dua

414 83 2
                                    

Sehun pov:

Aku menyayangi, hatiku sakit ketika memalingkan wajahku dan menganggapmu tidak ada. Aku memperhatikanmu tanpa orang sadar.

Aku bahagia dia mencintaiku, aku ingin membalas perasaan itu. Namun aku adalah Oh Sehun robot orang tuaku, semua diatur oleh mereka termasuk orang yang akan menjadi pendampingku nanti. Aku tidak menyalahkan mereka ini semua takdirku, menjadi begini.

Aku tidak ingin memberikan harapan semu yang menyakitkan walau aku tahu sikapku telah menyakitinya. Aku benci dengan senyumnya yang seolah baik-baik saja.

Aku ingin berjuang tapi apa dayaku aku tetaplah Oh Sehun yang pengecut yang tidak bisa membahagikan orang yang paling aku cintai.

.

Aku melihat Joy berjalan lemah dijalan, aku mengikutinya dari belakang memastikan kalau Joy baik-baik saja. Aku merasa bersalah dengan kejadian ditoilet, Joy yang terpejam dengan baju yang basah digendong seseorang.

Aku tidak menyangka Irene yang terkenal lemah lembut melakukan hal sekejam itu pada Joy hanya karena diriku.

Maafkan aku Joy maafkan aku

.

Aku bersembunyi memastikan kalau Joy pulang dalam keadaan baik, aku membuntutinya dari belakan sampai Joy sampai rumahnya.

Joy sampai dirumahnya dengan selamat aku bernafas lega. Aku menunggu sampai Joy mematikan lampu kamarnya.

Tapi lampu tidak dimati-matikan, aku baru ingat Joy tidak bisa tidur dalam gelap. Aku menertawain kebodohanmu

"selamat malam, mimpi indah" monologku meninggalkan tempat itu.

.

Pagi hari aku melakukan kebiasaan mengecek pesan yang Joy kirimkan untuknya, aku tersenyum membaca pesan tersebut dan meletakan ponselnya kembali.

Aku telah siap untuk berangkat sekolah lalu mengambil kunci mobilku menatap foto masa kecil aku dan Joy tersenyum.

"ayo berangkat" monologku

Aku mengendarai mobilnya menuju sekolahsetelah lima belas menit sampai sekolah. Aku memperhatiakan gerbang menunggu seseorang muncul.

Beberapa menit orang yang kutunggu muncul, masih dengan senyum diwajahnya. Senyum yang menjadi topeng untuknya.

'selamat pagi' batinku seolah menyapanya

SEHUN POV END

.

JOY POV

Hari ini hari yang membuatku bahagia, aku mendengar kabar kalau Sehun kemarin memarahi Irene hingga membuat Irene menangis . Irene sangat payah begitu saja menangis, dimana Irene yang kasar dan menyiksaku kemarin.

Aku sengaja mengikuti Sehun, berkuliah dijurusan yang sama dengan Sehun berharap bisa satu bertemu saat ada kelas. Aku mengambil matkut yang sama seperti Sehun dan bisa menganggu Sehun. Walau kita berbeda tingkat , aku semester 5 dan Sehun semester 7 tapi sistem perkulihan berbeda dengan SHS, suatu keberuntungan bisa memilih makul setiap semesternya.

Aku duduk dibelakang Sehun mengamati punggung lebar itu, lihat itu punggungnya begitu nyaman jika aku bersandar disitu.

Aku mencintai Sehun sangat mencintainya mereka bilang aku hanya terobsesi dengan Sehun tapi aku tidak peduli. Mereka menyebutku perempuan gila yang terobsesi dengan Sehun, penghancur hubungan Sehun dengan perempuan lain.

What the F*ck

kapan aku mengancurkannya, perempuan itu saja yang tidak tahu diri. Bukan salahku tapi salah sendiri. Orang patah hati selalu menyalahkan orang lain untuk menjadi pelampiasan, begitu mereka menyalahkanku untuk menjadi pelampiasan.

Jam kuliah telah berakhir begitu cepat bagiku bahkan buku catatan didepanku masih bersih tanpa goresan sedikitpun. Lalu apa yang aku dapatkan saat kuliah tentu hal yang sangat indah mengamati pujaan hatiku yang tak pernah bosan aku pandang.

Aku berjalan kedepan menghampiri pujaan hatiku, dengan senyuman yang menurutku begitu manis. Aku membawa bekal untuknya. Untuk Sehunku yang telah membuat hariku sangat indah.

Aku tersenyum melihatnya yang sedang sibuk mencatat sesuatu dibukunya, mungkinkah dia mencatat namaku. Aku begitu terharu

"Sehun ini untukmu"

Aku menyerahkan kotak bekal untuknya, Sehun tetap diam tidak bereaksi apapun. Namun menit berikutnya Sehun merapikan buku-buku dan peralatannya memasukannya dalam tas . Sehun menyenggol makanan yang telah aku siapkan hingga jatuh membuat isinya beramburan.

Oh tidak bekal special itu, aku menatap Sehun lembut dan tersenyum. Lain kali aku akan memakai tempat makan yang tutupnya lebih kuat saat terjatuh isinya tidak beramburan.

Sehun menatap bekal yang jatuh tersebut. Tunggu tatapan macam apa itu, tidak aku hancur. Aku ingin menangis Sehun berlalu dari hadapankku tanpa sepatah kata.

Tidak apa-apa Sehun, tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa, aku berbohong sekarang. Aku terluka Sehun tapi tenang aku telah terbiasa menikmati luka ini.

Tapi tidak, aku tidak boleh menangis tapi kenapa sakit. Aku harus tetap tersenyum, tidak boleh menangis. Joy tidak boleh menangis. Kuambil kotak bekal yang jatuh, menyapu makanan yang terbuang dengan senyumku.

Seseorang menepuk bahuku dan tersenyum seolah bertanya keadaanku

"aku tidak apa-apa" dia tersenyum mengacak rambutku lalu meninggalkanku diruang sendiri. Aku tidak marah tidak marah tapi aku kesal rambutku berantakan.

Aku tetap tidak menyerah, kucari Sehun dan aku melihatnya dikantin sedang memakan makanannya. Aku harus belajar memasak seperti masakan dikantin agar Sehun menyukainya. Aku berjalan lalu duduk didepan Sehun, menatap wajah tampannya dengan senyumanku.

"joy menyingkirlah, aku ingin duduk disitu" ucap Kai sahabat Sehun seperti tidak suka dengan kehadiranku. Aku mengeleng dan tersenyum

Sehun bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan kami.

Tunggu sebentar lagi Sehun aku belum ingin menyerah. Tunggulah

"lihat, bahkan aku yang muak melihatmu mendekati Sehun. Apalagi Sehun" ucap Kai menyenggol bahuku lalu menyusul Sehun.

Siapa kamu, berani-beraninya mengucapkan kata-kata itu kepadaku. Tapi apa Sehun muak denganku, tidak itu tidak mungkin. Aku gadis yang berhati besar dan baik apa kurangku.

Dengar Sehun aku gadis yang perlu kamu perhitungkan

Kamu melihat usahaku bukan

Lihat temanmu bahkan menghinaku Sehun

Tidakkah kamu ingin membelaku?

Aku selalu bertanya sesuatu yang aku sudah tahu jawabannya, aku tersenyum. Aku ingin menangis sekarang seseorang tolong aku. Tidak aku tidak akan menangis aku belum kalah, hatiku masih mampu menampungnya.

Getaran diponselku membuatku mengingatkanku ada pesan masuk. Lihat ponsel begitu hebat bukan, benda itu selalu mengingatkanku dengan banyak hal.

Kubaca pesan tersebut dan tersenyum.

             From : XXX

              Hay bidadari, apa sayapmu sudah patah?

            Datanglah padaku jika kamu ingin mengantinya

       To ; xxx

            Sayapku terbuat dari besi

          Sebentar lagi mungkin berkarat

           Tunggu Sampai aku lelah memberinya pelumas

         From :

         Baiklah

          Ingat ada diriku yang siap membantumu memberi pelumas



Thank for reading

Aku & Kamu = [bukan] kita   /ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang