Chapter 3 : Fake Smile

283 15 5
                                    

Happy Readinggg!!!

Hari ini gue bawa bekal dari rumah. Gue membagi ke tiga sahabat gue. Saat kita sedang menyantapnya, Kevin yang baru datang langsung mengambil roti yang masih tersisa dikotak bekal gue.

"Sisanya buat gue yaa.." dia tersenyum sangat manis lalu berlalu dari kita dan bergabung bersama teman-temannya. Gue hanya tersenyum membalasnya.

Kevin sering mengambil sedikit dari bekal yang gue bawa. So, hari ini gue bawa 2 bekal. Dipastikan yang satu buat Kevin. Dia menerimanya dengan sangat gembira. Gue tau kalok itu adalah makanan kesukaannya. Dia membawa kotak bekal itu ke meja salah satu teman perempuan gue. Kevin duduk disebelahnya lalu membuka kotak bekalnya dan mengajak teman perempuan gue itu makan berdua. Demi dewa bin yogarizna hati gue sakit banget. Kevin emang ngehargai makanan yang gue berikan untuknya. Namun, dia berbagi makanan yang gue bawa dengan teman perempuan yg lain. Lidah gue keluh, mulut gue seakan ada lemnya hingga gue gabisa berkata apapun. Gue usap dada gue yang terasa seperti ada pedang yang menusuk berkali kelai. Gue coba senyum walaupun nyatanya gue sakit, tapi gue yakin "There are million reasons to smile" batin gue.

Jam menunjukkan pukul 12.30 yang berarti bel pulang akan segera berbunyi.

KRIIINGG! KRIINGG! bel pulang meramaikan seisi sekolah, gue bergegas pulang bareng sahabat sahabat gue.

Saat hari mulai malam, dan cuaca dingin mulai menyelimuti badan gue, gue memutuskan untuk tidur setelah pr matematika gue beres.

Esok harinya mentari pagi menyapa dengan hangatnya, gue bangun dengan bantuan alarm, Mama. Yah mama yang selalu bangunin gue tepat waktu, gue bersyukur banget punyak mama dan papa tentunya kakak adik gue, bersykur punyak keluarga seperti ini, meskipun jauh dari kata kaya, karna kaya juga belum pasti bisa membeli kebahagiaan, apaansi dah gue hahaha.

Gue lari ke kamar mandi, dan setelah 28 menit lamaya gue uda siap berangkat ke sekolah, gue pamit sama mama papa gue, gue cium punggung tangan mapa gue, dan gue berangkat. Saat gue di ambang pintu, kakak gue manggil gue

"Dek..." panggil kakak gue, Fauzi

"ya kak??" tanya gue bingung, tumbenan nih orang pagi pagi uda ajak gue ngomong, kesamber setan apa nih hahaha

"Mau bareng gue gak sama adek lo??" ujar kakak gue nawarin tebengan

"Ngga deh kak, Rusy naik angkutan aja kak, lagian sekolah kita kan ngga sejalan, ntar gue takut lo pada telat" tolak gue haluussss, sehalus sutra

"ohhh, yauda sekolah yang bener yahh jangan galauu mulu lo, hatihati berangkatnya" goda kakak gue

Deg
Seketika ada yang menohok hati gue, ya gue emang lagi galau kea girls jaman now, tapi gue ngga pernah pamerin ke galauan gue, karna bagi gue nggak semua masalah bisa dibagi bagi.

"Apaansi lo kak, noraaakkk" ujar gue kesel

"Yauda maa paa Rusy pamit yaa, berangkat dulu, Assalamualaikum" ujar gue sambil berlalu dari rumah gue

" Waalaikumsalam" balas mereka semua kompak

ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang