Happy reading!
---
Untuk kedua kalinya, aku datang ke sudut area 'kantor' yang paling ramai dikunjungi.
Sekembalinya dari ruangan Namjoon, aku bersiap untuk pulang dan menyempatkan diri membuat segelas karton kopi. Aku melirik ke bilik kerja Jimin yang kosong.
Rupanya ia pulang lebih awal saat aku sedang mengumpulkan berkas tadi.
Saat hendak mengambil bungkus kopi, seseorang dari belakang menjulurkan tangannya melewati pelipisku, mengambil bungkus yang sama.
Aroma parfumnya menyeruak masuk indra penciumanku. Aku mendongak, mendapati sosok yang terkejut melihatku.
"Oh, Violet?"
"Tidak perlu berpura-pura terkejut seperti itu." Ucapku mencoba terdengar sesopan mungkin.
Ia hanya tertawa kecil, kemudian tercengang melihat bungkus kopi milikku dan miliknya bergantian, "Wah kita memilih produk yang sama. Kalau begitu, bisa kau sekalian membuatkannya untukku?"
Aku hanya meliriknya bergantian dengan bungkus kopi sachet di tangannya. Aku menghela nafas. Bagaimanapun juga pria didepanku ini adalah team leader-ku.
Kuambil kopi kemasan milikinya, mulai menuangkan isi bubuk kedalam gelas karton. Dari ujung mataku, terlihat Taehyung memajukan bibirnya sedih, "Sepertinya aku membuat kesan pertama yang buruk."
Aku hanya diam mengabaikannya, melanjutkan aktivitas membuat kopi instan.
"Katakan, apa kesan pertamaku seburuk itu? Apa yang kau tidak suka dariku?"
"Padahal coffee maker yang lain sedang kosong. Apa kau kesini hanya untuk menanyakan hal itu?"
Tangannya bertopang di atas meja setinggi perut, mengangguk setuju, "Anggap ini bagian dari introspeksi diriku."
"Kau sungguh tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu?" Aku mulai menuangkan air panas dari ketel listrik, "Atau tidak ingin tahu?"
Ia memiringkan kepalanya, suaranya begitu pelan hingga seperti berbisik, "Beri tahu aku."
Aku menatapnya aneh setelah tiba-tiba mendengar suaranya yang melembut. Tanganku masih sibuk mengaduk kopi di kedua gelas secara bergantian.
Dia pikir dia keren? Pikirku.
"You seem unprofessional. And i hate unprofessional people."
"And?"
"You're not serious."
"And?"
Alih-alih menjawab, aku memberinya gelas karton berisi kopi yang ia pesan. Aku mengangguk memberi salam sebelum meninggalkan Taehyung dengan pertanyaannya. Tidak lupa mengambil gelas karton kopi milikku.
"Tapi omong-omong.." Taehyung tiba-tiba berucap, menggantung kalimatnya hingga membuatku penasaran.
Demi mendengar kalimat selanjutnya, aku berhenti dan berbalik, "Ada apa?"
"Kau terlihat dekat dengan Namjoon, bukan begitu?" tanyanya tiba-tiba.
Aku hanya menatapnya seolah bingung. Meski sejujurnya, aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya yang tiba-tiba.
Semenjak namaku disebut di ruangan Namjoon, aku berasumsi Taehyung akan penasaran dengan satu dua hal hingga datang menghampiriku disini. Aku membuang waktu--bersedia membuatkannya kopi--untuk mendapatkan jawaban. Tapi pertanyaan barusan bukan salah satu yang kuharapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Intelligence
Fiksi Penggemar--- Jeon Hyebin, seorang agen intelijen yang memiliki sebuah rahasia besar dan reputasi bintang lima bekerja melaksanakan misi berbahaya dengan Taehyung, seorang agen intelijen yang bahkan batang hidungnya tidak pernah terlihat di kantor. Namun, rep...