Episode O5: Best of Me

596 114 6
                                    

            SAEYA terduduk dengan wajah kentara lelah di salah satu kursi penumpang bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            SAEYA terduduk dengan wajah kentara lelah di salah satu kursi penumpang bus. Sekarang ia tengah melakukan perjalanan pulang, bukan ke rumahnya, tetapi ke rumah Saena bersama Yoongi di sisinya.

Di hari kedua—yang sebenarnya hari keempat—ini, Saeya menghabiskan setengah hari bersama teman-temannya. Baik itu teman kantor ataupun karib. Di antara semua orang itu, tak akan ada yang tahu makna sesungguh di balik Saeya mengadakan pertemuan kecil-kecilan yang mereka sangka sekadar reuni maupun tatap muka lantaran rindu.

Dia berperangai seperti lazimnya, dan agaknya Yoongi sudah sangat paham dari mana Saeya di usia yang mengijak dua puluh enam tahun masih memiliki banyak teman berkedok tulus.

"Sepertinya aku tidak akan menyesal memutuskannya. Sebaliknya, aku akan merasa semakin berdosa, jika aku tetap mempertahankan tanpa memiliki rasa serupa," ujar Saeya pelan, entah pada siapa pun yang mendengarkan.

"Kau melakukan yang terbaik," kata Yoongi. "Sekarang, kau akan melakukan apalagi?"

Senyap. Tidak ada jawaban. Deru mesin pendingin mengambil alih. Sekoyong-konyong Yoongi merasakan bahu kanannya tertimpa sesuatu. Hampir saja Yoongi menyembur, jika saja pemandangan wajah damai itu tidak tertangkap. Tatkala tangannya bergerak guna menyingkirkn kepala Saeya ke sisi lain, Yoongi justru terdiam dalam sekon panjang seraya memindai profil itu.

Kali ini, Yoongi berbaik hati meminjamkan bahun pada seseorang yang baru saja memberikannya jawaban tentang hakikat sesungguhnya dari suatu wujud berjudul kecantikan.

Kali ini, Yoongi berbaik hati meminjamkan bahun pada seseorang yang baru saja memberikannya jawaban tentang hakikat sesungguhnya dari suatu wujud berjudul kecantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kernyitan Yoongi tercetak jelas di alis sewaktu memotret Saeya mendandani diri sendiri dengan setelan asisten rumah tangga kebanyakan. Memakai celemek, sapu tangan diikatkan ke kepala, bonus kemoceng di lengan kiri serta sapu di lengan kanan.

"Apa ini? Mau apa kau?" tanya Yoongi tatkala Saeya menyodorkan sapu padanya.

Saeya agaknya tak begitu peduli dengan pandang menusuk Yoongi, bahkan menjawab enteng, "Bersih-bersih di kamar itu." Sambil menunjuk salah satu ruangan dekat mereka menggunakan isyarat bibir, Saeya menambah, "Rumah ini akan kedatangan nyawa baru. Jadi, wajar saja harus dipersiapkan. Kau tahu sendiri, di rumah ini tidak ada pembantu. Kakak ipar tidak bisa melakukannya, begitu pula dengan Kakak. Atas dasar itu, aku memiliki gagasan cemerlang untuk mengambil alih. Hitung-hitung menambah pahala. Asal tahu saja, aku mengincar surga."

Menghabiskan waktu bersama Saeya menuai respon baru dari Yoongi. Ia menjadi sedikit lebih ekspresif ketimbang sebelumnya. "Dan Nona Jeon, bagaimana kalau kakakmu itu mendapati adiknya tengah bercengkrama dengan sapu yang bergerak ke sana kemari tanpa ada yang menjadi empunya?"

"Oh, benar juga!"

Dalam cengengesnya, Saeya mengambil kembali sapu yang urung pindah tangan, lantas melenggang memasuki ruangan yang sudah ditata khusus untuk sang keponakan tercinta, meskipun kemungkinan ia tidak sempat melihatnya. Mengingatnya saja membuat salah satu sudut hati Saeya terluka.

Tanpa menunda-nunda, Saeya membuktikan keahliannya mengurus rumah. Saeya begitu cekatan. Ke sana kemari, ia melibas tiap debu dengan kemoceng di tangan layaknya senjata pemusnah paling manjur.

"Apa harus memanjat seperti itu?" celetuk Yoongi manakala menangkap Saeya beringsut menapakkan kaki di atas lemari setinggi sikunya untuk mencapai debu di lemari lain. Yoongi meringis. "Kau itu manusia, hati-hati."

Saeya menoleh secepat kilat dengan Yoongi sebagai medannya lalu bercicit skeptis, "Kekhawatiranmu membuatku merinding."

Yoongi lantas mendengkus kasar. Memang dasar manusia, baru saja diperingatkan, ia justru melakukan. Kaki Saeha terpeleset. Entah refleks atau motivasi apa, Yoongi bergerak menangkap Saeya. Akibatnya, mereka terjatuh ke lantai dengan posisi Saeya di atasnya.

Semua begitu cepat.

"Ah, cepat menyingkir!" titah Yoongi kelabakan seraya menyisihkan surai Saeya dari wajah. Namun, Saeya seakan tuli, bertahan dalam posisi sampai malaikat Min mesti mendorong bahunya untuk menyampaikan stimulus. Pemandangan menyakitkan sekonyong-konyong menyeruak ketika menyaksikan mata Saeya yang memerah, menatapnya dengan kadar kesedihan yang tersalurkan hingga menusuk relung.

"Hei, ada apa?"

"Panglima Min Yoongi."

Tiga silabel tercetus simultan dengan menetesnya air mata Saeya ke roman putih Yoongi.

Tiga silabel tercetus simultan dengan menetesnya air mata Saeya ke roman putih Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fourth Pages LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang