Kesempatan Terakhir

201 18 3
                                    


Maafkan aku, ini salahku
Terima kasih, semuanya berkat kamu
Ini semua kata-kata yang kau katakan karna kebiasaan
Meskipun aku tahu kamu sedang berjuang
Kamu mungkin berpikir aku bodoh
Jika aku katakan bahwa kadaan sulit dengan wajah yang menangis
Apa itu akan menjadi lebih baik?

Jika saya menangis dan katakan itu menyakitkan, siapa yang akan mengalami waktu yang lebih sulit?
Semua orang akan baik-baik saja
Mungkin kita terjebak satu sama lain
Didalam kesalah pahaman kita sendiri
Tidak, kau tidak mengerti aku
Kapanpun aku melihat mata kekhawatiranmu

Sayang Aku sangat kesepian sangat kesepian
Aku merasa seperti aku sendiri
Ketika aku melihatmu sangat lelah
Aku khawatir aku barang bawaan bagimu
Bahwa aku terlalu banyak

Sayang Aku sangat kesepian sangat kesepian
Aku merasa seperti aku sendiri
Aku tidak ingin membuatnya jelas padamu
Aku sudah terbiasa menahannya
Pahami aku
Kita bersama tapi kita tidak berjalan bersama
Kesepian dan kesengsaraan, bedanya hanya satu kenangan
Tapi mengapa kau terus mencoba menuliskannya sebagai sesuatu yang lain

Sayang Aku sangat kesepian sangat kesepian
Aku merasa seperti aku sendiri
Aku tidak ingin membuatnya jelas padamu
Aku sudah terbiasa menahannya
Pahami aku

Nyanyian itu berakhir begitu saja. Dari sudut mata lelaki itu mengalir setetes air mata. Tepuk tangan dan riuh teriakan mengisi ruangan yang sangat luas itu. Konser pun berakhir dengan lagu tadi.

Lelaki itu langsung meninggalkan panggung. Berlari ke belakang panggung dan mengambil jaket serta masket dan topinya.

"Ya! Kau mau kemana?!" Tanya manejernya, tapi dia tak menjawabnya atau bahkan tak mendengarnya.

Satu hal yang ada di pikirannya. Bahwa dia tidak ingin menyesal. Dia harus mengatakan apa yang ingin seseorang dengarkan.

Jonghyun memasang sabuk pengamannya dan dengan cepat melaju menuju bandara. Seseorang akan meninggalkan negara ini untuk waktu yang sangat lama dan mungkin takkan pernah kembali.

"Ini mungkin bisa saja menjadi kesempatan terakhirku," gumamnya.

Perjalanan menuju bandara tidak selancar yang dia kira. Sebuah kemacetan terjadi, lantas ia segera turun dari mobilnya dan berlari menuju sumber kemacetan.

"Maaf, memang ada apa di depan?" Tanyanya pada salah seorang pria yang berada di dekatnya. Tapi pria itu hanya menggeleng dan menunjuk ke arah depan.

Jonghyun pelan-pelan mengikuti arah telunjuk pria itu. Sebuah kecelakaan terjadi di sana. Jonghyun berpikir, lalu masuk ke mobil dan memutar arah ke arah yang berlawanan. Ada jalan lain menuju bandara walau harus menambah waktu dua puluh menit lebih lama.

Jonghyun menambah kecepatan mobilnya, padahal hari sudah mulai hujan dan jalanan mulai licin.

"Wait me, give me a second chance," Jonghyun menambah kecepatannya lagi. Jauh di depan sana traffic light sudah berganti warna menjadi hijau. Dia semakin menambah kecepatannya.

Tapi..

Tidak seperti yang di bayangkannya. Dia sudah yakin tadinya tidak ada satu mobil pun yang berada di sana tadinya.

Brakk..

Dentuman keras berbunyi hingga radius 10 meter. Semua mata menuju padanya. Mobil Jonghyun telah berputar sebanyak tiga kali di udara.

Brukk..

Tadinya tidak ada satu pun dari arah sana, tapi tiba-tiba muncul sebuah truk makanan cepat saji dari tikungan. Sehingga membuat Jonghyun kehilangan kestabilannya. Ia hendak mengelakkannya tapi sudah terlambat.

Asap mulai bermunculan dari mesin mobilnya. Dan Jonghyun telah terletak tak berdaya di bangku kemudi. Kepalanya mengeluarkan banyak darah.

Ambulance pun datang.

Dan orang itu terduduk lemas melihat Jonghyun yang berada dalam mobil. Lelehan hangat mengalir deras membasahi pipinya.

Wanita yang memegang tiket penerbangan menuju AS itu menangis. Tubuhnya bergetar hebat.

"Yerim~a,"

Panggilan yang tak di dengar oleh sang pemilik nama.

"Ya, kenapa kau menangis, aku di sini, hm?"

Entah telah berapa kali Jonghyun memanggil wanita yang berada di depannya, tapi wanita itu tak sekali pun menoleh ke arahnya.

"Aku kenapa?" Tanya pada dirinya sendiri.

Tubuhnya tampak bersinar. Dia tak bisa memeluk Yerim bahkan menyentuhnya. Lalu dia mulai melihat sekelilingnya dan berakhir melihat dirinya sendiri terbaring di stretcher menuju ambulance.

"Ayo." Malaikat maut mendekati Jonghyun.

"Kemana?" Tanyanya.

~To Be Continue~

I'm sorry bcz i make you in difficult, but it's hard to me too, to make this.
Don't angry to me, i just make a tribute for my Kim Star-JH- bcz i just can do it for him.

Before Our Spring (It's Me, Jonghyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang