BAB 4

12 0 0
                                    

"LYN... gue anterin pulang ya," tawar Ziel saat semua anak sudah meninggalkan ruang kelas dengan penuh sukacita untuk segera pulang ke rumah.

Kellyn berjalan cepat menyusuri lapangan tanpa memedulikan tawaran Ziel yang berusaha menjajarkan langkahnya di samping Kellyn.

"Lyn... jangan cuek gitu dong. Gue anterin lo pulang ya," rayu Ziel pantang menyerah. "Kan lebih enak naik mobil gue daripada naik angkot."

Kellyn tetap nggak peduli dan mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah yang menganga lebar.

"Kellyn...," panggil Ziel sambil menahan tangan kiri Kellyn.

Kellyn berhenti dan menatap Zielinski tajam. "Lepasin tangan gue!"

"Nggak mau. Gue baru mau lepasin tangan lo kalau lo mau pulang bareng gue."

"Gue bilang lepasin tangan gue!"

"Gue nggak mau!"

Plaakk! Sebuah tamparan keras melayang di pipi Zielinski. Semua mata kontan menatap mereka. Ziel melepaskan genggamannya. Dia nggak menyangka Kellyn akan senekat itu. Dalam hitungan detik, di pipi Ziel yang mulus dan putih tercetak bekas tamparan jari-jari tangan Kellyn.

"Dengar baik-baik, ya. Tamparan itu hadiah buat kekurangajaran lo megang-megang tangan gue. Kalau elo masih berani ganggu gue, gue nggak akan segan menghajar elo. Jangan kira gue gak berani sama lo. Biarpun cewek, gue nggak takut kalau harus ribut sama lo!"

Ziel terperanjat. Tapi cowok itu memang sabar, ia nggak termakan emosi mendengar ancaman Kellyn.

"Lyn, kenapa sih elo sewot banget sama gue. Apa gue salah, jatuh cinta sama lo?"

"Lo kira gue bisa kemakan rayuan gombal lo? lo salah besar! Gue bukan cewek gampangan seperti yang lo kira. Kalau lo mau mainin cewek, gue rasa banyak temen sekelas lo yang bersedia!"

"Lyn, gue nggak pernah nganggap lo cewek gampangan. Aku gak pernah berniat mainin cewek mana pun. Aku cuma mengikuti kata hati dan debaran jantung gue yang udah menjatuhkan pilihannya ke lo..."

"Ziel, kalau lo masih coba-coba deketin gue dan sok ngegombal, gue akan benar-benar membenci elo dengan segenap jiwa raga gue!" bentak Kellyn kesal.

Anak-anak yang lagi bubaran kelas membuat pagar lingkaran di sekeliling Kellyn dan Ziel. Mereka membatalkan niat mereka untuk segera meninggalkan sekolah. Tontonan gratis yang seru ini sama sekali nggak boleh dilewatkan. Bahkan sampai-sampai ada yang nekat taruhan siapa yang menang dalam pertarungan kali ini. Kebanyakan sih pada megang Kellyn.

"Ziel... gue suka sama elo. Dan gue akan membuat lo melihat ketulusan perasaan gue. Gue gak akan mundur begitu aja. Tamparan ini malah membuktikan bahwa lo ada perhatian ke gue," kata Ziel lembut. Ia tersenyum manis menatap kedua bola mata Kellyn yang melotot marah.

"Dasar SINTING!" teriak Kellyn lalu berlari meninggalkan Zielinski dan menembus pagar lingkaran teman-temannya.

"HIDUP ZIEL!!!" teriak salah satu penonton yang kemudian diikuti sorakan teman-temannya yang lain. Ternyata Ziel yang menang.

"Ayo, lo bayar taruhannya!" tagih Fikri, salah satu sobat Zielinski yang ikutan pasang taruhan untuk kemenangan Zielinski.

Anak-anak mulai bubar. Yang menang taruhan tertawa lebar, sedangkan yang memilih Kellun cuma bisa kecewa.

"Ziel, lo keren banget dah! Tu cewek bisa lo buat nggak berkutik. Hebat, hebat!" puji Fikri mendekati Ziel sambil mengantongi uang yang baru saja didapatkannya.

Ziel cuma diam dan mengelus-elus pipinya yang masih terasa agak panas.

"Weits! Pipi lo merah juga, Ziel. Tamparan tuh cewek keras juga ya?" kata Fikri. "Lo nggak serius kan naksir cewek kasar gitu?"

FANA MERAH JAMBUWhere stories live. Discover now