Walau pun sekarang masih pukul 7 malam. Harusnya aku sudah bergelut dengan selimut tebal di atas ranjang kosku.Ya, seharusnya. Sayangnya saat ini aku malah sedang bertarung dengan hujan bersama seorang gadis. Gadis yang selalu menempel padaku seperti perangko yang membuat hidupku sedikit menyebalkan.
"AL... AYOO...!" serunya yang masih asik mendribel bola basket di tangannya.
Coba bayangkan, mana ada orang malem-malem di saat hujan lebat malah main basket. Dan dengan lancangnya gadis itu malah menarikku yang baru saja selesai mandi dengan bersih dan wangi ke lapangan samping kosku ini.
Bukannya menjawab seruannya aku malah berbalik dan duduk di pinggir lapangan. Badanku rasanya sudah capek semua dan hampir menggigil. Aku tak membayangkan kira-kira aku besok bisa ngampus atau enggak kalo masih aja aku ngikutin tingkah gadis gila itu.
"GUE PULANGG...!" aku pun langsung memutuskan untuk berdiri dan melangkah ke luar lapangan basket.
Gadis itu menghentikan aksinya. Dan berlari ke arahku.
"Kenapa?"
"Ini udah malam dan... bibir loe udah biru. Loe mau kita mati ke dinginan di sini?!" jawab ku sewot dan sedikit membentak.
Gadis itu terlihat memanyunkan bibirnya tidak suka. Lalu dia pikir aku suka dengan apa yang dia lakukan. Memaksa orang seenaknya dan melakukan hal semaunya. Kembali dengan cuek aku melanjutkan langkahku untuk menuju kosku yang berada di samping kanan jalan. Aku tak tahu gadis itu kembali ke kosnya yang berada di depan kosku atau tidak. Yang pasti aku sudah benar-benar muak dan ingin segera masuk ke kamarku.
Setelah aku mandi untuk ke tiga kalinya hari ini aku segera duduk di depan meja belajarku untuk mengeringkan rambutku. Aku tak mungkin tidur dengan rambut basah kecuali aku memang berniat agar terkena flu dan besok tidak masuk kuliah.
Haahhhh... karna saking kesalnya sampai aku lupa mengenalkan diriku. Namaku Rajata Algazali. Orang-orang sih biasanya manggil aku Al. Sebenarnya aku berasal dari kota Malang, dan karna aku mendapat beasiswa di UI aku memutuskan ngekos di Jakarta. Sudah hampir dua tahun lebih aku di sini, jadi sedikit banyak malah ngikutin kebiasaan anak gaul Jakarta yang kalo manggil temen sebaya pakek loe gue. Dan gadis nyebelin yang tadi maksa aku buat nemenin dia hujan-hujanan itu adalah Yuki Agraini. Dia tetanggaku yang juga dari Malang. Kami udah dari TK selalu bareng. Makannya pas aku dapat beasiswa di Jakarta dia langsung mohon sama orang tuanya buat ngikut kuliah juga di Jakarta. Beruntung karna bukan hanya kaya, sebenernya Yuki juga lumayan pintar jadi dia bisa masuk UI dengan mudah. Hanya saja, sifatnya yang masih kayak anak kecil itulah yang bikin jadi masalah dan sering bikin aku kesel.
Drrrrttt... sebuah pesan masuk ke hpku.
'panjang umur banget sih dia' batinku sembari membuka sms yang di kirim Yuki.
YUKI : Apa Al sudah tidur...? maaf kalo bikin Al capek. Habisnya seminggu ini Al sibuk terus jadi Yuki pengen bikin Al rilek...
Rilek dari mananya? Yang ada semua badan ku tambah capek. Tak kubalas sms dari Yuki dan ku letakan kembali Hpku ke atas meja. Tuhkan masih kayak anak kecil... dia selalu memangil nama untuk setiap percakapan. Dia pikir dia masih TK.
Ku renggangkan badanku yang seharian ini tak berpindah dari meja belajarku. Ada tugas yang harus di serahkan besok dan bodohnya aku lupa. Maka hari minggu yang biasanya aku gunakan untuk bersantai pun aku gunakan untuk mengejakan tugasku hingga selesai. Sebagai mahasiswa yang masuk mengunakan jalur beasiswaan sepertiku memang selalu di tuntut untuk tak ada satupun mata kuliah yang mendapat nilai C apalagi sampai harus mengulang semester depan.
Setelah berlembar-lembar tugas itu aku tata akupun mulai melangkah ke ranjangku untuk beristirahat. Rencananya sih seharusnya seperti itu. Sebelum ketukan di pintu mengalihkan tujuan kakiku.