Bumi atau Ayah?

117 0 0
                                    



Tidak setiap waktu pelangi menampakan wujudnya, ia selalu bersembunyi dari langit tetapi berbeda dengan ayah. Dia tak pernah bersembunyi. Dia selalu ada untukku, menemani dan mendukung semua kegiatan yang ku ikuti.

Aku ina, sepertinya aku adalah anak yang paling beruntung di dunia ini. Kenapa ? karena aku punya mereka, Ayah dan Bundaku. Terutama ayah. Dia itu seperti super hero yang bisa menjadi panutan untuk semuanya. Aku selalu bangga padanya. Dia mengajarkan ku banyak hal terutama tentang bagaimana kita harus menjaga bumi hingga kini aku menjadi aktivis dalam kegiatan global warming di kampusku.

"Inaaa sarapan dulu." Ujar ayah sambil berteriak ke arah kamarku.

"iya ayah, sebentar." teriakku dengan bergegas keluar dari kamar.

"Ina , kamu pulang kuliah nanti jam berapa ?" Tanya bunda sambil menyiapkan sarapan kepadaku.

"Nanti aku ada rapat aktivis bun." Jawabku sambil menyantap sarapan pagi.

"Ada rapat apa sayang?" Ujar bunda dengan raut wajah penasaran.

"jadi begini, ina rencana sama temen-temen mau ke Kalimantan. Kita mau melihat ada sebuah hutan disana yang belum diketahui siapa pemiliknya. Akhirnya hutan itu dijaga oleh warga di desa tersebut. Hutan itu bagus, menarik untuk dikunjungi. Nah, kita itu sebagai anggota dari global warming kampus ingin membantu warga disana untuk menjaganya." Ujarku sambil menghabiskan sarapan pagi

"Lo kenapa harus kalian yang jaga sayang? Kan sudah dijaga sama warga-warga disana?" tanya bunda dengan raut wajah heran

"iya bun, jadi hutan itu sering banget dikunjungi oleh beberapa pemilik perusahaan. Mereka mengetahui bahwa hutan itu nggak jelas siapa pemiliknya maka dari itu mereka berusaha untuk menebang semua pohon yang ada dihutan padahal kan itu udah termasuk milik warga desa karena mereka yang menjaganya selama ini." Ujarku dengan nada lemas yang seakan prihatin jika membayangkan.

"oh begitu, iya menurut bunda itu rencana yang bagus karena kalian membantu banyak orang tapi kamu harus hati-hati ya ina. Bener kan yah?" tanya bunda dengan mengarahkan wajahnya kepada ayah sambil tersenyum.

"iya bener" jawab ayah dengan wajah tersenyum.

"iya semoga ina dan teman-teman bisa membantu dengan baik. Ayah dan bunda mendukung kan pasti?" tanyaku sambil mengarahkan wajahku kepada mereka.

"ayah dan bunda pasti bakal mendukung dan mendoakan semua kegiatan yang kamu suka." Ujar bunda sambil mengelus kepalaku

"terimakasih ya ayah bunda. Dari kecil juga kan ayah sudah menceritakan banyak hal mengenai alam, jadi ina ingin sekali menjaga bumi ini." Ujarku dengan raut wajah bahagia

"iya ina hati-hati nanti rapatnya jangan pulang terlalu malam." Ujar ayah sambil bersiap untuk berangkat ke kantor.

"iya udah bun, aku berangkat kuliah dulu ya." Ujarku sambil bergegas mengambil tas.

"hati-hati ya sayang. Semoga lancar nanti rapatnya." Ujar bunda sambil memegang pundakku

"iya bunda. Iya sudah ayah bunda , ina berangkat dulu ya." Ujarku sambil mencium tangan mereka masing-masing.

Waktu terus berputar begitu cepat, sepertinya aku tidak pernah merasakan kesedihan sedikit pun. Tidak pernah ada satu hari pun aku tak lewati hari dengan kebahagiaan. Setiap harinya, aku selalu ingin mencapai banyak hal karena semangat dari ayah dan bunda. Seperti bumi ini yang juga selalu memberikan semangat. Setiap aku keluar rumah seakan seisi bumi ini menyapa dan berteriak untuk tidak ingin disakiti. Aku berharap, aku tidak akan pernah menyakiti bumi dan isinya.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang