Tentang mimpi, ku layangkan kabar yang mengiris hati.
Awalnya, segala intuisi sudah ku siapkan sebagai senjata diri. Penuh ambisi! Tetapi ambisi kali ini tidak begitu mengikat semangat. Ikhlas, lepas dan bebas...
Betapa tegar ku tuliskan bait akan perjuangan yang akan digeluti. Semangat begitu terlihat terpatri. Rasanya surga dunia sudah tepat didepan mata saja. Kali itu...
Namun, naas.
Ludes, terbakar oleh kenyataan pahit yang menjadi suguhan didepan mata dalam surga dunia yang ku gambarkan sebelumnya.
Dan, ternyata...
Hilang, semua sia-sia. Tentang mimpi yang kali ini harus dipangkas rapi, bahkan nyaris tak tersisa lagi. Secercah bekas perjuangan masih memberontak mengharap hasil sesuai ekspektasi. Jiwa semakin terkoyak, awak tak lagi tegak, hati tak lagi berperasa, hanya logika yang mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Satu kata yang ku lontarkan saat itu, ialah "Iris saja hati ini!" tak usah pikir dua kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Cinta dan Cita-cita
RandomBerdiri tegak, meski rapuh tak dapat dielak. Kerja keras sekuat tenaga meski sempat tergerus malas. Tak bernaungan kesamaan, namun sesama berumpat tuk perang akan lawan, lalu harap menang! Jauh memang, namun jarak pandang kita tak akan terputus l...