Chapter 27👻

5 3 0
                                    

Maaf ya ceritanya ga nyambung😁

Flashback on

Gue Bimo, gue mulai memahami dan mendalami islam. Salah satunya tentang larangan berpacaran. Selama ini gue bisa dikategorikan seorang playboy yang berapa kali sudah gonta ganti pacar. Tapi seiring berjalannya waktu, gue berubah. Tepatnya saat temen gue bernama Hafidz mengajak gue untuk ikut mengunjungi pesantrennya dulu. Disana gue dapat banyak pelajaran cara besyukur salah satunya.

“ Bro, temenin gue ke pondok gue kemarin dong”
“ Mau ngaapain fidz disana?”
“ Gue mau bantuin guru gue disana lagi kekurangan tenanga pengajar. Jadi pihak pesantren menghubungi gue untuk bisa andil dalam pembelajaran ini”
“ Oke deh gue temenin”

Keesokan harinya, si hafidz langsung jemput gue dan gue pun berpamitan dengan ibu. Setelah berpamitan, gue pun masuk ke dalam mobil. Jalanan pun sepi jadi jarak tempuhnya tidak sampai dua jam dari biasanya. Gue pun tertidur karena yang nyetir si hafidz.

“Bim bangun udah nyampe”
“ Cepet banget katanya dua jam bro”
“ Yee jalanan sepi bro lu sih molor aja”
Gue pun turun dari mobil dan melihat sekeliling pesantren ini. Ya kalau dibandingkan dengan perkotaan sih beda jauh. Suasana sejuk dan udaranya dingin.
“ Bim, seminggu ya kita disini”
“ Eh gila lu! Kenapa ga bilang??”
“ Kenapa emang?”

“Gue ga bawa baju, perlengkapan juga seadanya”
“ Santai bro minjem baju gue aja”
Setelah ngobrol panjang dengan si hafidz, ada yang menyapa kita berdua
“ Assalamualaikum, ada nak hafidz.. Ini siapa nak?”
“ Waalaikumsalam pak, ini bimo teman kantor hafidz.”
“Perkenalkan pak saya bimo”
“ Iya nak, saya pak Achmad. Mari silahkan masuk”
Gue pun di izinkan masuk dan diberikan satu kamar untuk berdua.
“ Nak, kalau mau rebahan dulu silahkan. Itu ada kamar, tapi maaf kamarnya hanya ada satu”
“ Iya pak gpp kami dijamu aja udah senang”

Gue pun masuk ke kamar dan meletakkan tas serta mengeluarkan pakaian untuk ditaruh di lemari. Setelah itu, gue mandi karena merasa gerah.
“ Bim, yok makan” Perintah hafidz
“ Yoi bro”
Gue pun keluar dan menuju ruang makan.
“ Ya allah sungguh indah ciptaanmu” Gumam gue
Gue pun termenung..
“ Nak bimo kenapa? Ga suka sama makanananya? Maaf ya nak namanya juga dikampung”
“ Ga pak makannanya enak kok bimo hanya mikirin adik bimo saja”
“ Oh yaudah kita makan”

Kami pun makan bersama anak-anak yang lain yang ada di pesantren ini. Sungguh nimatnya kebersamaan ini.
“ Nak bimo kenalin ini anak saya paling bungsu namanya Fatma Tadzkia”
“ Gue Bimo”
Gue memberi tangan untuk memperkenalkan diri tapi dia menjawab
“ Maaf kita bukan muhrim”
“Gila ini cewek jual mahal banget gumam gue”
Gue pun penasaran dengan cewek satu ini. Pak Achmad juga paman si hafidz. Jadi bisa lah gue mencari informasi
“ Fidz, itu cewek masih keluarga lo kan?”
“ Siapa? Fatma?”
“ Ya siapa lagi”
“ Ini kan pesantren bro selain agama diajarkan juga mengenal batasan juga antara laki-laki dan perempuan”
“ Oh gitu bro jadi betah deh gue tinggal disini”
“ Ye lu ga bisa semudah itu dapetin sepupu gue”
“ Emang kenapa?”
“ Calon imam yang dia inginkan itu harus rajin ibadah, tanggung jawab ga kayak lo”
“ Lah gue bisa sholat ngaji juga”
“ Percaya deh gue”
Obrolan pun gue putus dan ketika hendak mencari udara diluar gue pun ketemu pujaan hati gue dong
“ Hei, mau kemana?” Sapa gue
“ Assalamualaikum mas, saya mau ke masjid ngajar santri disana”
“Oh hati-hati ya”
Gila senyumannya...

FATMA POV

Kenalin gue Fatma Tadzkiya, gue lulusan sastra arab di Mesir. Ayah gue punya pesantren. Setelah gue menyelesaikan study dan menjadi sarjana, gue fokus membantu orang tua mengurus pesantren.

“ Nak nanti hafidz akan kemari bersama temannya tolong kamu bersihkan kamar tamu ya”
“ Iya ayah”

Ga perlu membutuhkan waktu yang lama dan gue pun telah selesai merapikan kamar tidur. Ayah pun meminta gue untuk menyiapkan makanan untuk mereka.

“ Nak kalau sudah tolong siapkan makanan untuk tamu kita ya”
“ Iya yah”
Siapa sih tamunya? Istimewa banget sepertinya batin gue

Gue pun keluar dari kamar dan menuju ruang makan. Mereka pun datang
“ Assalamualaikum” suara hafidz terdengar
“Waalaikumsalam”

Kami pun menyambut hafidz beserta tamunya
“Perkenalkan pak saya bimo”
“ Bim, kenalin ini pak achmad”
Oh namanya bimo batin gue
“Nak, kalau mau rebahan dulu silahkan. Itu ada kamar, tapi maaf kamarnya hanya ada satu”
Mereka pun masuk ke dalam kamar yang sudah aku rapikan tadi

BIMO’S POV
Hari terakhir gue di pesantren ini, banyak sekali perubahan positif yang gue rasakan. Dari yang tadinya males bangun pagi sekarang bangun udah paling awal untuk melaksanakan sholat subuh. Yang dulunya ga bisa ngaji sekarang alhamdulillah tinggal di lancarin aja

“ Fidz nanti ajarin gue lagi ngaji ya”
“ Iya bro tenang aja”
Gue akui hafidz teman terbaik gue. Walaupun dia anak gaul tapi ibadah ga pernah tinggal.
“ Besok kita berangkat pagi aja bro, jadi jalanan agak sepi”
“ Iya bro gue ngikut aja”

Gue sadar sekarang, dunia hanyalah sementara. Gemerlapnya dunia akan menghanyutkan iman kita.

“ Bro, gue baru sadar ilmu agama itu penting dipahami”
“ Bukan hanya dipahami aja tapi diamalkan juga. Lo punya adek perempuan bro jaga dia. Ingatkan dia untuk menutup auratnya”
“ Iya bro makasih ya”

Semenjak saran dari sahabat gue itu langsung muncul di benak gue si rani adik gue paling bawel. Kelamaan melamun akhirnya ada yang menegur gue

“ Mas Bimo gakpapa?”
Gue pun sadar
“ Eh Fatma, aku gpp kok”
“ Oh iya, nanti aku bisa minta tolong?”
“ minta tolong apa ya mas?”
“ Gini aku mau kamu dekat dengan adik aku dan mengingatkan dia sebagaimana perintah allah untuk memakai hijab”
“ Insyallah aku bantu mas”

Injury time💄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang