Bagian 5

129 6 0
                                    

Mereka berlima pergi menuju gudang. Yaa satu kata GUDANG. Dimana banyak barang-barang yang tak terpakai disimpan disana. Dipenuhi debu dan usang. Gudang adalah tempat yang mengerikan, disana banyak hidup hewan-hewan kotor seperti tikus dan kecoa. Kalau kata Chaca iihhh menjijikan.

Mereka berjalan menuju gudang diujung lorong. Takut. Mungkin ada dalam diri mereka. Tapi mereka memberanikan diri demi mencari salah satu dari mereka. Hingga mereka mendengan sesuatu.

"Itu suara gedoran pintu." ujar Irsa antusias, wajahnya langsung berseri.

"Iya benar, gedoran pintu." timpal Diva.

Irsa langsung berjalan mendahului teman-temannya. Tetapi saat mereka hendak mendekati gudang itu tiba-tiba saja suara gedoran pintu itu hilang, diganti dengan keheningan.

"Ko gak ada lagi suaranya?" Diva terdengar ketakutan.

"Apa jangan-jangan itu suara syaiton?" Fini mundur satu langkah.

"Mana ada syaiton. Mungkin kalian salah dengar kali." Ayla merespon ucapan Fini.

"Tapi tadi suaranya dari sini." tegas Irsa.

Irsa semakin penasaran, ia sangat suka misteri. Ia yakin bisa memecahkan kasus ini. Irsa berjalan mendahului teman-temannya. Kemudian Diva berjalan beriringan dengan Irsa. Disaat itulah terdengar seseorang memanggil mereka.

"Heyy kalian sedang apa disini?"

"Aaaaa Fackhrii." teriak Diva saat melihat orang yang memanggil mereka.

"Ohh haii Diva. Sedang apa?"

"Kami sedang mencari Fany," jawab Diva antusias "Kau sedang apa?"

"Ohh kita lagi cari Kevan, dia ngilang udah lama belum ke lapangan." jawab Fackhrii tersenyum.

"Ohh gitu."

Chaca tampak lebih semangat, mungkin karena Roni ada didekatnya. Disampingnya pula. Ia tampak senyum-senyum, tetapi tersamarkan.

"Ca, kenapa?" tanya Roni membuat senyuman Chaca terhenti.

"Ng..ng..nggak papa." pipi Chaca memerah, mungkin ia sedang malu dioergoki Roni sedang senyum-senyum sendiri.

"Gini nih, kalo udah ketemu kita pasti jadi nyamuk." celetuk Irsa sengaja membesarkan volume suaranya.

"Iya tuh." timpal Fini.

"Iya sori-sori." Diva cengengesan.

"Kita cari aja bareng-bareng." saran Raina.

"Boleh juga tuh, lebih cepat lebih baik." Mesya membenarkan.

"Oke ayo."

Mereka semua berjalan mendekati gudang. Seketika suara gedoran pintu itu terdengar kembali. Kini lebih nyaring. Mereka menghentikan langkah, menajamkan pendengaran kemudian berlarian menuju pintu gudang.

"Fany, lo ada di dalam?" teriak Chaca membuat teman-temannya menutup telinga.

"Daripada lo disini bikin telinga kita bengkak, mendingan lo pergi gih sama si Roni nonton festival." ujar Ayla.

"Iya bener, pergi aja mendingan sama si Roni." Esa membenarkan.

"Kayaknya diusir nih, oke kita pergi." Roni membawa Chaca pergi kearah lapangan. Mereka yakin, pasti si Chaca lagi blushing.

Setelah Chaca dan Roni pergi, mereka kembali fokus ke pintu gudang. Mereka berfikir bagaimana cara membuka pintu itu.

"Ya ampun aku baru ingat, pintu ini gak butuh kunci." Raina menepuk jidatnya.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang