Mengikis Jarak

66 13 20
                                    

Setelah kejadian 'salah-sebut-nama' yang amat sangat memalukan dua hari lalu, Seongwu harus menutupi wajahnya dengan masker setiap berbicara dengan Daniel alasannya sih ya jelas karena dia malu setengah mampus. Ditambah lagi Daniel yang selalu memberikannya senyum meremehkan ーmenurut Seongwuー setiap bertemu dengannya membuat ia mau tak mau pasti mengingat kejadian laknat itu. Hari ini niatnya Seongwu mengajak Daniel untuk membicarakan tugas Bu Kahi di perpustakaan sekolah, tapi berhubung di sekolah mereka banyak oknum tidak bertanggung jawab yang suka menyebar foto dengan kekuatan hengpong mehong akhirnya Seongwu mengganti tempat kerja kelompok mereka di kedai bakso Bude Jisung yang terletak di depan sekolahnya.

Baksonya murah loh, cukup tiga ribu saja untuk dapat satu mangkok.


Iya mangkoknya doang baksonya enggak.

Hmz.

"Daniel, pulang sekolah nanti kita kerja kelompoknya di kedai Bude Jisung aja ya? Kalo di sekolah aku takut banyak oknum licik." Ajak Seongwu, yang diajak bicara malah asyik membolak-balik buku tata cara penulisan huruf latin yang baik dan benar tanpa menyahuti ajakan Seongwu. "Daniel? Uy aku ngomong sama kamu loh, jangan dicuekin dong." Tambah Seongwu sedikit merajuk.

"Saya dengar kok Seongwu."

"Kalo denger kenapa aku dicuekin sih?"

Daniel menutup bukunya dan menoleh ke arah Seongwu menatap wajah teman satu kelompoknya itu, "saya pernah baca di novel kalau diam itu berarti iya."

Seongwu mencebik. "Kalo diam itu tandanya kamu tuli atau gak kamu bisu bukan jawaban iya," ia menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap tajam Daniel seakan meminta jawaban atas ajakan kerja kelompoknya di kedai Bude Jisung, kalau Daniel jabarkan sih mata Seongwoo seolah bicara 'cepet jawab iya atau tidak, kalo gak kamu aku kebiri pake gunting kuku!'

"Iya Seongwu, pulang sekolah di Bude Jisung." Daniel membereskan buku dan kotak makannya kemudian memasukkannya kedalam tas, "kamu tidak ke kantin Seongwu?" Tanyanya.

"Gak dulu deh, aku lagi diet." Jawab Seongwu sekenanya, sebenernya sih bukan karena ia sedang diet melainkan karena Ekso sebentar lagi mau comeback dan dompet Seongwu dalam keadaan zonk tanpa isi. Jadi mau tak mau Seongwu, yang merangkap sebagai fanboy garis berat Park Chanyeol ini harus menyimpan uang sakunya baik-baik urusan lapar atau tidak masih bisa diurus belakangan, toh ketika sampai dirumah ia bisa makan sepuasnya.

Ya walaupun godaannya seribu satu, apalagi sempol depan sekolahnya. Aduh menggugah selera.

"Kamu diet? Diet yang seperti apa?"

Seongwu mencoba mengingat-ingat apa yang dikatakan teman perempuannya tentang diet, "umm ya gitu. Lewatin sarapan dan makan siang, pulang sekolah baru makan.....mungkin?" Ia mengucapkan mungkin dengan sangat pelan sehingga lawan bicaranya tidak mendengarnya. Seongwu kemudian berpikir, ada gitu manusia yang bisa bertahan hidup tanpa sarapan dan makan siang? Bahkan Seongwu yang notabene sudah sarapan sebakul nasi saja kadang masih suka merasa lapar di kelas, apalagi kalau ia melewati sarapannya? Bisa-bisa Seongwu kena busung lapar tiba-tiba.

"Kamu gila? Itu namanya penyiksaan Seongwu. Kamu bisa kena *Dispepsia karena Gastrum kamu memproduksi asam lambung berlebi..."

"Gimana gimana, aku bisa kena apa? Disleksia?" Seongwu mengerutkan dahinya bingung, sumpah, selama pelajaran Bu Kahi kerjaan Seongwu hanyalah mengukir pulau jawa yang berada di antara dua buah gunung jadi wajar kalau kalimat yang keluar dari mulut Daniel terdengar seperti bahasa alien baginya. "Kamu kalo ngomong pake bahasa manusia dong Niel, aku gak ngerti."

"Dispepsia Seongwu, itu sama aja kayak maag gitu aja kamu gatau."

Seongwu kembali mencebik, "tinggal bilang maag aja, gausah pake bahasa planet gitu ah."

ScienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang