❝ Jangan mengejar dia yang
kamu cintai! Jika dia rasa hal yang sama, dia tidak
akan lari! ❞↞↞👠↠↠
Ballroom, berbagai jenis makanan, dan para penjilat. Tidak diragukan lagi, ini benar-benar sebuah pesta. Karena sebuah pesta tidak akan pernah lengkap tanpa kehadiran para penjilat dengan pakaian dan dandanan norak!
Aku bingung, kenapa Ayah suka sekali mengadakan pesta seperti ini? Setahun bisa sampai berkali-kali. Buang-buang uang saja!
"Pangeran, anda sudah ditunggu," ujar Adipati berkumis tebal itu dengan sopan.
Aku mengangguk sekali, lalu berjalan di depannya. Berjalan ke tempat dimana para penjilat itu berkumpul.
Daun pintu yang dilapisi emas dan bertabur permata, segera dibuka oleh dua penjaga ketika mereka melihatku.
Setelah dua penjaga itu mengumumkan kedatangan ku, aku menginjakkan kaki ke dalam ballroom ini.
Semua orang menatap ke arahku. Para petinggi kerajaan berperut buncit memandang ku dengan tatapan meremehkan, para wanita tua bergaun norak dan berambut tinggi menatapku dengan tatapan menakutkan. Mereka seperti ingin menerkam ku hidup-hidup. Sedangkan para gadis-gadis berbedak tebal menatap dengan tatapan memuja, bahkan ada yang sudah mengeluarkan air liurnya. Iwh! Disgusting!
Aku menghela napas, mengalihkan pandangan ke arah lain, dan, voila!
Di sudut ballroom, dekat gorden dan sedang memegang senampan kue di tangannya, seorang gadis yang berbeda dari yang lainnya.
Senyuman manis terkembang di wajahku. Dengan tergesa aku menghampirinya.
"Ehm!" Aku berdehem, tapi gadis itu, tidak juga menyadari keberadaan ku. Dia tetap asik dengan kue-kuenya. "Ehm! Permisi Nona." Dehemku sekali lagi.
Dia akhirnya menoleh. Sebelah tangannya memegang mapan, sedang sebelahnya lagi, sedang menyuapkan Kue Sus yang tertahan di mulutnya yang terbuka. Damn! Mulut yang setengah terbuka dengan bibir yang tipis! Imajinasi laki-laki ku mengembara entah kemana. Jangan bilang aku mesum! Ini wajar, untuk para lelaki!
Aku mengulurkan tangan untuk menghapus krim Sus yang ada di pinggir bibirnya, lalu menjilat krim yang sudah berpindah ke jariku. "Manis," kataku tanpa mengalihkan mata.
Dia tersenyum malu-malu. Aish! Manisnya!
"Wanna dance with me?" Aku mengulurkan tangan.