❝Cantik itu bukan segalanya.
Percuma Cantik kalau
Otak gak dipake.❞
↠↠🍎↞↞
"Cermin, cermin di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri ini?" tanyaku dengan suara membahana.
Cermin di depanku ini menampilkan sebuah wajah. Wajah seorang gadis cantik, dengan kulit seputih salju, dan bibir semerah delima.
Aku tersenyum puas.
Wanita itu adalah aku.
Aku tertawa terbahak-bahak. Tawa ku bahkan memenuhi seluruh ruangan kecil ini.
"HAHAHAHAHAHA … Memang aku wanita tercantik di negeri ini! Hahahaha!"
'Tuk'
"Aww!"
Aku menoleh, dan memberenggut kesal kepada orang pendek yang sudah mengganggu kesenanganku.
"Apa-ap-"
"Apa!?"
Protes yang ingin ku ajukan kembali tertelan saat mereka bertanya lebih galak. Ish! Udah pendek, galak lagi!
Si pendek bertopi kuning aneh--yang kulupa namanya-- turun dari pundak si topi merah. Gila tidak sih? Dia sampai naik ke pundak temannya hanya agar sampai memukul kepalaku dengan sendok kayu! Gils!
"Semakin hari kamu semakin gila! Bukannya merapikan rumah selagi kami bekerja, kamu malah bermain-main dengan cermin! Kamu lupa, kenapa kami mengizinkan kamu tinggal disini!?" Dia menunjuk-nunjukku dengan tangan kecilnya.
Yee ... Cebol!
Pasti begitu, setiap aku buat kesalahan, mereka pasti mengungkit tentang bayaran aku agar boleh tinggal di sini. Sebal!
Lagian siapa juga yang mau tinggal disini? Udah sempit, kotor, harus tinggal bareng tujuh cebol yang galak, suruh beres-beres pula! Kalau bukan gara-gara ibu tiri yang iri sama kecantikan aku juga, aku ogah! Ewh!
"Salju!"
"Ha?" sahutku malas.
"Kamu dengar tidak apa yang aku bilang tadi?"
Aku memutar bola mata jengah. Hello! Kamu tuh ngomong dengan suara beroktaf-oktaf! Teriak-teriak gak jelas! Dipikir aku tuli apa?
"Hm," jawabku seadanya.
"Sekarang, mana makan siang kami?" Sekarang si cebol bertopi hijau yang sama anehnya yang bertanya.
Dengan kesal, aku berbalik ke dapur. Menyiapkan makanan untuk para cebol-cebol itu, biar mereka cepet balik ke tambang kotornya lagi.
Setelah para cebol itu makan dengan menjijikkan--sumpah mereka makan rebek banget-- dan meninggalkan banyak cucian piring, mereka pun akhirnya pergi lagi. Syukurlah!
Kalau lagi sendiri begini, aku sering mikir, kok hidup aku gini banget ya?
Aku ini puteri lho!