Chapter 4

16 4 2
                                    

Minrin memeluk kakinya dengan punggung yang bergetar. Air matanya tidak berhenti mengucur di pipi tembamnya itu.

Seketika semua perasaan itu bercampur aduk. Rasa takut, rasa sedih, rasa cemas, dan rasa bersalah yang menyergap hati Minrin muncul pada saat itu juga.

Kedua orang tua Minrin dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan yang belum lama terjadi. Sedangkan Minrin tidak bisa pergi ke rumah sakit.

Ibu Jimin yang berstatus sebagai nenek Minrin melarang Minrin untuk pergi ke rumah sakit. Neneknya terus-menerus menyalahkan Minrin akan kejadian ini.

Sepertinya yang dikatakan oleh neneknya adalah suatu kebenaran. Sehingga semuanya berakhir dengan Minrin yang menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian yang menimpa kedua orang tuanya. Bahkan Minrin masih mengingat bentakkan wanita tua itu sebelum ke rumah sakit.

"Cucu sialan! Sejak awal aku memang tidak pernah menyetujui pernikahan putraku dengan ibunya yang yatim piatu itu. Lihat sekarang apa yang telah dilakukan oleh putri dari wanita hina itu!"

Minrin kembali menangis tersedu-sedu. Neneknya membentak dirinya begitu kasar. Bahkan Minrin berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah sewaktu neneknya membentaknya dengan kata-kata kasar itu.

Ini semua salahnya. Sebuah kesalahan yang dibuat oleh seorang Park Minrin.

Jika saja Minrin tidak merengek untuk meminta kedua orang tuanya pulang dari luar megeri karena perasaan rindu, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Seharusnya Minrin bisa menahan gejolak rindu yang ada di hatinya.

Namun pada kenyataannya rasa rindu itu terus menusuk ulu hatinya. Terasa menyakitkan jika menahannya seiring waktu. Dan pada akhirnya Minrin merengek meminta kedua orang tuanya untuk pulang, dan terjadilah kejadian seperti ini.

Jimin dan Arin ditemukan terdampar di sebuah pulau dengan keadaan mengenaskan dan tidak sadarkan diri.

Lalu, Minrin merasakan sebuah kehangatan yang menyelimutinya, karena seseorang memeluknya dari belakang.

"Kau baik-baik saja sayang?"

"Kim ahjumma?" ucap Minrin tersadar.

"Apa nyonya membentakmu terlalu kasar?" tanyanya lembut, lalu melepaskan pelukannya dan menatap kedua mata sembab Minrin.

"Minrin baik-baik saja ahjumma."

BRAKKK

Pada saat itu juga, pintu kamar Minrin dibuka secara kasar. Membuat atensi Minri dan Bibi Kim teralihkan pada pintu kamar yang terbuka. Nenek kembali datang. Namun kini dengan wajah sembab dan mata yang memerah di ambang pintu tersebut.

Matanya menatap tajam ke arah Minrin dengan telunjuk yang mengacung ke arahnya. "Kau! Cucu sialan yang telah membuat putraku meninggal bersama wanita sialan itu! Mulai sekarang kita tidak mempunyai hubungan apapun. Kau bukanlah bagian dari keluarga kami! Lebih baik kau pergi keluar rumah ini!"

Seoulmate—Chapter 4
4 Januari 2017

Seoulmate : The Signs of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang