BROWNIS 3

659 134 59
                                    

AL

"Pagi Al..." aku menghentikan langkahku dan menatap gadis yang baru saja menyapaku. Gadis itu tersenyum manis tanpa menghenghentikan langkahnya dan melaluiku begitu saja. kembali berbincang dengan teman sebelahnya. Aku yang mulai tersadar ikut melangkahkan kaki di belakang gadis tadi sama-sama menuju ke dalam kelas.

Saat tiba di dalam kelas, aku masih tak bosan menatap gadis yang tadi menyapaku. Namanya Yuki Asiva. Entah terbuat dari apa hati gadis itu, hingga membuat siapapun yang dekat dengannya merasa senang dan hangat. Termasuk aku yang punya julukan pangeran es di sekolah ini.

Pelajaran telah berlangsung. Tapi tak bisa ku pungkiri sesekali mataku selalu menatap kearah Yuki. Memperhatikan bagai mana gadis itu mengikuti pelajaran dengan tenang dan sesekali mencatat apa yang di tulis guru di papan tulis. Dan jujur sebenarnya aku ingin lebih dari sekedar teman satu kelasnya. Aku mencintainya bahkan sejak pertama kali aku melihatnya. Tapi sayangnya seperti yang aku bilang jika dia mempunyai hati yang hangat, dan aku yakin bukan hanya aku yang merasakan kehangatan itu. Banyak pemuda-pemuda lain yang berharap bisa menjadi pacarnya. Walau sampai sekarang aku tak pernah pendengar Yuki menerima cinta dari para pemuda itu.

DEG

Aku melebarkan mataku seketika. Dengan cepat ku alihkan pandanganku ke buku di depanku saat mata sewarna coklat caramel itu menatapku. Aku seperti kucing yang tertangkap basah sedang mengintai mangsangnya. Dengan takut aku kembali menatap Yuki berharap gadis itu sudah tidak melihatku tapi aku salah, gadis itu masih melihatku bahkan dengan senyum manis di bibirnya.


Yuki

Aku merasa selalu ada seseorang yang mengawasiku. Tapi aku mencoba mengacuhkannya. Berharap jika itu hanya perasaanku. Tapi saat ku tolehkan wajahku ke samping sebelah kanan, aku sedikit terkejut mendapati Al menatap ke arahku. Sepertinya dia juga terkejut hingga dia langsung mengalihkan pandangannya. Aku masih menatap pemuda yang cukup popular di lingkungan sekolahku ini. Hingga dia kembali mengangkat kepalanya dan kembali menatap ke arahku. Aku mencoba tertersenyum lebar. Berfikir positif bahwa Al hanya ingin menyapaku saja.

"Kenapa?" tanya Dira teman sebelahku saat istrahat. Mungkin karna melihat ku sedikit melamun.

"Ah tidak ada apa-apa..." jawabku. "Oiya Ra... loe bukannya udah kenal Al sejak lama ya...?" tanyaku.

"Hemm..." Dira nampak heran dengan pertanyaanku. "Kenapa emangnya?" Dira balik nanya.

"Hanya ingin tau aja Al itu kayak apa dulunya? Apa dia juga sependiem sekarang atau sebenernya dia anak yang rame?"

"Gak berubah sih... dari dulu jaman SMP dia emang pendiem dan anti sosial. Temennya aja bisa di hitung pakek jari. Tapi yang anehnya gak di sini gak di SMP banyak banget cewek yang ngejar-ngejar dia. Heran gue. Emang lagi tren ya cowok-cowok sok dingin jaman sekarang itu"

Aku terseyum lebar.

"Jangan-jangan loe juga naksir dia ya..." goda Dira.

"Gak salah tu... loe kan temennya dari dulu. Gak mungkin loe gak ada rasa sama dia..." aku ganti menggoda Dira.

Seketika ada semburat merah di pipinya.

"Jadi bener...!" seruku.

"Dulu sih... namanya juga cinta monyet... tapi sekarangkan gue udah punya pacar. Dan gue cinta banget sama pacar gue"

Aku mencibir. "Iya iya yang dah punya pacar..."

"Siapa yang udah punya pacar?" sebuah suara mengejutkanku dan Dira. Tapi aku cukup hafal dengan suara itu.

BROWNISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang