Chapter 5

345 29 1
                                    

Kau itu membingungkan, selalu datang ketika dipikirkan.

Alesha Saphira.

Alesha sampai di Bandara Internasional Ontario untuk menjemput Dean karena hari ini ia sudah bisa pulang ke Amerika. Keadaan keluarganya di Indonesia sudah stabil dan kembali normal.

Alesha melambaikan tangannya saat ia lihat Dean hampir melewatkannya dengan membawa satu koper besar dan satu koper berukuran sedang. Dean yang menyadari keberadaan Alesha pun segera menghampirinya.

"Kau sudah lama?" tanya Dean.

"Tidak juga. Bagaimana kabarmu?" Alesha melihat dari atas sampai bawah penampilan Dean. Ia bahkan tidak pakai mantel atau jaket untuk menghangatkan tubuhnya.

"Baik. Kau bagaimana?"

"Baik. Tapi bagaimana bisa kau hanya pakai baju dan cardigan itu? Aku pikir suhu saat ini cukup dingin."

"Oh, aku lupa membawa mantelku karena di Indonesia sangat panas. But I'm fine." Dean tersenyum, meyakinkan Alesha kalau dia memang baik-baik saja.

Sesampainya di apartemen, Dean langsung sibuk mengerjakan tugas kampusnya di apartemen Alesha karena ia ketinggalan begitu banyak materi. Padahal dia baru saja pulang dari perjalanan yang begitu melelahkan, lelaki ini memang tahan banting. Sedangkan Alesha asyik bermain dengan Mueeza.

"Katanya kau akan menceritakan padaku soal lelaki di kafe itu," ujar Dean sambil masih menatap laptopnya. Alesha meliriknya.

"Oh, Adrian?" tanya Alesha.

"Kau sudah berkenalan dengannya?" Dean malah balik bertanya. Alesha mengangguk. "Apa kelihatannya dia orang yang baik?" tambahnya.

"Kelihatannya baik. Tapi tidak tahu juga," jawab Alesha.

"Apa kalian sering bertemu selain di kafe tempatmu bekerja?" tanya Dean.

Alesha bergeming. Dia bingung apakah ia harus menceritakan soal New York dan ski pada Dean atau tidak.

"Apa dia mengajakmu bertemu di suatu tempat?" tanya Dean lagi.

"Tidak. Tapi, um, kami sering bertemu secara tidak sengaja. Dan ternyata dia juga penyuka kopi," jawab Alesha, tidak yakin. Dean berhenti mengerjakan tugasnya saat mendengar Alesha menjawab itu.

"Ah, jangan-jangan kalian sudah berteman dekat?" tanya Dean sambil menatap Alesha curiga.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Alesha buang muka. "Awalnya dia memang kelihatan seperti orang jahat. Bahkan aku sempat berpikir kalau dia adalah orang gila. Tapi setelah bertemu dengannya beberapa kali, aku berubah pikiran. Sepertinya dia memang berniat untuk mengajakku berteman." Alesha akhirnya menceritakannya karena ia berpikir kalau Dean berhak tahu.

"Ceritakan lebih jelas, aku masih belum mengerti." Dean menutup laptopnya kemudian duduk di samping Alesha. Ia menopang dagu dengan tangan kanannya, memperlihatkan kalau ia sangat penasaran.

"Saat kau tidak ada di sini, Adrian sempat mengantarkanku ke kafe. Dan kemarin, kami ikut perlombaan musik di New York dan menang sebagai juara. Lalu dia mengajakku ke Squaw Valley untuk bermain ski. Ya, begitulah." Alesha menceritakan semuanya.

Dean diam, ia menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan keras sambil membuang napas.

"Kau bilang dia orang yang baik hanya karena dia mengajakmu ke New York dan Squaw Valley? Kau mempercayainya begitu saja hanya karena dia sering bertemu denganmu di kafe?" tanya Dean dengan nada sinis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear My Favorite EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang