"Lo?" Kana memicingkan matanya tajam, lurus pada dua bola mata indah di hadapannya.
"Bukan gue atau mobil gue yang salah. Memangnya ada manusia normal yang berdiri di tengah mendung begini?" ucap Felix santai sambil bersender di badan mobilnya.
"Lo tuh—"
"Gak usah bacot. Tinggal masuk ke mobil, cari baju, lu bawa dah baju baru lu."
Baru akan mengoceh, Felix sudah mendahului. Tanpa rasa bersalah dan permintaan maaf, lelaki itu kembali masuk ke dalam bentley-nya.
"Cepetan masuk, lu mau tetep berdiri di sana sambil ngarepin ada pangeran selain gua yang datang jemput lu?"
Bagus, sepertinya Felix memang lihai membuat Kana kesal setelah beberapa kejadian acak yang mereka lalui sebelumnya.
Gadis itu mulai mendekat dengan langkah lebar. Ia berdiri tepat di depan jendela mobil yang menampilkan sang pengendara dengan tatapan super datarnya.
"Apa? Gak usa liatin gue terus, entar lu keterusan akhirnya jadi hobi," goda Felix yang cukup membuat telapak tangan si rapunzel itu dengan gamblangnya menampar keras pipi si pemuda.
Tentulah pemuda itu terkejut. Wajahnya memerah antara marah juga malu pada dirinya sendiri. Felix menyentuh pipinya yang mulai memanas, dan jelas ia yakin kali ini sebuah tanda merah mengecap di sana.
"Hargai wanita yang sudah lo sakiti hatinya. Kalau memang gak bisa, mending lo pergi dari awal dan gak kembali!" ujar Kana penuh penekanan, lalu pergi dengan masih menyimpan kejengkelannya.
Kali ini, biarkan jantung Felix berkontraksi dua kali lebih kuat dari sebelumnya. Hal ini karena kalimat yang diucap gadis berambut panjang itu seakan sebuah sindiran untuknya— atas Chaewon yang telah memutus hubungan dengan dirinya.
Felix kembali turun dari kendaraannya, kemudian mendekati Kana yang telah berjalan menjauh. Pemuda itu menarik paksa lengan gadis itu, menggeretnya masuk ke dalam mobil.
"Apa sih mau lo? Lepasin gue!"
"Aw, pelan-pelan dong! Bisa perlakuin cewek gak sih!" protes Kana saat tubuhnya menghantam kursi penumpang dan sempat terbentur dashboard dengan keras.
Tak acuh, Felix justru melaju dengan kecepatan tinggi setelah ia masuk dan membanting pintu mobil. Pemuda itu sama sekali tuli dengan segala rengekan gadis di sampingnya.
"Turunin gue! Lo gak dengar apa? Turun turun turun turun tURUUN!"
"Berisik, nih makan!" Felix memberikan sebatang coklat kecil pada gadis di sampingnya. "Mungkin lu laper makanya jadi orang gila begini."
"Gue gak lapar. Tapi emang mulut gue gatel pengen makan otak lo yang sudah makan hati gue!" Kana bersedekap dengan wajah kesal.
"Jadi lu gak mau? Ya udah," ucap Felix, kemudian mengarahkan pucuk coklat itu ke mulutnya dan merobek membuka bungkusan. "Gue yang makan."
"Hih, bege banget sih! Siniin coklatnya!" sulut Kana sambil merampas coklat yang beberapa senti lagi sudah akan masuk mulut Felix.
"Santuy dong, Mbak!"
"Bodo amat!"
Lama Felix mengendarai hingga sampailah mereka pada salah satu mal di ibu kota. Pemuda itu memarkir mobil hitamnya kemudian turun disusuli Kana di belakang.
"Ngapain lo ngajak gue ke sini? Lihat baju gue, kumel, dan ini semua gegara lo!"
"Mau lu apa sih? Baju gak mau kotor, giliran beli alasan malu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me, Please! [Felix]
FanfictionBerjalan empat tahun, pada akhirnya Felix harus menutup kisahnya bersama kekasih lama. Kejadian itu pun simetris dengan hatinya yang enggan terbuka kembali, meskipun diketuk sosok gadis yang ia sebut-sebut sebagai Rapunzel. Alkana namanya, bibir yan...