CHAPTER 2 : DEPRESSION

24 5 0
                                    

'PRANGGG!!!!'

"Lagi-lagi .. adik Rei berbuat ulah .. " ia menatap Rei yang langsung keluar dari ruang istirahat dan membereskan kekacauan yang dibuat oleh pasien pasiennya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

" Dokter Kim Aerin?"

"Ne?" Aerin langsung menghadap kearah suara yang memanggilnya. Di depannya sekarang berdirilah seorang laki laki berkulit putih bak pangeran dengan perawakan yang tinggi. Aerin cukup lama melamun karena ia yakin laki laki yang berdiri di depannya ini adalah pasien yang dimaksud oleh Sungjae , seniornya.

"Bisa kita mulai jam konsultasi ?" Laki laki di depannya menjawab dengan senyum manisnya sambil menatap Aerin yang masih diam menatap kearahnya.

"Eoh .. tentu saja , silahkan masuk ke ruangan saya." Aerin berjalan melangkah dan membuka pintu ruangannya dan duduk di kursi yang biasanya ia tempati jika sedang ada pasien yang sedang konsultasi.

Laki-laki itu masuk dan mengedarkan pandangannya ke setiap inci ruangan Aerin. Entah apa yang dipikirkan olehnya saat ini. Ia hanya berdiri dan melihat lihat barang barang di dalam ruangan Aerin.

"Jung Yoon Oh-ssi " Aerin memanggilnya sambil memegang kertas kertas dan sebuah pena. "Silahkan duduk di kursi ini" Aerin menatap Yoon Oh sambil mempersilahkan laki laki tersebut duduk di kursi yang memang telah di sediakan.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang dimaksud Aerin , badan tegapnya tidak tertutupi meski ia sedang duduk sekarang. Mungkin siapapun yang melihatnya akan terpesona.

"Panggil aku Jaehyun" laki laki itu sembari memberikan senyum manisnya lagi kepada Aerin.

"Ah ne .. namamu ada 2 atau..?" Aerin bertanya sambil melihat beberapa data data pasiennya ini.

"Jika kau bertanya ada berapa namaku maka aku akan menjawab , aku punya 3 nama , tapi kau bisa memanggilku Jaehyun , Jung Jaehyun"

"Ada 3 ?? Wah .. banyak juga , hmm .. " setelah selesai membaca data data laki-laki didepannya ini ia menaruh kertas kertas itu tepat dimeja samping tempat duduknya. "Apa yang mengganggumu Jaehyun-ssi ? Hingga kau berfikir untuk datang kesini dan konsultasi"

"Entahlah , sejujurnya aku tidak mau pergi dan datang kesini , aku sedikit dipaksa sebenarnya" Jaehyun tetap tersenyum manis seperti sebelumnya dan menjawab pertanyaan Aerin.

"Oleh siapa? apa oleh orangtuamu??" Aerin kembali menanyai Jaehyun dan menunggunya menjawab.

"Dokter , kau berfikir bahwa aku kesini karena orangtua ? " Jaehyun sedikit tertawa karena pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita di depannya ini. " Aku bahkan tidak yakin mereka mengingat anaknya ini."

"Lalu?" Dari jawaban Jaehyun Aerin sadar bahwa senyuman dan tawaan Jaehyun bukan perasaan yang ia benar benar ingin tunjukkan. "Jaehyun-ssi sebagai pasien terhadap dokternya , pasien dapat membagikan ceritamu ke dokter yang kau percayakan , dan menurutku , kau bisa percaya kepadaku untuk menceritakan cerita yang kau simpan."

"Percaya? Kenapa aku harus percaya? Bahkan aku tidak memilihmu dan menginginkan untuk datang kesini Aerin" Lagi lagi Jaehyun tersenyum kepada Aerin. Senyum yang sulit dijelaskan. Mungkin jika hanya sekali pandang orang akan berfikir bahwa itu senyuman yang sangat manis dan sangat tampan. Seperti dipahat oleh seniman ternama. Tapi jika melihat lebih lama , itu bukanlah senyuman kebahagiaan. Dan Aerin sadar akan hal itu.

Aerin cukup tersentak karena Jung Jaehyun tidak memanggilnya dengan embel embel dokter atau embel embel bicara dengan formal. Jaehyun hanya memanggilnya 'Aerin' , hanya ' Aerin'.

"Apa aku salah bicara ? Menurutku aku tidak masalahkan memanggilmu tanpa embel embel ?" Jaehyun menatap Aerin dalam dalam. "Usiamu juga lebih muda dari padaku kan?"

Blood , Sweet &  TearsWhere stories live. Discover now