Sudah lebih dari seminggu ini aku melihat Al terlihat sibuk. Bahkan jika tidak aku ingatkan untuk makan, Al sering melupakan jam makannya. Tapi tidak apa-apa aku suka jika aku berguna untuk Al.
"Kenapa melamun?"
"Ah... kak Feny...!" seruku terkejut karna sapaan tetangga kamar kosku itu.
"Lagi binggung nih... pengen ngajak maen Al biar rilek, soalnya seminggu ini Al sibuk terus. Tapi di luar juga hujan terus" keluhku mengalihkan pandangan pada hujan yang belum berhenti dari sore tadi.
Kak Feny tersenyum dan menarik hidungku yang lumayan mancung. Aku dan kak Feny emang lumayan dekat. Katanya aku kayak adiknya yang masih kelas 5 SD. Dasar kak Feny!!!
"Ih... apaan sih kak"
"Kenapa kamu gak ngajak Al hujan-hujanan aja? Air hujan itu kan juga bisa bikin rilek"
"HAH... Benarkah?" aku benar-benar terkejut. Aku bahkan baru tahu jika ada hal seperti itu. kak Feni mengangguk angguk.
Tanpa membuang waktu aku langsung berlari keluar kosan. Ku terabas hujan untuk menuju kosnya Al yang terletak di depan kosanku.Tak ku perdulikan kak Feny yang berteriak memanggilku.
"Dasar... emang sih gue bilang air hujam bisa bikin rilek. Tapi gak sekarang juga kali. Inikan udah jam 7 malam" gumam kak Feny yang tak sempat aku dengar.
Ku gedor pintu kamar Al. Sedikit lama sebelum pintu itu terbuka. Al nampak terkejut melihat ke adaanku yang basah kuyup.
"Yuki loe-"
Tak sempat melanjutkan ucapannya aku segera menarik tangan Al. Al kembali terkejut, Apalagi saat tau aku menariknya ke lapangan basket di samping kosan kami.
"Apa-apaan sih loe?!" seru Al kesal.
"Temenin Yuki main basket"
"Loe gila?"
"Toh baju Al juga udah basah"
Al menatapku dengan kesal. Mungkin dia merasa percuma jika harus berdebat denganku. Maka dengan terpaksa dia mengikuti permainanku. Walau akhirnya dia ikutan terhanyut, bahkan tanpa sadar beberapa kali dia tertawa saat bisa mempermainkanku. Aku sangat senang melihat tawa itu.
Hingga 2jam telah berlalu, badanku terasa mengigil. Aku ke dinginan , tapi aku tak ingin membuat Al berhenti tertawa. Karna itu ku paksakan untuk tetap bermain sampai Al sendiri yang menyingkir ke luar lapangan.
"AL... AYOO...!" seruku yang masih bertahan mendribel bola basket. Aku tak ingin Al melihatku kedinginan dan kelelahan.
"GUE PULANGG...!"
Aku menghentikan aksiku. Dan berlari ke arahnya.
"Kenapa?"
"Ini udah malam dan... bibir loe udah biru. Loe mau kita mati ke dinginan di sini?!" jawabnya sewot dan sedikit membentak.
Aku pura-pura kesal. Tak mengucapkan apapun lagi, Al kembali berbalik dan meninggalkan ku sedirian di lapangan basket. Setelah Al benar-benar tak nampak aku pun segera berlari ke kosku. Sesampainya di kosan aku di marahi habis-habisan oleh kak Feny. Walau begitu kak Feny masih mau membuatkanku minuman jahe hangat agar aku tidak masuk angin. Dan aku berjanji akupun akan membuatkan jahe hangat untuk Al besok. Membayangkannya senyumku terukir lebar.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Ku ambil buku yang menyerupai diary berwarna hijau toska. Buku diary yang di berikan Al untuk hadiah ulang tahunku saat kita masih kelas 2 SMP.
Kubuka diary yang berisi foto-foto aku dan Al sedari kecil hingga remaja. Mungkin Al tak tahu, tapi untukku setiap momen yang aku lalui bersama Al itu adalah momen yang sangat berharga. Apalagi saat orang tua Al meninggal karna kecelakaan. Aku berjanji akan selalu menjaga Al agar pria itu tetap tersenyum dan tidak kesepian.