Mei 2004
Pagi ini hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan di hadapan ku saat ini, suara air yang jatuh dengan kerasnya bahkan menulikan pendengaran ku sesaat sebelum aku mendengar panggilan dari dalam toko
"Jena" panggil ayah ku sambil mengambil boneka di tanganku lalu menarik tangan ku agar masuk ke dalam toko, "kamu jangan diluar nanti kena hujan bisa sakit"
Aku hanya mengangguk lalu duduk di meja toko menghadap jendela sambil terus melihat rintik hujan yang berjatuhan.
"Selamat datang silahkan duduk" suara ayah kembali terdengar untuk menyambut pelanggan yang baru saja datang, aku menolehkan pandanganku ke arah pelanggan itu yang telah duduk di meja yang tidak jauh dari meja yang ku duduki
Terlihat sepasang ibu dan anak laki laki nya yang nampaknya baru saja dibiarkan kehujanan oleh sang ibu, terlihat dari basahnya baju yang ia kenakan
Aku pun bangkit dari duduk ku menuju lantai atas toko tempat aku bermain, lalu aku turun sambil menenteng sebuah handuk sedang dan memberikannya kepada anak laki laki itu
"Kamu bisa pusing kalo kepala nya basah, ini keringin dulu pake handuk" kata ku yang membuat nya terlihat sedikit kikuk
"Makasih" ucap nya pelan
"Namaku Jeana, kamu bisa panggil aku Jena" kata ku lagi sambil mengulurkan tanganku kehadapan nya
"Ah aku Jeno" sahut dia pelan sambil membalas uluran tangan ku
Sementara sang ibu terlihat tidak peduli dengan anaknya yang sudah basah terkena air hujan
"Jena" panggil ayahku yang membuat aku menoleh lalu berjalan ke arah dapur
"Kamu jangan sembarangan ajak ngomong orang kayak tadi, ibu nya keliatan gak seneng tuh" kata ayah
Mata ku langsung melihat kearah meja tadi dan mendapati tatapan tidak senang ibu tersebut
'ah sudah lah yang penting aku sudah tau nama anak itu' ucap ku dalam hati
W O U N D S
Malam ini aku melihat Jeno berjalan
tanpa arah sendirian di jejeran pertokoan ini
Aku pun menghampiri nya sambil membawa sebotol minuman, "kamu kenapa sendiri ?" Tanya ku
Dia terkejut melihat kehadiran ku yang tiba tiba dia hadapan nya lalu menjawab pelan "tadi siang bunda bilang mau pergi cari sayur sebentar tapi sampe sekarang bunda gak balik"
Wajah Jeno terlihat sangat lesu seperti sudah kehilangan harapan untuk bertemu lagi dengan ibunya. Aku menarik tangan nya pelan lalu mengajak nya untuk masuk ke dalam toko ayah
"Ayah ini Jeno" kata ku pada ayah yang sedang membersihkan meja, ayah berbalik melihat Jeno yang tampak familiar di mata nya
"Ini anak laki laki yang kemaren kamu ajak kenalan ya Na ?" Tanya ayah padaku sambil melipat kain lap yang baru saja digunakan
Aku mengangguk, "kamu kenapa Jeno ?" Tanya ayah sambil mengajak Jeno duduk disalah satu meja yang sedang kosong
"Aku ditinggal bunda" kata Jeno lirih
"Gak mungkin bunda kamu ninggalin kamu Jeno" ucap ayah pelan sambil mengusap air mata Jeno yang telah keluar dari mata manis nya
"Terus kenapa bunda gak balik untuk jemput Jeno pulang ?" Tanya nya sambil sesegukan menangis
Hati ku iba melihat nya nangis seperti ini
"Udah gapapa kalo emang bunda kamu gak jemput kamu pulang, kamu bisa tinggal sama om dan Jena" ucap ayah final sambil mengelus kepala Jeno dan kepalaku pelan
Dan bener aja, sejak hari itu sekalipun sosok bunda Jeno ga terlihat muncul untuk menjemput pulang Jeno
Sejak saat itu Jeno tinggal dirumah kami, ia juga masuk TK yang sama dengan ku
Semua teman sekolah ku mengetahui Jeno sebagai kembaran ku yang selama ini tinggal dirumah nenek, beruntung nya kami memiliki nama yang mirip dan tanggal lahir yang sama
Oktober 2004
Bulan demi bulan sudah berlalu dengan begitu cepat, bulan lalu tetangga baru sebelah rumah kami telah datang. Mereka adalah keluarga yang terdiri dari ayah yang berprofesi sebagai polisi yaitu om Hadirdja, ibu yang jarang terlihat keluar rumah dan dua anak kembar laki laki
Anak kembar itu bernama Jevandra dan Renandra, mereka adalah anak yang baik dan ceria walaupun memiliki ibu yang sangat temperamen
Bagaimana aku tau?
Jelas saja rumah kami hanya berbatasan tembok jadi aku dapat mendengar suara jeritan penuh amarah ibu mereka dan pecahan gelas setiap malam nya dari rumah itu
Setiap malam pula Jevan dan Renan akan duduk di depan pintu rumah mereka karena diusir oleh tante Hadirdja
Ayah ku awalnya tidak memperhatikan hal itu namun lama kelamaan dia mulai menyadari bahwa kedua anak itu selalu berada diluar ketika dia pulang dari toko saat larut malam
Dan akhirnya malam ini, "Jena Jeno malam ini gapapa ya Renan dan Jevan tidurnya dikamar bareng kalian dulu?" Tanya ayah yang baru saja masuk ke dalam rumah sambil menggandeng tangan mereka berdua
Aku mengangguk senang sambil mengajak mereka untuk masuk ke dalam kamar ku dan Jeno, sedangkan Jeno tidak memberikan respon apapun terhadap kedatangan mereka
"Kalian bisa tidur di ranjang ku biar aku tidur sama Jeno" kata ku sambil menunjuk ranjangku berada
Mereka mengangguk, "makasih ya Jena Jeno" ucap mereka sambil tersenyum
Ah senyum mereka terlalu manis dan tulus untuk dibuat menangis setiap hari
Hari hari kami pun berjalan baik baik saja sejak Renan dan Jevan mulai bergabung untuk bermain bersama aku dan Jeno
Tapi hari ini kesedihan kembali melanda mereka
Ibu mereka memilih untuk pergi dari rumah meninggalkan mereka, kami berjumpa ketika baru saja pulang dari TK dan akan masuk ke halaman rumah
"Baik baiklah dengan ayah kalian" hanya perkataan singkat seperti itu yang diucapkan oleh ibu mereka, tanpa pelukan ataupun ciuman perpisahan kepada mereka, tante Hadirdja pergi meninggalkan mereka
"Tante kalo tante gak mau punya Renan dan Jevan lagi, mulai sekarang mereka punya aku" ucap ku keras pada Tante Hadirdja yang hanya berhenti sebentar lalu lanjut berjalan pergi
Maka sejak itu aku, Jeno dan si kembar mulai saling merangkul untuk menjalani hidup
W O U N D S
Huhu finally i'm back :")
Udah lama banget aku ga nulis jadi kagok lagi
Btw book wounds ini aku revisi habis habisan totally mulai dari cast sampe story line nya aku ubah
Semoga kalian betah bacanya 👐Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/135207281-288-k876960.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wounds
FanfictionKalo kalian pikir ini hanya kisah tentang persahabatan yang berjumpa saat remaja dan berjalan hingga dewasa, maka kalian salah Ini kisah tentang kita yang tumbuh bersama menghabiskan waktu untuk saling mengobati