"(namakamu) sekarang ulangan kan? Gue nggak belajar -,-" ucap Salsha enteng.
"Kaya biasanya lo belajar Sal!" Fio menoyor kening Salsha.
"(namakamu)? Lo kenapa? Lo sakit?" tanya Salsha.
(namakamu) menggeleng.
"Lo puasa ya (nam..)?" tanya Fio.
(namakamu) menggeleng lagi, kini giliran Salsha yang menoyor kening Fio "Sekarang itu hari sabtu! Masa iya puasa -_-"
Fio mengusap-usap dahinya, "Yee bisa aja (namakamu) ngegantiin puasa tahun lalu yang bolong!"
Salsha memutar bola matanya kesal, "Lo kenapa sih (nam..)! Cerita kek!"
Lagi-lagi (namakamu) menggeleng, sampai bosan Salsha dan Fio melihatnya. Mereka tau sifat (namakamu), jika seperti ini pasti ia punya masalah.
"Selamat Pagi!" sapa Pak Haris memasuki kelas.
"Pagi!" jawab seisi kelas serempak.
Tanpa kata-kata, tanpa basa-basi Pak Haris membagikan kertas ulangan.
"Selamat mengerjakan! Jangan Saling mencontek! Jika ada yang mencontek kertas ulangan kalian akan bapak robek jadi dua!" Hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulutnya.
1 jam kemudian..
"Baiklah Iqbaal kumpulkan kertas ulangan dan bawa kemari."
Iqbaal mengangguk sopan lalu mengambil satu persatu kertas dan terhenti di meja (namakamu), ia memandangi wajah (namakamu) sembari tersenyum.
(namakamu) yang melihatnya pun memandang Iqbaal bingung. Tidak hanya (namakamu), seisi kelas juga bingung melihat tingkah Iqbaal.
"Ekhemm!" Suara berat terdengar jelas di telinga Iqbaal.
Iqbaal segera sadar lalu berjalan ke meja Pak Haris, "I..ini Pak"
Pakh Haris menurunkan posisi kacamatanya lalu menaikkannya kembali ,"Terimakasih! Kembali duduk."
Iqbaal segera duduk di bangkunya.
15 menit kemudian..
"Ada dua orang yang mendapat nilai sempurna, dan salah satu dari orang tersebut tidak saya sangka mendapat nilai sempurna! Selamat untuk Iqbaal dan (namakamu)!" ucap Pak Haris.
Seisi kelas bertepuk tangan dengan tampang heran, sementara (namakamu) mengutuk dirinya sendiri "Kok bisa dapet sempurna sih! Perasaan gue nggak mikir-miki amat!" umpat (namakamu) dalam hati.
Kedua sahabatnya hanya cengo melihat (namakamu), "(nam...)??"
(namakamu) mengibas-ibaskan tangannya, "Gu.. Gue ngga tau! Perasaan gue tadi nggak bisa ngerjain semuanya!" ucap (namakamu).
"Kamu jangan merendahkan diri (namakamu)! Pertahankan nilaimu ya! Bapak tau sebenarnya kamu emang anak cerdas!" ucap Pak Haris.
Iqbaal tersenyum senang dan memperlihatkan kedua jempolnya pada (namakamu), (namakamu) memalingkan wajahnya membuat senyuman Iqbaal mengendur.
**
"(nam..) Lo belajar ya?" tanya Salsha sambil mencoret-coret bukunya. Yap buku Salsha hanya berisi coretan, tanpa ada tulisan sedikitpun.
(namakamu) mengangguk malas.
"Ngapain sih lo belajar!" protes Fio.
"Kemaren Iqbaal ngajakin gue belajar," jawab (namakamu) datar.
"Ooh Iqbaal, bagus dong! Sering-sering aja lo belajar bareng Iqbaal" ucap Salsha dan disusul anggukan dari Fio.
"Lo berdua itu aneh ya! Selalu nyuruh gue gausah belajar! Eh sekarang nyuruh gue belajar, dasar plin plan. Kenapa sih semua orang tuh plin plan? Nyebelin!" omel (namakamu).
"Belajarnya bareng Iqbaal kan? Ya gue dukung!" ucap Fio terkekeh.
"(namakamu)!" Iqbaal menghampiri meja (namakamu).
"Pinjem (namakamu)nya dulu ya Fi, Sha." tanpa persetujuan (namakamu) Iqbaal sudah menarik lengan (namakamu).
"Bawa aja Baal! Gausah balikin juga nggak apa-apa!" teriak Salsha.
"Hobi banget ya kamu narik-narik tangan orang tanpa izin," protes (namakamu) lalu menepis kencang tangan Iqbaal dari lengannya. Mereka berdua kini masih di ambang pintu kelas.
"(Namakamu), kamu marah sama aku? Bukannya harusnya aku yang marah ke kamu?"
(Namakamu) menatap Iqbaal benci, "Ya aku marah sama kamu, kamu tuh plin plan! Labil! Nyebelin!"
Iqbaal menghembuskan nafas beratnya, "(Namakamu).. Dengerin aku dulu, kenapa sih kamu gamau dengerin aku? Kenapa selalu menyimpulkan semuanya sendiri!"
"Apa yang harus aku dengerin! Udahlah capek tau, bikin sakit hati aja!" (namakamu) membalikkan tubuhnya ia hendak berjalan menuju tempat duduknya.
"AKU TUH SUKA SAMA KAMU (Namakamu)!!! YANG AKU SUKA ITU KAMU!!! (Namapanjangkamu)!!! KAMU!! BUKAN CEWE LAIN!!" teriak Iqbaal.
(Namakamu) terdiam mematung, kemudian ia merasakan seseorang membalikkan tubuhnya dan mendekapnya.
"Maafin aku teriak-teriak, aku sayang sama kamu." lirih Iqbaal, ia mengusap lembut puncak kepala (namakamu).
Tes..
Air mata (namakamu) kini sudah meluncur indah, perlahan tangannya terulur membalas dekapan Iqbaal.
Suasana di kelas kini semua siswa merasa tercengang, bahkan di luar kelas pun ramai karena mendengar suara teriakkan Iqbaal tadi.
"Se.. Serius? Apa yang gue liat bener kan?" Fio memukul lengan Salsha keras.
"Sakit bego! Gue juga ga nyangka, Iqbaal keren banget masa!" ucap Salsha. Ia lalu sadar karena banyak siswa yang melihatnya ia berteriak.
"Apaan woy! Kalian pikir lagi nonton drama apa? Bubar!!!"
Berkat teriakkan Salsha siswa dari kelas lain yang ikut menonton itu bubar. Sekarang hanya ada anak sekelas dan dua manusia itu tentunya.
"Tapi iya deh gue kayak liat drama korea gitu, huhu terharuu." Salsha menatap (namakamu) dan Iqbaal sambil berkaca-kaca.
Iqbaal berbisik di telinga (namakamu), "I love u, do u love me?"
(Namakamu) mengangguk diiringi sorakan teman-temannya.
Bastian kini menangis di pojokan, namun ia tak menyangkal bahwa yang dilakukan Iqbaal itu keren. Yah dia mengakui kalau ia kalah.
**
-Bersambung
Jangan lupa follow, vote, dan comment ya ;))
@vhy_vicky^^
KAMU SEDANG MEMBACA
REALLY? [IDR]
Teen FictionKakeknya pemilik sekolah, ayahnya ketua yayasan di sekolah, ibunya mempunyai bisnis butik yang terkenal. Mungkin yang orang lain lihat ia adalah anak yang paling beruntung di dunia ini. Ia bisa berbuat apa saja, ia bisa membeli apa saja yang ia mau...