Leony POV
"Harus ya pah Leony ikut?" kata gue sekali lagi, kali ini lebih memelas berharap papah merubah idenya. Papah nyuruh gue untuk nemenin dia ke acara tahunan perusahaan yang sebetulnya bukan gue banget.
"Ya harus dong Leony, masak papah sendirian" bukan papah yang menjawab melainkan mamah.
Gue memberikan teh jahe yang sudah gue seduh untuk mamah gue. Mamah menerimanya dan menenggaknya perlahan. Setelah menunggu mamah dengan tehnya, gue angkat bicara lagi "Leony mau nemenin mamah aja deh di rumah" Yang benar saja, mamah sedang tergapar lemah di kamar dan gue harus berpesta di luar sana? Sorry ya, gue bukan Kak Jongin yang sekarang sedang malam mingguan bersama Liana.
"Sudah ada Paman dan Bibi yang jaga mamah, sudah sekarang kamu siap-siap" ucap mamah.
"Iya Leony, cepat" ucap papah "Nanti papah kenalin sama teman-teman papah, kamu bisa tanya-tanya tentang kuliah kamu selanjutnya mungkin? mereka pasti banyak punya saran"
"Ya sudah iya, Leony ganti baju dulu"
"Leony, ini acara kantor lho ya, ingat pakai baju yang rapi dan sopan" ucap Mamah. Gue hanya sedikit memutar mata tepat saat gue keluar dari kamar mamah dan papah gue. Memangnya sejak kapan gue suka pakai baju sexy dimalam hari yang dingin seperti sekarang?
Gue sudah siap dengan celana panjang cokelat dipadukan dengan blus putih yang memiliki aksen cokelat melingkar di pinggang. Baju mamah sih sebetulnya. Sebagai informasi saja ya, mamah selalu bangga akan bajunya yang satu ini. Beliau pernah bercerita, konon ini baju membawa hoki. Ia selalu kenakan disaat interview kerja waktu muda dulu. 5 Kali pindah kerja, 5 kali diterima, dan 5 kali memakai baju yang sama saat interview. Hingga sekarang ia telah memiliki usaha sendiri, baju tersebut dipindah tangankan ke gue. Mamah pernah bercerita bahwa ia berharap gue memakai baju tersebut saat sidang skripsi kalau gue sudah kuliah. Boro-boro dah, keinginan untuk kuliah aja gue gak ada.
"Leony, nanti kalau ketemu Bu Julia, Bu Citra, sama Bu Shayna titip salam ya, bilang mamah gak enak badan, makanya untuk kali ini mamah gak bisa datang" Ucap mamah setelah gue siap-siap mau pergi. Dalam hati gue sedikit menggerutu kenapa harus gue? kenapa gak papah yang dititipin salam? mana gue tahu yang mana itu Bu Julia, Bu Citra sama Bu Shayna? Tetapi demi mamah yang menggelepar lemah di ranjang gua hanya tersenyum kecil sambil mengangguk.
Gue sudah diperjalanan menuju salah satu Villa milik mamah gue. Jadi Papah gue itu punya perusahaan Travel, sedangkan mamah pengelola Villa. Pasangan yang serasi bukan? tapi gue gak ada minat untuk terjun ke dunia mereka. Sejujurnya gue punya cita-cita untuk membuat angkringan kecil-kecilan. Gue selalu suka sama konsep angkringan, entahlah tapi waktu senggang gue kebanyakan gue habiskan di angkringan dekat rumah gue. Gue sampai kenal dengan Mas Hono sang pemilik angkringan saking seringnya gue kesana. Dia sering cerita tentang bagaimana dirinya waktu muda dulu, cerita tentang anaknya, hingga bagaimana cerita ia dapat membuat Angkringan Malam Rindu, jadi Mas Hono ini merantau dari Boyolali ke Jakarta meninggalkan anak istri di rumah, tujuannya cuma satu, cari duit. Tapi hebatnya Mas Hono ini setia sama istrinya dan masih perduli sama anaknya. Dan seluruh cerita Mas Hono menginspirasi gue untuk menjadi juragan angkringan sukses seperti dirinya.
"Pah, gantian dong!" ucap gue saat suara papah gue mencapai nada tinggi yang fals pada lagu Unchained Melody. Sejujurnya gue juga agak geli mendengar lagu-lagu cinta romantis seperti itu. Papah tidak melanjutkan nyanyinya, pertanda ia memberi gue kesempatan untuk mendengar lagu favorite gue di mobil. Biasanya gue memutar album 'Teriakan Bocah' dari KPR, namun untuk sekarang gue memutar album Mastodon yang berjudul 'Emperor of Sand' lagu di track pertama terputar dan cukup untuk memperbaiki mood gue yang sedikit berantakan hari ini. Sultan's Curse menjadi lagu favorite gue di album ini, sebagai informasi saja...