tiga

20 0 0
                                    

Awan mendung terlihat di wajah Shireen. Entah perasaan apa yang berkecamuk di dalam dadanya. Kedua wanita di ruang tamu itu terlihat sudah lama saling mengenal
"Sudah lama kenal dia?" tanya Shireen sambil membawa segelas teh susu untuk Aayan. Aayan melonggarkan kerah dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Matanya tampak menerawang.
"Temanku, ia baru saja bercerai," ujarnya singkat.
"Berapa lama ia akan tinggal di sini?" Shireen tampak semakin penasaran.
"Sampai orang tuanya mau menerimanya kembali, lagian ia sangat butuh pekerjaan." Aayan menarik lengan Shireen dan mendekapkan ke dadanya.
"Lagian istriku yang cantik ini bisa sedikit relaks mengurus pekerjaan rumah," sambungnya.
Shireen hanya mengangguk, walau tatapannya masih terlihat belum puas.

"Aayan, aku sudah lama tidak mengunjungi Mama," tukas Shireen dengan nada lembut. Aayan bangkit dan mengusap rambutnya yang hitam.
"Ya sudah, aku antarin kamu ya. Mau nginap berapa hari?" tanyanya.
"Tiga hari saja, boleh?" Jawab Shireen menampakkan sederet gigi putihnya.
"Iya, boleh!" Tukas Aayan sambil tersenyum.

"Kita jadi keluar?" tanya Shireen penuh harap, ia sudah dandan cantik hari ini.
"Aku sedikit capek, kita makan malam di rumah saja, bagaimana?" ungkap Aayan. Tangannya mengambil kaus tangan panjang berwarna maroon dari lemari.
"Ooh, ya sudah." celetuk Shireen dengan membulatkan bibirnya yang kemudian dicium mesra oleh Aayan.
"Happy Anniversary," ucapnya kemudian. Shireen tersenyum dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Aayan.

Anum dan Sofia masih tampak melepas rindu. Shireen dan Anum tidak bisa seperti itu. Entahlah, mungkin harapan Anum terlalu besar ketika rumah itu dimasuki seorang menantu. Shireen seorang sarjana akuntansi, walau keluarga ini tidak mengijikannya untuk bekerja lagi. Ia tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah dengan cekatan.

Aayan, sosok lelaki yang tertulis dalam takdirnya ini ternyata adalah pria gagah yang ia dambakan. Lelaki jangkung berbadan tegap dengan rambut cepak dan berhidung bangir itu memiliki kharisma yang mampu menarik hati Shireen untuk jatuh cinta. Inilah cinta saat sebuah perjodohan memutus impian dan angan para gadis muda belia di Pakistan untuk mewujudkan mimpi orang tua mereka. Cinta datang setelah melalui proses panjang dalam tatapan dan percakapan setiap harinya.

"Shireen itu belum bisa hamil," sebuah suara sayup-sayup ia dengar dari ruang tamu. Suara Anum yang sedang mengghibahinya dengan Sofia. Betapa sakit hatinya. Kalau tidak demi suaminya, Shireen sudah mencakar mulut Anum.
****

Malam itu mereka merayakan hari jadi pernikahan di rumah saja. Orang tua Aayan sangatlah baik dan pengertian. Hanya si ratu lebah ini yang selalu merecoki kestabilan hati Shireen.

"Oops, maaf Shireen!" ucapnya ketika menumpahkan semangkuk kari ayam ke pakaian yang dikenakan Shireen. Mata Shireen menatap nanar. Semua terdiam. Ibu Aayan mencairkan suasana dan menyuruhnya berganti pakaian. Shireen pun mengangguk.

Sofia mengangkat semua piring-piring ke dapur. Aayan mengangkat gelas. Shireen memperhatikan dari balik gorden kamarnya. Ada perasaan khawatir menyelinap di dadanya. Aayan dan Sofia hanya tersenyum. Tidak sedikitpun ada pembicaraaan diantara mereka. Sofia mencuci piring. Aayan masih saja di dapur. Entah apa yang dikerjakannya.

Shireen mendatanginya dan memeluk Aayan dari belakang, entah kenapa ia sangat ingin melakukannya.
"Cari apa, sayang?" tanya Shireen manja.
"Hmmm, aku mencari sendok kecil." ujar Aayan sambil berusaha melepas pelukan Shireen. Shireen sedikit menyadari, seperti ada yang tidak beres dengan suaminya. Ia terlalu kaku dan terlihat cemas.

Shireen mengambilkannya sebuah sendok dan piring kecil. Sudah menjadi kebiasaan suaminya untuk menikmati manisan setelah makan. Ia pun beranjak ke ruang makan.

"Sudah lama kenal Aayan?" Shireen membuka pembicaraan.
"Ya, sudah 5 tahun," jawab Sofia sambil melanjutkan mencuci piring.
"Dengan keluarga ini?" sambung Shireen ingin mengulik lebih dalam.
"Selama itu juga." tukas Sofia tanpa menoleh.

Shireen menahan amarahnya di dalam hati. Ia semakin penasaran dengan wanita di hadapannya ini.
"Kok bisa?" tanya Shireen tidak sabar.
"Ya, bisalah! Aku kan dulu tunangannya." Sofia meletakkan piring dan mencuci tangannya. Lalu ia pun beranjak dari tempat itu tanpa menoleh ke arah Shireen.

Shireen tergugu tanpa tahu harus berbuat apa. Baginya Aayan adalah sosok pria jujur dan sangat berwibawa. Tapi bagaimana mungkin bisa ia menyembunyikan hal yang begitu penting seperti ini darinya? Kemarahan Shireen membuncah. Ada kekecewaan di dalam dadanya. Bulir air mulai membasahi pelupuk matanya.

Ia memang tidak terlalu tahu tentang masa lalu Aayan. Namun ia juga tidak memiliki persiapan mental untuk harus tahu tentang hal ini. Banyak sekali pertanyaan di dalam benaknya. Mereka sudah bertunangan, memiliki hubungan keluarga yang baik, lalu putus dan menikah dengannya. Aaah, semua itu menari-nari di kepalanya, menjambak khayalnya. Shireen pun terduduk dan tersandar di lemari dapur.

"Shireen, kenapa ada di sini?" tanya Aayan lembut ketika melihatnya menatap dengan pandangan kosong.
Aayan mendekatinya dan mendaratkan tangannya yang hangat pada pipi kemerahan gadis itu.
"Aku menunggumu," sambungnya.
Shireen pun tersadar dan melihat Aayan dengan pandangan kecewa. Tidak sepatah kata pun terlontar dari bibir mungilnya.

Sungguh ia tidak ingin Aayan membencinya, jika kekecewaannya harus ia luapkan saat itu. Shireen menyunggingkan senyum simpul. Ia bangkit dan mengambil cangkir di tangan Aayan untuk diletakkan di bak cucian piring. Ia berbalik dan memeluk Aayan, sangat erat!

Tampak kebingungan menyorot dari mata kecokelatan di hadapannya, namun pria itu tersenyum dan memeluknya kembali, hangat!
Shireen tahu, Aayan adalah miliknya. Tidak ada seorang pun berhak mengatur rumah tangganya. Ia tidak harus khawatir dengan kedekatan keluarga ini dengan wanita bernama Sofia itu. Shireen sudah menjadi menantu yang baik!

Aayan membimbing Shireen ke peraduan mereka. Ia menggendong wanita yang telah mendampinginya selama setahun ini dengan cinta. Shireen menatap mata teduh itu. Ia sangat ingin menumpahkan kegelisahan hatinya dengan meletakkan kepalanya di atas kedamaian, dada Aayan. Mendengarkan degupan jantung pria itu dan merasakan kehangatan cinta suaminya.

Aayan meletakkan Shireen dengan hati-hati di atas tempat tidur mereka. Ia berbalik dan mengunci pintu. Malam itu hanya ada Shireen dan Aayan, menikmati cinta mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArrangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang