Bab 1 Bakat Terpendam

159 5 3
                                    

                                                               Suatu hari...jalan menuju Roma

     Hari demi hari kian berlalu, siang dan malam silih berganti, dan lembar-lembar kertas sejarah yang hampa dan masih baru menunggu torehan tinta kisah perdana oleh seantero semesta, lalu senila tinta ditorehkan ke dalam sebelangga sejarah yang putih tersebut, sehingga membuat lembaran yang semula putih polos bertransformasi menjadi berwarna-warni, dengan variasi warna yang beraragam berisi hal-hal menarik yang termuat di dalamnya.Sementara bagi seorang pemuda hal tersebut tidak berlaku untuknya, hari-hari yang dibuangnya ke masa lalu hanya begitu-begitu saja, sehingga ia tidak mencurahkan warna-warni yang indah masuk di lembaran sejarah, warna yang diberinya hanya itu-itu lagi, karena hidupnya monoton tidak didampingi oleh estetika kehidupan yang dinamis nan melodis pencipta indahnya warna kehidupan yang terkandung dalam sejarah.Pemuda tersebut bernama Omar.

     Omar menjalani kehidupan dengan berkelana ke berbagai daerah di daratan Eropa sekaligus berdagang ke tempat yang sebelumnya sudah ditentukan oleh ketua rombongan dagang yang mana ia ikut termuat di dalam rombongan dagang tersebut.Tak terasa, waktu telah berjalan beberapa langkah, sehingga memaksa para rombongan dagang yang berkelana untuk mencari nafkah agar berhenti sejenak di pemukiman terdekat, sebelum melanjutkan perjalanan ke pemberhentian selanjutnya.Salah satu kota dagang paling masyhur di daratan Eropa dibidik oleh mereka, kota yang tak lain disebut semua orang dengan Roma.Sembari anggota rombongan dagang membongkar muat barang-barang keluar karavan, Omar terlihat sedang berbaring di salah satu karavan bermuatan alat-alat keperluan tempur, melihat langit senja sore hari.Ketua yang memimpin rombongan dagang Omar adalah seorang jendral Byzantium, Alexander Solon.

     Eksistensi Omar di karavan tersebut tak lain karena responsibilitas Solon terhadapnya, Solon memungut dirinya sewaktu perkampungan tempat tinggalnya tengah dijarah oleh suku Vandal, suku Germanik yang mendiami Eropa.Di tengah-tengah guncangan bencana Vandal, Omar harus merelakan kedua orang tuanya, keduanya pergi dari Omar dengan badan tak berdaya bergelimang darah tepat di hadapannya.Ayah Omar mendapat serangan kapak Vandal secara membabibuta tiada henti, hingga rupa kepalanya sudah tak karuan, sedangkan ibunya disayat-sayat oleh 3 orang Vandal sehingga sekujur tubuhnya robek-robek berbecak darah yang merah.Saat itu Omar membeku melihat kepergian kedua orang tuanya, dia hanya bisa terpaku dan menangis dengan hebat.Tangisan Omar mendapat perhatian dari seorang Vandal di dekatnya, Vandal tersebut membawa tali dan berniat untuk mengadopsi Omar, secara paksa, sebagai budak.Omar mengetahui apa yang akan dilakukan si Vandal.Omar berusaha untuk melarikan diri.Sayangnya tidak bisa.Omar terperangkap.

     Vandal terlanjur mengikat leher Omar, tentu Omar kalah cepat.Omar meronta-ronta kesakitan.Vandal mengencangkan ikatan tali dan menyeret Omar.Omar kian meronta-ronta, lalu Omar memutar badan menghadap musuhnya dan menendangnya sekuat tenaga.Untunglah musuhnya tersebut tertendang dan jatuh ke ujung pegangan tombak yang patah yang berdiri kokoh di tanah.Kemudian Omar melepas tali yang mengikat lehernya, lalu berlari mencari tempat yang sekiranya "aman" dari huru-hara Vandal, namun di tengah jalan beberapa Vandal mengejarnya, Omar berlari bagaikan domba yang dikejar kerumunan serigala liar kelaparan.Nasib malah bertambah buruk.Omar tersandung sebuah batu, dan terjatuh.

     Cuma lari, lari, dan terus berlari yang terbesit di pikian Omar tanpa mengindahkan selain daripadanya, karena itu Omar jadi tersandung dan terjatuh, terguling ke dalam sebuah cerukan lubang kecil.Omar selamat, dengan terror Vandal yang masih mengejarnya, mereka berteriak kencang, menuntut Omar agar menyerah. Antara dibunuh Vandal atau mati perlahan, keduanya sama saja, Vandal pasti akan melakukan penyiksaan setelah menangkapnya, jadi Omar memutuskan untuk berbaring dan menutup matanya, satu-satunya pilihan terbaik. Gema suara yang dahulu terdegar sekarang sudah menjadi sebuah keheningan yang sunyi, entah apa yang terjadi. Rasa penasaran mendorong Omar untuk pergi keluar. Semua Vandal sudah tiada, seolah-olah mereka terkena wabah penyakit unggul secara serentak dengan sifat destruktif yang maha dahsyat, namun dari kejauhan, misteri ini terjawab, tidak lain semua ini terjadi karena Kavaleri Byzantium.

     Jelas sudah semua, pembantaian Vandal adalah ulah dari Kavaleri Byzantium, tentu saja, karena itulah yang Omar lihat dari kejauhan, penampakan sosok seorang prajurit Byzantium dengan gagah berani memacu kudanya untuk berlari kencang menuju seorang Vandal yang sedang berlari ketakutan dengan kondisi badan berdarah-darah, seorang Vandal tersebut sudah kalah telak, sang prajurit Byzantium menebas lehernya dengan pedang hingga kepalanya jatuh ke tanah berikut badan dan seluruh tubuh. Pemandangan yang indah ini berubah menjadi horror, seketika. Puas sesudah membunuh mangsanya, sang prajurit melihat Omar dan mengejarnya.Permainan kejar-kejaranpun dimulai lagi, berlari dan berlari, terus berlari tanpa henti. Apa boleh buat, Omar sudah tidak kuat berlari, ia berhenti. Sang prajurit Byzantium tidak demikian, dia terus mengejar hingga sampai di dekat Omar, lalu ia turun dari kudanya. Mendekati Omar, perlahan-lahan. Pedang sang prajurit sudah siap menebas leher Omar. Omar tidak sadar dengan lingkungan sekitar, dia terlalu lelah, sibuk bernapas juga. Lotre sudah dimulai. Pedang sang prajurit melayang ke leher Omar. Hidup Omar bergantung pada jatuh atau tidaknya pedang tersebut ke lehernya. Suara melengking tiba-tiba terdengar, sontak Omar terkaget, demikian dengan sang prajurit Byzantium. Omar tidak tahu apa yang terjadi, namun setelah itu secara mendadak Omar mendengar sang prajurit tersebut memanggilnya: "Jendral..." tentunya mendengar ini Omar jadi puas, tenang, dan seakan dia diselimuti oleh jubah kemenangan.

     Tidak puas dengan apa yang ditangkap oleh telinganya, Omar penasaran, mengapa prajurit tersebut memanggilnya sebagai jendral, selang beberapa detik kemudian, jelas sudah semua setelah dia mendengar: "...mohon izinkan saya untuk membunuh Vandal tak beradab ini!" memang benar, sang prajurit ternyata berbicara kepada jendralnya, jendral yang berdiri kokoh di atas kuda tempur. Bukan berbicara kepada Omar. Sang Jendral dan prajurit Byzantium berbincang-bincang.

Jendral: "Untuk apa membunuhnya? Tugas kita hanya untuk membersihkan desa ini dari Vandal"

Bersambung...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pembersih Kotoran (Preview)Where stories live. Discover now