BAB 1

74 1 0
                                    

FAMALIO berdiri di samping Kellyn sambil menyisir rambutnya yang berdiri kayak duri landak dengan jari-jarinya.

"Lyn, pokoknya kalo anak-anak baru itu sudah pada datang, kamu mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut," ujarnya seperti perwira yang sedang memerintah anak buahnya.

"Iya, aku tahu," respons Kellyn singkat. Cewek bertubuh mungil itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah.

Udara pagi itu masih terasa agak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan subuh tadi. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMAN 3 Palembang udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan semangat ‟45. Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Kellyn Oktaviana, yang lebih dikenal dengan panggilan "Kellyn", cewek mungil berambut pendek yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram tanah pertiwi dan gerbang sekolah belum dibuka oleh Pak Wondo, si penjaga sekolah.

Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kali mengenakan seragam putih abu-abunya. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, kakak-kakak kelas dengan junior-juniornya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah. Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam.

Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk "mengatur" adik-adik kelas mereka yang baru. Katanya sih biar para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini. Apalagi buat yang sudah

duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas?

"Eh, Fam, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?" tanya Kellyn.

Famalio menganggukkan kepalanya sambil berkata, "Kamu tenang aja, semua sudah stand by di tempat masing-masing."

Kellyn manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.

"Itu mangsa kita udah datang!" seru Kellyn senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gigi kelinci yang berada di gusinya.

"Mana... mana...?" Famalio maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah. "Iya... benar. Mereka udah datang."

"Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?" tanya Kellyn.

"Mmm... Asrul, Fadjrin, Selvi, Tata... sama satu lagi... si Angger."

Kellyn tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Famalio adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Kellyn yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik.

"Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!" Tata meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah.

Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas. Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Buat siswa perempuan, rambut mereka dikucir kecil-kecil dan diikat pita berwarna senada dengan topi mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian. Lucu banget!

FANA MERAH JAMBUWhere stories live. Discover now