Merajuk tidak jelas? Aku ini cemas Hyebin!"
Lampu hijau menyala. Desingan mobil mengisi ruang mobil menggantikanku yang terbungkam.
"Maaf, Jungkook. Aku benar-benar tidak bermaksud begitu-"
"Maaf aku bertertiak." Jungkook memotong tiba-tiba, "Berjanjilah, kau tidak akan menghilang seperti itu lagi. Aku tahu kau sibuk. Aku juga sibuk. Tapi paling tidak sempatkanlah memberi kabar. Tidak lama, hanya mencuri beberapa detik waktumu."
Aku terdiam memandangi Jungkook. Apabila situasinya berbeda, tanpa pikir panjang aku pasti mengiyakan Jungkook. Tetapi dengan pekerjaan seperti ini, permintaan ini bisa jadi hal terberat untuk kupenuhi.
![](https://img.wattpad.com/cover/128579624-288-k992565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Intelligence
Hayran Kurgu--- Jeon Hyebin, seorang agen intelijen yang memiliki sebuah rahasia besar dan reputasi bintang lima bekerja melaksanakan misi berbahaya dengan Taehyung, seorang agen intelijen yang bahkan batang hidungnya tidak pernah terlihat di kantor. Namun, rep...