'Oh iya, kalo gak salah namanya Azalea Orry kalo gak Yolanda Renita siapa gitu. Spik aja kali aja cocok, gue juga bakal ikut seneng kalo lu jalan bareng cewe ͡ ° ͜ʖ ͡° '
Notif LINE yang ter-pop up di HP Hideki muncul beberapa detik, sebelum HPnya mati karena kehabisan daya.
***
"Itsuno hi ka kimi to hora unmei dattane tte. [Suatu hari kau dan aku ditakdirkan]
Futari de warai nagara issho ni arukeru to ii na. [Sangat menyenangkan tertawa bersama-sama]"
Hideki berhenti menyanyi dan memetik gitar hitamnya."Main gitarnya udah pro, suaranya lumayan. Tapi kok masih nyanyi sama cermin?" ucap seseorang muncul di balik pintu apartemen Hideki.
Sosok itu menatap laki laki dengan kaos oblong dan boxer spongebob berwarna kuning sedang memangku gitar selesai menyanyi sendiri di depan cermin, bukan menyanyi untuk seorang gadis. Sungguh miris.
"Urusai yo. Oke, Riko, anggep aja ini gue lagi latihan," ucap Hideki membela diri dari sosok Riko ini.
[*re: berisik ]"Sae ae upil kanguru Himalaya. Gimana kabar UN lo? Ini udah tanggal 27 Maret," Riko membalik kalender di dinding Hideki yang dicoret pada tanggal yang sudah berlalu.
Hideki hanya bisa tersenyum menanggapi Riko yang sedang melepas jaket cokelatnya. Dia bertanya tentang UN SMP Hideki, tapi Riko sendiri juga akan UN jenjang SMA.
Pettt.
Lampu tiba tiba mati. Kegelapan melanda seluruh kota. Hanya ada cahaya dari bulan di balik tebalnya awan. Sayangnya itu tak cukup terang untuk menerangi kota.Deg!
Hideki melihat sesuatu dalam kegelapan mati lampu. Tangannya mendadak dingin dan tenggorokannya tiba-tiba kering.
Sekelebat bayangan buruk muncul di matanya. Seperti film tempo dulu yang sedang diputar secara cepat.Flashlight dari HP Riko menerangi sebagian kecil dari kegelapan itu. Betapa kagetnya Riko saat menatap Hideki yang mematung dan keringat dingin muncul di dahinya.
"Woi, lo liat apa? Siapa? Apa? Gimana?" tanya Riko bertubi-tubi. "Lo gakpapa kan? Barusan liat apa?"
Diam. Hideki masih tak berbicara.
"Woi, lo gak budek kan?!" teriaknya pada Hideki yang dari tadi diam dan mematung saja.
Setelah menetralkan napasnya, Hideki memaksa tersenyum pada sosok yang dari tadi berisik itu.
"Kalo gue kasih tau sesuatu yang gue liat, please, jangan syok, gila, abnormal, atau apapun itu." Hideki memberi peringatan pada Riko, yang disambut anggukan kepalanya.
Hideki menceritakan apa yang dilihatnya, dan ekspresi Riko sebelas dua belas dengan ekspresi Hideki tadi.
"Gitu. Maaf gue malah kasih tau hal ini sama lo. Lo gak papa kan?" tanya Hideki sedikit cemas.
Riko sedikit memaksakan senyumnya yang kecut. Tak tahu entah apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Hmph. Daijoubu.*"
[*re: gakpapa]***
"Gue ajak bentar yuk, gan," kata Renita mengguncangkan Lea yang sedang sibuk scroll timeline dan Denia yang sedang tidur.Denia menaikkan jaketnya lagi, gusar dengan Renita. "Ih, mau ke mana? Jamkos itu dipake buat tidur aja kali."
"Ke ruang guru. Gue mau tanya buku fisika gue kok belum dikembaliin ya." Tangan Renita tetap mengguncang Lea dan Denia.
"Nanti aja kalo ada Pak Selamet." Lea angkat bicara dan berhenti melakukan kegiatannya. Lea menyebutkan guru mapel yang akan mengajar selanjutnya setelah jamkos ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viscosity
Novela Juvenil[14+] [DON'T BE GHOSTIE/SILENT READER, GAIS😗✨] vis·cos·i·ty (n) : the state of being thick, sticky, and semifluid in consistency, due to internal friction. . "Semakin gue kenal lo, perasaan kok gue jadi tambah geblek+bego, ya? Tapi semakin gue kena...