4

10 4 6
                                    

Luna's POV
      
        Gua selalu berpikir setiap hari, "apakah Aldrel akan selalu membuat gua terhibur seperti 12 tahun ini?" atau, "apakah Aldrel lama kelamaan akan meninggalkan gua begitu saja?"
        Kadang, dimana dia bahagia gua pasti akan bahagia, tapi dalam lubuk hati gua pasti ada rasa sedih.
    Aduh, kenapa gua jadi mikirin dia gini sih? Udah ah, mau lanjutin nonton dramanya.

  ---

     Hela nafasku terus-menerus berhembus di hidungku,  kakiku terdiam di depan lift lobby sekolah, dan orang-orang berhamburan  menghampiri lift tersebut. Aku melihat sekelilingku untuk mencari kalau ada salah satu temanku. Tidak lama, Aldrel datang di belakang orang-orang. Aku yang berada persis di depan lift, memutarkan badanku dan menuju ke arah Aldrel berada. 

     "Halo, Rel!" Suara semangatku untuk bertemu dengannya, 
 

   "Hmm?" Kedua alisnya mengerut, lalu dia pergi menaiki tangga tanpa aku. 


     Menurut aku, Aldrel tidak pernah mengerutkan alisnya saat bersama aku, dan wajah dia selalu senang saat bersama aku. Satu hal yang ku bingungkan kepada dia, "Dia kenapa?", "Apa dia sedang ada masalah?". Tapi, kalau ada masalah pun aku sudah bilang untuk menceritakan kepadaku sehingga aku dapat menghimburnya, rasanya beda dan campur aduk dalam tubuhku ini. Otakku tidak terkoneksi, pikiranku kemana-mana, hari ini semua orang bilang wajahku polos sekali, tanganku tidak bisa tenang, dan hati rasanya ingin meretak seketika. 
 

    Mungkin saja dia hanya tidak ingin mengobrol dengan siapa-siapa dalam satu hari, mungkin besok dia sudah baikan. Besok aku akan tanyakan dia jika dia ada masalah atau tidak. 


---

     Aku tidak bisa tahan sehari tidak mengobrol dengan Aldrel, rasanya berbeda, bukan yang aku ingini, bukan yang aku harapkan. 

20.32pm angka jam yang tertera di layar ponselku, dan belum ada notifikasi dari Aldrel sama sekali.

LINE!  Suara yang ku tunggu-tunggu sedaritadi. Aku pun dengan cepat menyalakan ponselku yang sedaritadi tidak nyala. huft! Itu Ellie, nanyain PR. Aku pun mematikan layar ponselku lagi. Lalu aku berpikir berulang-ulang kali, dan sudah kuputuskan aku akan chat dia, aku tidak ingin menunggu, aku hanya ingin melakukannya dengan cepat. 

Luna. : "Rellllllll" 

---

     Sudah 2 jam ku tunggu-tunggu, dia tidak menjawab. Rasanya hanya bermain game akibat kegabutan juga masih terasa sepi jika perasaan aku teresak seperti ini. Aku pun menghentikan permainanku dahulu, lalu aku pun mencoba menelpon Aldrel. Tidak dibalas sama sekali. Lalu aku memutuskan untuk menelpon teman terdekatnya, Vando.

"VANDOOO!!" Teriakku memanggil namanya di layar ponselku yang berada menempel di telingaku,

"Buseett... Kenapa, Lun?" Tanyanya.

"Aldrel. Dia kemana sih? Terus dia juga kenapa sihh? Tadi aja cuek gitu ama gua" Jelasku,

"Mau gua ceritain?" Tanyanya lagi,

"Hm" Kataku sambil mengangguk kepala,

"Mending ketemuan aja okeh, ini panjang banget soalnya" Katanya jelas,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deep in My heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang