Chapter 2

82 10 4
                                    

Lalu sejurus kemudian Xenia melangkah menuju kamarnya, dan kudengar di arah ruang tamu Alex berjalan dengan mondar mandir tak sabaran.

"Mengapa lama sekali?aku sedang terburu-buru!"

"Hey, seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku telah mengembalikan bungkusan narkobamu. Coba bayangkan jika kotak sialanmu itu jatuh ke tangan yang salah. Mungkin sekarang kau sedang mencari-cari di kamarmu atau di kampus dan menangis di pojokan ruangan, atau kau akan di jebloskan ke dalam penjara karena telah menjual belikan narkoba"

Rahang Alex menegang. Tangannya yang dipenuhi tato mencengkram kuat. Sepertinya ia akan marah, Tepat ketika ia hendak berbicara kudengar suara Xenia yang memanggilku.

"Nora, ini"

Xenia menyodorkan uang tiga lembar 100$ padaku dan detik itu juga aku menyerahkannya kepada Alex "Ambil ini dan sekarang pergilah. Urusan kita sudah selesai"

Dengan rahang menegang, Alex pergi begitu saja dan sebelum dia pergi, Alex menatapku dengan tajam sial.

Saat aku hendak masuk ke kamar, Xenia langsung bertanya dengan buru-buru padaku "Jadi, ada apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku menatap wajah Xenia, oh iya satu hal Xenia memiliki kulit yang begitu eksotis dengan badan indahnya, dan memiliki wajah yang begitu cantik. Hal itulah yang kupuja dari Xenia dia sangat cantik. Aku lebih dekat dengan Xenia dibandingkan dengan Amber, ntahlah menurutku Xenia gadis yang baik hanya saja dia sedikit nakal.

"Begini, tadi pas pelajaran berakhir aku tak sengaja menemukan sebuah kotak di kursi yang telah Alex duduki. Kemudian saat aku membuka isi kotaknya ternyata isinya narkoba. Dan aku berlari mengejarnya untuk mengembalikan barang tersebut kepada Alex. Bukannya bilang berterima kasih padaku. Dia malah menuduhku bahwa aku telah mengambil satu bungkus narkoba miliknya. Padahal mana mungkin aku mengambil barang sialan seperti itu". Paparku panjang lebar.

"Oh baiklah aku mengerti Nora" ujar Xenia sembari merangkulku.

"Dan oh, satu lagi yang ingin kusampaikan Nora"

"Ya?"

"Alex adalah pacar Carly temanku sekaligus teman sekelasnya Amber, jadi aku kenal dengan dia. Dan satu hal lagi jangan dekat-dekat dengannya, aku tahu kau gadis baik-baik Nora." ucap Xenia tersenyum padaku.

"Ok tentu saja Xenia" ucapku sembari tersenyum. Xenia tidak menjawab dia hanya bergegas ke arah dapur.

Saat melirik jam di tanganku, sekarang sudah pukul delapan malam yang artinya aku harus berkerja di sebuah cafe ternama di pusat kota new york sebagai seorang pelayan.

Saat hendak pergi ke kamar mandi. Kudengar Xenia berteriak.

"Nora, aku pergi sekarang, pacarku sudah menungguku di depan gedung apartemen, bye" seru Xenia di arah pintu.

"Oke baiklah" ucapku pasrah.

•••

"Nora, pesanan untuk meja nomber 8" seru Eva di dekatku. Lalu bergegas pergi. Yap Eva adalah temanku di tempat aku bekerja, dia gadis yang baik dan sangat pengertian padaku.

Saat aku hendak mengantarkan pesanan ke meja nomber 8, kulihat Xenia oh sial dan tentu saja Alex sedang mengobrol sesekali mereka tertawa. Mereka berenam. Di sebelah Alex ada wanita berambut pirang dan bertubuh ideal bak model di majalah dewasa yang kuyakin itu pacarnya yang bernama Carly, di sebelah Xenia seorang lelaki yang memiliki lesung pipi diwajahnya kuyakini dia pasti pacar Xenia. Dan dua orang pria yang satu memiliki wajah sangat tampan dengan hidung mancungnya, dan satu lagi berwajah ke ke timur tengahan. sial mereka tampan-tampan.

NOTHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang