Enam

5.5K 586 58
                                    

Makasih buat rikakurnia11 buat covernya, ter-unch deh.
Betewe kalo ada yang mau kunjung ke lapaknya silahkan, yang lagi nyari-nyari bacaan teen-roman bisa baca karya dia 'pacar ketujuh' njay, saya satu aja kgk punya, itu pacar si kenard bisa sampe tujuh gmna ceritanya saya perlu les privat.
Cuss para jomblo kita belajar sama kennard d sana biar pacarnya jd bnyk. Saya kasih sedikit blurb yes:

Keduanya dipertemukan oleh takdir di Negeri Gingseng, tepatnya di Namsam Tower. Namun, seperti apa jadinya Laki-laki yang menganggap dirinya bisa membeli cinta bertemu dengan gadis yang selalu dimanfaatkan oleh cinta? Akankah si Kennard bakal tobat memelihara para selir?

Happy reading yes, kabarnya wp eror lagi, ntahlah. kalo ada apa-apa driku pasti ngewall kok.

****

Aku masih marah dengan Radit, semalam aku sudah mengusirnya dari kamar dan ketika pagi tiba aku menemukan Radit yang tidur di sebelahku. Radit bagaikan hama wereng yang sulit untuk dihilangkan. Sudah aku usir masih saja kembali lagi.

Aku menyiapkan keperluan sekolah Rasen sambil mengawasi Ale, Aku tak mau Ale membuat ulah lagi dan membuat mereka berdua bertengkar. Kepalaku sudah cukup pusing dan tak perlu ditambah lagi dengan mendengar pertengkaran mereka.

"Sayang, pasangkan dasiku dong." Aku mengabaikan Radit, padahal biasanya dia memakai dasinya sendiri, hari ini saja ia bersikap manja dan memintaku untuk melakukannya. Jika dia pikir dengin begini emosiku akan menurun maka ia salah besar.

"Sayang, kalo ada orang bicara itu dijawab." Aku merapikan pakaian Rasen, tak menjawab bahkan melirik Radit pun tidak.

Rasen memiringkan kepalanya menatapku, kemudian ia melihat ke arah papanya. "Mama kok diam aja? Mama marah ya sama papa?" tanya Rasen, aku diam, tak tahu harus menjawab apa. Kenapa Rasen harus peka?

"Mama sama papa kenapa musuhan?" Sekarang giliran Ale yang bertanya. Radit menaikkan alisnya, menantangku untuk menjawab pertanyaan Rasen dan Ale. Dia pasti tahu aku tak mungkin berkata jujur di hadapan anak-anak. Si brengsek itu, sudah selingkuh tapi tidak merasa bersalah sama sekali.

Aku berjalan menghampiri Radit, ia langsung menyodorkan sebuah dasi padaku, memintaku untuk memasangkannya. Karena Ale dan Rasen terus mengawasiku, aku memasang senyumku, senyum palsu khas para karakter antagonis di sinetron.

Entah apa yang ada di pikiran Radit ketika ia meletakkan tangannya di pinggangku. Aku melotot padanya tapi ia justru memasang senyumnya. Aku mempercepat gerakan tanganku untuk memasangkan dasi Radit. Aku tidak mau dipeluk oleh Radit yang telah ternoda.

"Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku," ucapku pelan, semoga saja Rasen dan Ale tak mendengarku.

"Aku hanya membantumu, aku takut kau jatuh." Aku mendelik padanya, aku yakin dia sengaja tidak mau menunduk. Padahal jelas-jelas dia lebih tinggi dariku dan aku hanya memakai sendal jepit saat ini sehingga memaksaku untuk sedikit berjinjit supaya bisa meraih lehernya yang cekikable.

"Sialan!" Radit berteriak ketika aku sengaja mengikat dasinya terlalu kuat. Aku menutup mulutnya yang tak bisa dijaga itu. di depan anak-anaknya dia masih saja mengumpat. Radit menatapku tajam, ia melepaskan tangannya dari pinggangku dan langsung melonggarkan ikatan dasinya. Radit menarik napas panjang.

ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang