Bagian 3

23 3 2
                                    

                           Awal yang baik

   Jika Alexander Graham Bell menemukan telepon untuk berkomunikasi,  aku akan mencoba menemukan sedikit keberanian untuk menyapa mu
-Zea-

  Pagi yang cerah untuk Zea, namun tidak ditemukkan sedikit pun kecerahan di raut wajah Zea
Dia berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan acuh,  walaupun banyak pasang mata yang terang-terangan ingin minta disapa oleh Zea tetapi dia tetap tidak memperdulikannya
Sekarang dia hanya ingin ke kelasnya dan menyelesaikan novel yang belum sempat ia baca

Tiba-tiba saja

BUGGHHHH

"ADUH! "

Buku-buku berjatuhan di kaki Zea, ia mendongakkan kepalanya

"hai Zea? "

Zea bungkam,  belum selesai kemarin Zea memikirkan lelaki ini dan sekarang ia malah muncul dihadapan Zea

Dengan cepat Zea membereskan buku-buku yang berserakkan dilantai dan tanpa sepatah kata pun ia berjalan melewati siswa yang barusan ia tabrak

Tidak sampai 3 langkah Zea berjalan tangannya ditarik,  dan sekarang mereka bertatapan dengan jarak hanya beberapa senti

Nafas Zea tak beraturan,  lelaki didepannya ini malah mengeluarkan sebuah senyum yang bagi Zea sangat meneduhkan

Alis tebal, dengan bola mata hitam pekat beserta hidung mancung yang Raffka miliki membuat siapapun yang melihat akan terpikat

Dan senyum itu,  seulas senyum dari bibir tipis Raffka yang sangat meneduhkan seakan menjadi sebuah magnet yang membuat Zea ingin membalasnya juga dengan seulas senyum

Dalam beberapa detik mereka Zea hanya mematung

ketika sadar Zea menarik pergelangan tangannya dan langsung menyembunyikan wajahnya yang merah merona

Zea bersiap - siap ingin kabur dari tempat itu sekarang juga

Dan lagi-lagi pergelangan tangan Zea ditarik untuk kedua kalinya

"Kita ga lagi ngulangin adegan sinetron kan ya?  " Ucap Raffka gemas

Zea menunduk,  mungkin jika diibaratkan muka Zea seperti balon merah muda yang siap meledak kapan saja

"Lahh,  mukanyaa merah"

"Lahhh,  kok gua gemess wkwk"

Raffka terus terusan menggoda Zea,  dan Zea tetap bungkam

Rafkka menghela nafas ia sangat bingung dengan gadis didepannya,  sikapnya yang misterius ditambah parasnya yang sangat cantik membuat Raffka ingin selalu menggoda adik kelasnya ini

"Kamu Zea kan?  ga mau minta maaf? Tadi kakak hampir jatuh loh ya"

Oke kenapa Raffka menjadi sangat manis didepan Zea

"saya mau ke kelas"

Zea melepaskan paksa pergelangan tangannya dan berlari menuju kelasnya

"Dekkk awas lu yaa ga bisa dimanisin dih,  ntar istirahat gua samperin ke kelas "

"woiii dekkk"

" untung cantik dah"

Raffka kembali berjalan menuju ruang guru,  melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas yaitu mengumpulkan PR teman-temannya yang tadi sempat tertunda karena ulah Zea

                              ************
   Dikelas Zea terus-terusan resah memikirkan kejadian pagi tadi,  takut bahwa Raffka benar-benar menemuinya dikelas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang