PROLOG

53 20 4
                                    

Jakarta, Indonesia 16:00 PM

Seorang gadis memasuki sebuah rumah yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Hatinya sedikit kecewa karena rumah tersebut tidak semewah rumahnya dulu. Gadis tersebut bernama Qaila. Dia berumur 16 tahun. Qaila dan keluarganya adalah penghuni baru di rumah tersebut. Sebelumnya mereka tinggal di Singapura.

Ayah Qaila adalah seorang dokter. Karena ayahnya mempunyai suatu urusan, mereka terpaksa harus pindah dan menempati sebuah rumah dinas yang sederhana ini. Namun, Qaila tetap senang karena bisa kembali ke Indonesia. Qaila tidak peduli seperti apa tempat tinggalnya sekarang, dia hanya ingin membahagiakan kedua orang tuanya.

Selesai membereskan semua barang dikamar, Qaila pergi ke ruang makan untuk makan malam bersama ayah dan ibunya. "Pa.. Tadi waktu baru sampai aku lihat rumah mewah disebelah rumah kita, disitu ada penghuninya nggak, pa?" tanya Qaila.

"Ada, disana tempat tinggal teman papa di rumah sakit. Papa dengar mereka punya anak laki-laki. Papa harap kamu bisa berteman dengannya," kata Rey, ayah Qaila.

"Hah? Laki-laki? Ada perempuan gak pa? Masa Qaila mainnya sama laki-laki?" kata Qaila sambil memelas.

"Tidak, Qaila. Mereka hanya mempunyai satu anak sama seperti kami. Papa ke ruang kerja dulu ya, ada hal yang harus papa kerjakan," kata Rey sambil beranjak meninggalkan Qaila dengan Mamanya, Wendy.

Wendy hanya tersenyum miring sambil menatap Qaila penuh arti. Qaila tahu apa maksud tatapan ibunya itu. "Apasih, ma? Jangan mikir yang macem-macem deh. Aku ke kamar duluan ya," kata Qaila sambil beranjak menuju kamarnya. Wendy hanya tertawa.

Qaila langsung merebahkan tubuhnya dikasur. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. "Masuk!" teriak Qaila. Ternyata ibunya. "Qai, jangan lupa kamu besok sekolah," kata Wendy. "Hah? Kan kita baru sampai, Ma. Masa Qaila langsung sekolah?" kata Qaila sedikit protes. "Mama hanya tidak ingin kamu ketinggalan pelajaran, Qaila." jelas Wendy.

"Argh! Iya.. iya..  Besok Qaila sekolah!" kata Qaila sambil mengerang. Wendy hanya tertawa menang sambil keluar dari kamar Qaila. Kalau masalah berdebat, pasti Wendy selalu menang. Salah satu hal yang paling Qaila benci didunia adalah 'Sekolah'. Dia berpikir, untuk apa selama ini dia belajar semua pelajaran kalau akhirnya akan menjadi seorang ibu rumah tangga. Seketika Qaila kaget saat memikirkan ibu rumah tangga. Seperti apa dirinya dimasa depan dengan keluarga. Pacaran saja Qaila belum pernah bahkan sekalipun.

Bukannya Qaila tidak laku, banyak yang menyatakan perasaannya pada Qaila waktu di Singapura dulu. Namun, Qaila hanya belum menemukan seseorang yang benar-benar dia cintai.

Qaila mematikan lampu dan langsung bergegas untuk tidur.

———

Keesokan harinya, Qaila dibangunkan oleh bunyi alarm di iPhone nya. Karena malas, Qaila langsung menekan tombol 'Snooze'. 10 Menit kemudian alarmnya berbunyi lagi, namun Qaila hanya mengerang pelan.

"Qaila! Apa yang kamu lakukan? Cepat siap-siap! Mama udah nyiapin sarapan," teriak Wendy dari luar kamar Qaila.

"Sebentar ma! Qaila lagi ngumpulin tenaga!" balas Qaila dengan mata yang masih tertutup. Tidak beberapa lama, Qaila merasakan ada beberapa tetes air jatuh ke wajahnya. Dan lama-lama menjadi sebuah guyuran air. Qaila langsung terduduk dan melihat Wendy yang sedang memegang baskom.

"Mama ngapain???" teriak Qaila.

"Nungguin kamu ngumpulin tenaga bisa sampai 100 tahun tahu! Cepat bersiap sekarang juga atau kamu akan terlambat!" jelas Wendy sambil berjalan kearah pintu. Qaila hanya terdiam kemudian langsung berjalan menuju kamar mandi.

Tidak beberapa lama kemudian Qaila keluar hanya dengan handuk. Sudah menjadi kebiasaan bagi Qaila keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk. Baginya, memakai pakaian didalam toilet lebih ribet karena pasti akan sedikit basah saat memakainya.

Qaila mengenakan pakaian sekolahnya yang sudah disiapkan oleh Ayahnya saat proses pendaftaraanya dulu. Qaila tidak merias wajahnya dengan tebal. Dia hanya memoleskan sedikit bedak dan pelembab bibir. Setelah semua sudah selesai, Qaila langsung bergegas menuju ruang makan.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Qaila untuk memakan sarapannya. Qaila termasuk orang yang rakus. Namun badannya tetap kecil dan kurus. Wendy hanya menatap anaknya dengan pandangan aneh.

"Ma, papa mana?" tanya Qaila tiba-tiba.

"Tadi pagi-pagi sekali papa sudah berangkat ke rumah sakit," kata Wendy sambil mengambil kunci mobilnya. "Oh," jawab Qaila singkat. Mereka langsung berangkat ke sekolah Qaila. Selama perjalanan, tidak ada yang berbicara. Wendy sibuk dengan menyetir, Qaila sibuk dengan pikirannya sendiri.

Qaila sedikit sedih karena ayahnya jarang bersamanya saat dia membutuhkannya. Banyak hal yang ingin Qaila lakukan dengan ayahnya. Namun, ayahnya itu selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

Karena sibuk dengan lamunannya, Qaila tidak sadar mobilnya sudah berhenti. Qaila melihat sekolah yang lumayan besar tersebut. "Belajar yang rajin ya!" kata Wendy sambil mengelus puncak kepala Qaila. Qaila hanya tersenyum sambil mengecup pipi Wendy kemudian keluar dari mobil. "See you later, mom!" kata Qaila sebelum menutup pintu mobil.

Kemudian Qaila melangkahkan kakinya memasuki sekolah tersebut. Tujuan Qaila sekarang adalah ke kantor guru.

Dia harus menemui wali kelasnya karena ia tidak tahu dimana letak kelasnya di sekolah yang begitu besar ini. Sepanjang koridor, Qaila melihat banyak sekali perempuan dengan makeup yang begitu tebal. 'Ini pesta atau sekolah?' pikir Qaila dalam hati.

Bel sudah berbunyi. Semua murid di koridor langung bubar menuju kelas masing-masing. Qaila masih belum menemukan kantor guru. Akhirnya dia memilih untuk berlari sebelum terlambat.

Saat dia ingin berbelok di ujung koridor, dia menabrak seseorang hingga keduanya terjatuh ke lantai dengan posisi Qaila berada diatas orang yang dia tabrak tadi.

Seketika Qaila ternganga. Orang yang berada dibawahnya adalah seorang laki-laki. Namun laki-laki tersebut hanya menatap Qaila dengan tatapan dingin. Qaila malu sekali, apa yang sekarang dipikirkan laki-laki ini sehingga menatap Qaila dengan pandangan yang sangat dingin itu.




To Be Continued

------------------------------------------------------

Hai, salam kenal. Ini baru prolog ya, ini juga cerita pertama yang aku buat. Semoga kalian suka ya. Jangan lupa vote dan commentnya ya. Dimohon kritik dan sarannya~ Terima Kasih^^

My Bad Boy NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang