Seorang cowok berjalan menuju ruang yang sepi. Ruang yang sering dipakai untuk belajar seni musik.
Cowok itu Alfarezel Gifran Pratama. Dia duduk di bangku yang tersedia didekat deretan gitar.
Gifran mengambil gitar itu kemudian memetiknya dan membuat alunan musik melodi.
"Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu""Apakah disana kau rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu..
Selalu merindukanmu..."Cowok itu tampak menghayati bait lagu dari Hampa-Ari Lasso.
"Suara lo bener-bener bagus" Ucap seorang siswi yang dari tadi bersandar dipintu kemudian menutup pintu ruangan itu dan berjalan lebih masuk.
Gifran menoleh hanya menatap dan diam menanggapi ucapan Ana. Memang Ana lah yang datang keruangan itu dengan meminta bantuan kedua temannya Verin dan Finka untuk diantar keruangan musik.
Kedua teman baru Ana, tidak ikut masuk ke ruangan musik. Mereka hanya sekedar mengantar Ana kemudian kembali duluan ke kelas.
Kebetulan Verin se-Band dengan Gifran, Bara dan Vino. Band mereka bernama SWAG-Band yang artinya "Single Woles Anti Galau" yang diberikan langsung oleh Agam.
Agam? Memang dia pernah gabung dengan mereka. Mereka dulunya ber-5 dengan Agam sebagai pemain Gitaris. Tetapi karena Agam sudah tidak diberi izin buat nge-Band lagi dengan orang tuanya, akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dan masuk ke bidang olahraga renang.
Mereka semua sangat pandai memainkan alat musik. Terutama Gifran yang hampir menguasai alat-alat musik seperti gitar, piano, drum, bass.
Tetapi yang mencolok dari dirinya itu,Suaranya. Gifran memiliki suara yang merdu ketika bernyanyi. Karena itu posisi Gifran di Band ini sebagai Vokalis sekaligus gitaris dengan menggantikan posisi Agam.
Verin juga sangat pandai memainkan alat musik terutama drum. Dia sangat lincah mengerakkan tangan dan kakinya. Dia hampir bisa mengalahkan Agam bermain drum ketika memainkan musik genre Rock. Karena itu Verin berada diposisi drumer.
Bara berposisi sebagai Basis. Cowok ini sangat lincah memainkan gitar listrik ketika bermain.
Dan Vino, dia berposisi sebagai pianis.
Gadis itu ikut duduk disamping Gifran tanpa di suruh. Dan Gifran tetap menganggap acuh dengan kehadiran Ana.
"Toh, Setiap manusia punya hak. Jadi siapapun itu terserah!" Menurut Gifran.Ana terus memperhatikan Gifran yang sibuk sendiri tanpa memperdulikan keberadaannya.
"Hmm.. kok tadi lo langsung pergi aja?" Ucap Ana memecah keheningan diruangan itu.
Gifran tidak peduli dengan pertanyaan gadis itu. Dia justru semakin sibuk dengan kegiatannya.
Ana merasa jengah karena dicuekin.
"Oh iya, kita nggak sempat kenalan. Nama gue Ana" Ucap Ana memajukan kepalanya untuk menatap jelas wajah Gifran.Diam.
Gifran tetap mempertahankan sikap cueknya. Dia tidak peduli dengan sosok gadis disampingnya itu.
Ana kembali merubah posisi duduknya.
"Kalau lo pengen dihargain sama orang setidaknya lo lebih dulu hargain orang lain. "Mendengar ucapan Ana yang seperti menyindir dirinya. Gifran menoleh dan menatap gadis itu sebentar kemudian kembali memainkan gitarnya.
"Huftt..Gue berasa kayak ngomong ama batu"
"Yaudah.. nggak usah ngomong" balas Gifran dengan nada sedatar mungkin.