Episode O1: Client

1.7K 169 7
                                    

           "KAU butuh gulungan kesempatan kedua untuk klienmu, Yoongi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

           "KAU butuh gulungan kesempatan kedua untuk klienmu, Yoongi?"

Memang sudah jadi makanan sehari-hari Min Yoongi mendapatkan gulungan perkamen berisi informasi roh mana yang akan ia tarik dengan sabitnya setelah tujuh hari ia ikuti, dan tatkala mendapat gulungan baru pun, ia akan melakukannya dengan sempurna. Maka dari itu, Yoongi langsung menolak tanpa menunggu satu sekon menguap. "Mati, ya, mati saja. Tuhan tak mengharuskan gulungan itu untuk digunakan." Sehingga Yoongi terkenal dengan alias lain sebagai malaikat iblis. Yoongi sendiri pun tidak peduli.

Jung Hoseok, malakat lain—katakanlah rekan sejawat—memaksa. Hoseok memasukkan gulungan-gulungan itu ke saku jubah hitam Yoongi, mengabaikan tatapan paling angker dari mata sempit itu. "Sudah, bawa saja." Tidak perlu heran, karena memang hanya Hoseok yang berani berbuat seenaknya pada Yoongi. Bahkan memberi kerlingan sekalipun. "Pasti kau akan membutuhkannya."

          Kaki Yoongi kembali menapak di rumah keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Kaki Yoongi kembali menapak di rumah keduanya. Di mana seluruh makhluk bernyawa hidup, hamparan biru berjudul samudera, lautan hijau yang disebut hutan—singkatnya—bumi.

Jeon Saena.

Ia harus memburu nyawa sang pemilik nama. Berdasarkan informasi, perempuan itu tengah berada di akhir masa mengandung. Tujuh hari terhitung di waktu esok, ia akan Yoongi cabut nyawanya ketika berusaha melahirkan bayinya.

Anaknya yang pertama.

Manusia pasti bilang, malang sekali. Akan tetapi, tidak untuk Min Yoongi. Menurut Yoongi, karena itulah kodratnya. Yoongi tidak bisa bersimpati tatkala si klien berjalan mendekati pagar berwarna biru susu setengah tiang di depan rumah bertingkat dua. Ia dirangkul dengan penuh kasih sayang oleh pria yang berstatus suami. Mereka melempar senyum bahagia seraya mengusap perut membucit besar itu.

Tidak ada rasa itu. Yoongi tak diatur untuk memilikinya, meskipun temannya Hoseok punya bergelimang gelegak untuk bersimpati.

"Sebentar lagi, kita akan berjumpa, nak." Si pria mendorong pagar lalu melenggang diiringi berbagai celoteh. Mereka tertawa dengan lantunan yang terdengar sangat bahagia.

Di lain sisi, Yoongi menatap mereka datar. Sebelum memulai langkah, jubah hitam menutupi setelannya yang memang senada terkibas. "Dan kalian akan berpisah dengan Ibunya."

             Mata tajam laksana elang malaikat Min tidak lepas dari calon ibu malang, Jeon Saena, yang duduk di sofa berada beberapa langkah ke samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

             Mata tajam laksana elang malaikat Min tidak lepas dari calon ibu malang, Jeon Saena, yang duduk di sofa berada beberapa langkah ke samping. Saena terkekeh kecil saat melihat adegan lucu yang televisi itu tayangkan.

Perempuan itu sedang sendirian karena beberapa menit lalu sang suami keluar mencari makanan yang ia sebutkan atas nama keinginan si bayi dalam sana.

Di hari pertama Min Yoongi menemui target, kegiatan monoton ialah mengamati selama beberapa jam hingga membuatnya tampak serupa pengangguran. Namun, itulah ciri Yoongi, ia akan lebih jarang tidak mengikuti calon penghuni alam kematian. Meski yang dilihat hanya duduk atau apapun, Yoongi tetap setia memantau, kecuali ia memiliki urusan.

Bel rumah mengalunkan melodi nyaring. Senyum di wajah Saena terpajang, ia menengok. Selang beberapa sekon, pintu jati berwarna cokelat itu terbuka, menampakkan gadis yang tengah tersenyum lebar. "Kakak!"

"Saeya!"

Yoongi yang memang mengikuti gerakan menoleh Saena, lantas melepas kegiatan menopang tangan di dada secara impulsif.

Yoongi yang memang mengikuti gerakan menoleh Saena, lantas melepas kegiatan menopang tangan di dada secara impulsif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

senantiasa cringe, tapi ga apalah, proses pertumbuhan. Lagian daripada mendep di draft.

Fourth Pages LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang