Prolog

54 6 0
                                    

Ternyata perpisahan bukanlah akhir dari segalanya.
~Avela Deani Ananta

-oOo-

Avela sudah menebak akhir seperti apa pertengkaran memuakkan kedua orang tuanya ini. Namun tak disangkanya kata itu akan didengarnya juga. Hambar. Sedikitpun tak dirasakannya sakit dan kecewa yang menyelimuti keadaan. Ia terlampau muak dengan semua ini.

Yang tidak disangkanya adalah pilihan yang saat ini harus dihadapinya. Ada benci mendengar pilihan yang ditawarkan kedua orang tuanya ini. Tidak adil. Mereka yang bermasalah, ia yang harus menanggung akibatnya.

"Aku bisa hidup sendiri tanpa belas kasihan siapapun!" jawab gadis itu terluka.

"Jangan bersikap kekanak-kanakan! Kau tidak akan kami lepaskan begitu saja!" bentak ayahnya marah.

"Bukankah selama ini juga kalian tidak pernah peduli, Tuan dan Nyonya Ananta? Oh ... maksudku Tuan Ananta dan Nyonya soon-to-be-Andromeda!" jawab gadis itu sinis.

"Kau keterlaluan! Kemasi bajumu sekarang juga, Avela! Aku akan mengantarmu ke rumah calon suamimu malam ini!" tentu saja perkataan ayahnya ini bagai petir di kemarau panjang. Tak terduga.

Malam itulah, untuk pertama kalinya Avela melihat orang yang akan bersamanya menghabiskan sisa hidup.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang